Share

Chapter 114 Berubah Haluan

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 23:51:24

Eva membeku, menyadari ada yang salah dengan ucapannya. Dia sedikit tergeragap. Bukan seperti itu yang dia maksud.

“Aku hanya … tidak suka merasa terkurung!” jawabnya dengan tegas dan sedikit meninggi.

Henry terkekeh pelan saat melihat Eva tampak kikuk.

Sementara Eva berdecih kesal, pasti pria itu tersenyum penuh kemenangan dan begitu percaya diri. Dia sendiri juga bingung, bagaimana bisa orang itu bisa memiliki tingkat percaya diri tinggi sekali. Alias, narsis.

Dengan cepat dia melanjutkan, “Jangan terlalu percaya diri! Aku berbicara seperti itu karena memang merasa tidak masuk akal. Kau bisa pergi sesuka hati, sementara aku …?” Eva menunjuk diri sendiri dengan ekspresi penuh ketidaksetujuan. “Harus terkurung di rumah sakit!”

Henry tersenyum tipis. Meskipun suasana hatinya sedikit kesal dan cemas, tetapi dia tidak bisa menahan senyumnya. Dia merasa terhibur dengan sikap Eva yang menunjukkan ketidaksetujuan.

Dengan suara melunak dia menjawab, “Kau benar, memang terasa tidak masuk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 250

    “Pa!” panggil Henry sedikit meninggi di tengah langkah kakinya yang tergesa-gesa.Martin menoleh ketika suara familiar putranya memenuhi ruangan. Apa yang membuatnya datang tiba-tiba? Wajah serius putranya tak biasa. Jelas dari sorot matanya, ada sesuatu yang ingin dibicarakan. Henry duduk tenang di atas sofa empuk yang ada mension keluarganya. Namun, hatinya begitu tidak sabar untuk mengeluarkan isi pikirannya selama. Dia ingin tahu apa sebenarnya hubungan papanya dan mama mertuanya—Helen.Persetan menunggu informasi selanjutnya. Lebih baik dia bertanya sendiri pada Martin.Akhirnya, Martin bersuara, “Duduklah dulu dan makanlah sesuatu. Kau terlihat seperti tidak sabar sekali.” Begitu Henry duduk di sofa empuk, Martin melanjutkan, “Bagaimana dengan Eva? Apa dia dan calon bayinya sehat?” Henry mengangguk. “Semuanya baik. Henry sudah mengantisipasi semuanya.”Begitu melihat antusias putranya, Martin tersenyum puas. Putranya yang begitu keras kepala, sekarang seperti tidak ada tenag

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 249

    Eva berdiri di ambang dengan secangkir kopi panama yang baru saja diseduh. Tatapannya tertuju pada pria tak jauh dari hadapannya. Pria itu tengah duduk di meja kerjanya dengan tangan yang dilipat di depan dada dan tatapan kosong mengarah ke luar jendela. Wajah yang biasa tegas dan penuh ekspresi, kali ini tampak berbeda. Muram, seperti tengah memikul beban berat di pundaknya.Eva tidak berbicara. Dia hanya berdiri di sana, menatapnya diam-diam. Biasanya, Henry tampak tenang, meski tenggelam dalam pekerjaannya sekalipun. Namun, sedari pagi ini berbeda. Seperti ada sesuatu yang membuatnya kacau dan rapuh. Sebenarnya apa yang terjadi?Eva mengetuk pintu, membuat Henry mengalihkan pandangannya. Dia tak tahu sejak kapan istrinya berada di sana. Henry tersenyum tipis. “Kemarilah,” panggilnya lembut, sambil mengisyaratkan jarinya agar Eva segera mendekat. Perlahan, Eva mendekat. Kemudian, meletakkan kopi itu di depan Henry, lalu berdiri di sampingnya. “Apa yang kau pikirkan?” tanya Eva

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 248

    Di bawah terik sinar matahari, Henry berdiri di balkon kamarnya. Rahangnya mengeras, matanya tajam menatap pemandangan kota yang sibuk. Dadanya terasa sesak, mengalahkan keramaian kota di bawah sana. Tangannya menggenggam erat ponsel yang baru saja diaktifkan. Pagi menjelang siang itu, semua notifikasi dari semalam baru masuk ke ponselnya. Sebagian dari Eva, dan beberapa dari Ryan. [Tuan, apakah Anda baik-baik saja? Nyonya mengkhawatirkan Anda. Jika Anda mengalami kesulitan, biar saya datang ke sana. Di mana Anda sekarang?]Henry membaca pesan dari Ryan. Dia tak berniat membalas, tetapi akhirnya langsung menekan hijuanya. Hanya butuh beberapa detik panggilang itu terhubung, suara Ryan mulai terdengar di ujung telepon.“Halo, Tuan! Tuan, apa Anda baik-baik saja? Apa terjadi sesuatu? Di mana Anda sekarang?”Henry menghela napas panjang ketika mendengar serentetan pertanyaan asistennya. “Simpan dulu pertanyaanmu,” jawab Henry tegas. “Aku ada tugas untukmu.”Ryan terdiam sesaat. Terd

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chaper 247

    Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Suasana di penthouse terasa sunyi, sepi, hanya suara jam dinding yang berdetak, semakin menegaskan waktu sudah menunjukkan tengah malam. Eva duduk di sofa ruang tengah. Matanya kosong di depan TV yang menyala, pikirannya benar-benar tidak tertuju pada televisi. Beberapa menit yang lalu, dia terbangun dari tidurnya karena tidurnya yang tidak nyenyak. Saat melihat sisi ranjang, ternyata masih kosong. Henry belum pulang. Awalnya, dia mengira pria itu berada di ruang kerjanya. Namun, ternyata tidak sama sekali. Di sana, sunyi, hanya ada udara dingin yang menyapanya. Berkali-kali dia melirik jam dinding, berharap pintu terbuka dan menunjukkan sosok Henry di ambang pintu. Namun, harapannya tak kunjung nyata. Perasaan tidak enak mulai memenuhi hatinya. Eva mencoba untuk menepisnya. Mungkin acaranya sedikit lambat. Atau mungkin dia sudah dalam perjalanan. Eva tetap mencoba untuk rasional. Akan tetapi, pikirannya tetap berkelana ke se

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 246

    Henry bertanya sedikit ragu, meski dia sendiri merasakan ada perubahan pada penampilan barunya. “Apa ini tidak berlebihan?”“Sama sekali tidak,” jawab Eva, meyakinkan. “Justru kau terlihat lebih berkharisma. Cocok untuk acara malam ini.”Eva melanjutkan, “Di tambah dengan jas barumu. Kau terlihat sempurna.”Mendapat pujian dari Eva membuat senyum Henry mengembang. Senyum percaya diri itu terukir jelas di wajahnya, dia mencondongkan tubuhnya ke arah Eva, dan berbisik pelan, “Suamimu memang sangat menawan. Apa kau baru menyadarinya.” Eva memutar kedua matanya malas. Geli, tingkat kepercayaan suaminya terkadang memang setinggi langit. Meski dalam hatinya menyadari jika suaminya memanglah tampan. Dia mencubit lengan Henry. “Kau sangat narsis!”Henry terkekeh, dia mengangkat tangan Eva yang mencubitnya dan mencium punggung tangannya. “Aku hanya mengiyakan fakta, Istriku. Dan berkat sentuhan tangan ajaibmu, aku lebih bersinar malam ini.”Eva menggeleng, meski senyum tidak bisa disembunyi

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    chapter 245

    Henry duduk di ruangannya, matanya mengamati layar proyektor yang menunjukkan grafik dan angka proyek yang sedang berjalan. Pikirannya sepenuhnya tertuju pada pekerjaannya, menganalisis progres dan mencari potensi masalah sebelum hal itu terjadi. Suasana begitu tenang, hingga akhirnya suara ketukan pelan memecah keheningan.“Masuk,” kata Henry tanpa mengalihkan pandangannya. Ryan muncul di ambang pintu. “Tuan, ada yang ingin saya sampaikan.”Akhirnya, Henry mengalihkan pandangannya. “Ada apa? Apa ada proyek bermasalah?”“Bukan, Tuan. Ini soal yang lain,” jawab Ryan dengan ragu-ragu sabil mendekat ke meja. “Ini soal Tuan Besar dan Nyonya Helen.”Alis Henry terangkat. Dia menyandarkan punggungnya pada kursi dan pandangannya sepenuhnya tertuju pada Ryan. “Apa yang kau temukan?”Ryan menarik napas, sebelum akhirnya menjelaskan, “Ada beberapa informasi yang cukup aneh.” Dia berhenti sejenak, mencari kata-kata yang tepat. “Sepertinya ada semacam … hubungan di antara mereka.”Kening Henr

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status