Home / Urban / Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi! / Bab 3 : Membungkam Si Sombong

Share

Bab 3 : Membungkam Si Sombong

Author: Pipi_Kiri
last update Last Updated: 2024-01-26 07:59:50

Sam kembali mendaratkan pukulan di wajah Reno. Meskipun Reno berusaha untuk melawan tapi Sam berhasil menekan tubuhnya hingga tak bisa bergerak dan itu membuat Sam dengan leluasa menghajarnya berulang kali.

"Hentikan, Sam! Aku bilang berhenti!" pekik Dinda histeris melihat darah di sudut bibir Reno dan wajahnya yang sudah membiru.

Sam yang sudah puas menyalurkan kekesalan dan emosinya, menghentikan aksinya dan melepaskan kerah baju Reno yang dipegangnya.

Dia juga melihat sekeliling banyak orang yang memperhatikan mereka. Sam tidak ingin mencari masalah lebih jauh, jadi dia akan menahan dirinya untuk membalas Reno dan mengakhiri semuanya sekarang. Sementara orang-orang di sana hanya bisa menonton mereka tanpa berani melerai, tidak ingin ikut campur.

"Sekolahkan dulu mulutmu sebelum kau bicara!" tunjuk Sam ke arah Reno dengan ekspresi yang tak terbaca.

Dinda membantu Reno berdiri dengan susah payah.

"Dasar pria miskin pembuat onar! Pergi dari sini tukang pel!" maki Dinda kesal.

Mulutnya ternyata masih pedas juga, Sam pikir dia akan bersikap biasa, tapi Dinda masih tetap menghina dan mencelanya.

"Aku akan menuntutmu pria miskin! Lihat saja kau akan masuk penjara!" ancam Reno sambil meringis menahan sakit di wajahnya.

"Laporkan saja. Aku tidak takut!" balas Sam berani.

Sam pun memutuskan pergi dari sana untuk mencari Restoran lain. Reno dan Dinda menatap kepergian Sam dengan kebencian yang terlihat jelas di kilatan mata mereka.

Setelah makan dan membeli keperluan lain, Sam berniat mencari tempat tinggal, tapi karena hari sudah malam, dia akan menundanya dan memutuskan besok pagi saja membeli apartemen.

Sam pun naik taksi dan menginap di Hotel Grand Palace. Salah satu Hotel bintang lima yang ada di kota itu. Hotel yang memiliki tarif empat juta per malamnya karena jenis president suites itu memiliki fasilitas kamar yang komplit dan mewah, juga terletak di lantai paling atas. 

Besoknya…

Sam sudah bersiap dengan penampilan yang lebih rapi. Dia mencukur sedikit bulu halus di wajahnya, membuat rahang tegasnya semakin memperjelas ketampanan miliknya.

Sam keluar dari taksi yang membawanya, tanpa sadar dia melihat Reno yang baru saja masuk ke dalam mobilnya, melaju keluar dari gedung apartemen biasa yang mana berseberangan dengan kawasan apartemen yang akan Sam datangi. Dia semakin tertarik untuk membeli unit di sini.

Dengan begitu, Sam yakin Reno akan semakin gerah dan kepanasan melihat Sam tinggal di tempat yang lebih mewah darinya.

"Aku mendapat jackpot menarik!" ucapnya senang.

Sam terlihat gagah dan tampan, meskipun tubuhnya tidak lagi berisi, tapi sedikit otot lengannya bisa terlihat dari kaos tipis yang dipakainya. Sangat jauh berbeda saat dirinya masih bekerja sebagai Cleaning service yang membuatnya terus menunduk, Sam berjalan dengan percaya diri saat memasuki kawasan apartemen mewah yaitu Apartment The King yang berada di lingkungan elit, yang mana penghuninya hanya orang kaya dan berkelas yang mampu membeli unit di sana.

Setelah selesai membeli apartemen sebagai tempat tinggal sementaranya. Sam lupa kalau dia belum sarapan di hotel tadi, kehidupan yang susah sebelumnya membuat dia terbiasa menahan lapar di pagi hari, tapi sekarang tidak lagi. Sam bisa membeli makanan apapun yang dia inginkan.

Dia pun memikirkan kemana akan pergi.

"Sepertinya akan menarik jika aku makan di sana," gumamnya sambil tersenyum miring.

Dia akan makan di tempat yang selama ini dia datangi. 

Dia juga ingin segera membeli mobil untuk memanasi Reno.

Padahal di rumahnya Sam sudah punya beberapa mobil mewah. 

Sam pun mengeluarkan ponselnya dan menelpon Asisten pribadi Papanya. 

Dulu Sam selalu bisa mendapatkan apa yang dia mau dan semua perintahnya akan dipenuhi saat itu juga. 

"Pak, aku ingin mobil keluaran terbaru dan paling mahal. Tolong bawa ke Hotel Marina!" pintanya cepat.

Di Hotel Marina…

Setelah sampai di pintu masuk Restoran di dalam Hotel itu, karyawan di sana hampir tidak mengenali Sam karena penampilannya yang jauh berbeda.

Tidak ada lagi Sam si kumal dan miskin, cuma bisa menunduk ke bawah saat berjalan. 

Dia memilih tempat duduk yang dekat dengan pintu masuk. 

"Aku ingin Cappucino panas dan juga menu special di sini!" ucapnya pada waiters yang mencatat pesanannya.

"Baik, Pak! Pesanan segera datang," jawabnya dengan ramah.

Sam melihat sekeliling tapi orang yang dia tunggu belum menampakkan batang hidungnya.

Setelah makanan datang, dia pun memulai sarapannya dengan diam dan tenang. Setelah selesai dia meminta tagihan pada waiters yang tadi.

Tak lama terdengar suara seseorang yang baru kemarin ditemuinya.

"Wah, lihat ini? Berani sekali kau menginjakkan kakimu di hotel milikku? Apa kau ingin mengemis pekerjaan padaku?" ucap Reno angkuh.

Sam senang karena orang yang ditunggu akhirnya datang. 

"Aku hanya makan di sini dan aku tidak berniat meminta pekerjaan padamu!" balas Sam tersenyum.

Ternyata Reno baru saja kontrol dari klinik ditemani oleh Dinda. Padahal dulu Dinda selalu banyak alasan saat Sam mengajaknya pergi bersama tapi sekarang dia selalu menempel pada Reno kemanapun pria itu pergi.

"Aku rasa kau berhutang maaf padaku dan kau juga harus membayar tagihan berobat untuk luka ini!" Reno berkata dengan tubuh mencondong di depan Sam.

"Sudahlah, Sayang! Dia tidak mungkin punya uang!" sahut Dinda dengan sinis.

"Apa mobil yang terparkir itu milikmu?" tanya Sam tidak peduli dengan ucapan mereka berdua yang berusaha memojokkannya.

"Kenapa? Apa kau ingin punya mobil juga?" tanya Reno dengan menahan tawa.

"Uang dari mana dia? Tidak mungkin dia mampu membeli mobil!" ucap Dinda menimpali.

"Ini sebagai ganti biaya berobat lukamu!" Sam meletakkan segepok uang seratus ribuan di atas meja.

Dengan cepat Dinda mengambil uang itu. Reno merasa harga dirinya terluka karena Sam mempunyai banyak uang sekarang.

'Dasar cewek mata duitan!' maki Sam kesal.

Tapi Sam hanya tersenyum, terlihat tetap tenang dan menunggu sebentar lagi, karena pertunjukan sesungguhnya akan segera dimulai.

Tidak lama setelah itu, sebuah mobil mewah keluaran terbaru yang hanya dijual 10 unit saja di dunia, terparkir di depan Hotel yang halamannya tidak terlalu luas itu.

Reno dan Dinda yang bisa melihat dari dalam Restoran karena dinding kaca, membuat mulut mereka menganga.

"Sayang, apa itu mobil yang kamu ingin beli?" ucap Dinda tanpa berkedip.

Reno sedikit gugup dan bingung harus menjawab apa. Tapi karena tidak ingin malu di hadapan Sam, dia akan berpura-pura seolah-olah dia yang membelinya. 

"Be-benar, Sayang! Itu adalah mobilku. Sopir yang mengantarnya kemari!" jelas Reno berbohong.

Padahal kalau semua harta yang dia punya dikumpulkan pun tidak akan mampu membeli setengah dari harga mobil itu yang mencapai angka triliunan.

Petugas showroom itu pun masuk ke dalam restoran dan mulai mencari Sam.

"Maaf, Pak. Saya terlambat! Ini kunci mobilnya dan ini semua surat-suratnya silahkan ditandatangani," jelas pria itu menunduk sopan.

"Pak, apa tidak salah orang?" Dinda bertanya heran karena orang itu malah berbicara dengan Sam bukan Reno.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 165 : Bisa kah Kita Berbaikan Lagi?

    Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 164 : Ajak Kerja Sama Lagi

    Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 163 : Cerminan Suamimu!

    Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 162 : Memangnya Kamu Punya Uang?

    Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 161 : Kerja Sama Balas Dendam

    Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 160 : Teman Baru Kita!

    "A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status