Share

Chapter 225

Penulis: Sya Reefah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 23:58:52

“Sudah kubilang, aku hanya kelelahan. Kenapa kau memaksaku untuk periksa?!” Eva bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi sambil berkata, “Dasar menyebalkan!”

Henry tercengang dan mulutnya sedikit terbuka. Matanya mengikuti kepergian Eva yang semakin menjauh, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau ponselnya sudah terhubung dengan dokter yang baru saja dia hubungi.

Berkali-kali suara di seberang sana menyapanya, tetapi tak ada jawaban darinya. Henry masih mencerna apa yang baru saja dilihatnya. Biasanya Eva selalu bersikap tenang dan lembut, tetapi malam ini, kepribadiannya menunjukkan perubahan yang mencolok dari biasanya.

Apa ada hal buruk yang baru saja terjadi?

“Halo, Tuan ….”

Henry tersadar, meskipun dia tak tahu sudah berapa kali dokter itu menyapanya. Dengan cepat dia menempelkan ponselnya di telinga kanannya, kemudian berkata, “Sepertinya aku salah tekan.”

Panggilan itu berakhir begitu saja. Henry membatalkan niatnya untuk memintanya datang.

Kemudian, dia memanggil Rosa de
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 226

    Dua hari kemudian. Seperti biasa, siang itu di kafetaria kantor sangat ramai dengan percakapan para karyawan. Mereka duduk menikmati makan siang mereka, sesekali tertawa dan diiringi percakapan ringan. Namun, yang menjadi pusat perhatian saat itu adalah keberadaan Henry di antara kerumunan. Dia duduk di deretan bangku tengah seorang diri. Di depannya secangkir kopi hitam yang masih mengeluarkan asap. Dia menyeruput secara perlahan. Para karyawan memandangnya heran. Tempat itu bukanlah tempat yang biasa dia datangi setelah rapat atau jam makan siang. Namun, kali ini berbeda. Apa yang membuatnya tiba-tiba di sana?Tak ada yang berani mendekat ke arahnya. Di bangku lain, para karyawan menatapnya sambil bertanya satu sama lain. Sampai-sampai, mereka menunda makan siang mereka.Salah satu dari mereka–seorang manajer pun tampak ragu–harus menyapa atau tidak. Mereka tidak pernah melihat Henry di tempat itu. Tidak ada laptop di depannya. Hanya sebuah ponsel yang tampak sunyi.Meski me

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 225

    “Sudah kubilang, aku hanya kelelahan. Kenapa kau memaksaku untuk periksa?!” Eva bangkit dari duduknya lalu melangkah pergi sambil berkata, “Dasar menyebalkan!”Henry tercengang dan mulutnya sedikit terbuka. Matanya mengikuti kepergian Eva yang semakin menjauh, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau ponselnya sudah terhubung dengan dokter yang baru saja dia hubungi. Berkali-kali suara di seberang sana menyapanya, tetapi tak ada jawaban darinya. Henry masih mencerna apa yang baru saja dilihatnya. Biasanya Eva selalu bersikap tenang dan lembut, tetapi malam ini, kepribadiannya menunjukkan perubahan yang mencolok dari biasanya. Apa ada hal buruk yang baru saja terjadi?“Halo, Tuan ….”Henry tersadar, meskipun dia tak tahu sudah berapa kali dokter itu menyapanya. Dengan cepat dia menempelkan ponselnya di telinga kanannya, kemudian berkata, “Sepertinya aku salah tekan.”Panggilan itu berakhir begitu saja. Henry membatalkan niatnya untuk memintanya datang. Kemudian, dia memanggil Rosa de

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 224

    Pintu otomatis terbuka pelan, dengan langkah kaki yang berat Henry melangkah masuk. Tangannya penuh dengan kantong berisi panini pesanan Eva. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menghilangkan rasa lelah setelah perjalanan panjang. Begitu dia menoleh ke ruang tengah, matanya langsung tertuju pada Eva. Wanita itu duduk tenang di sofa, tidak menyadari kedatangannya. Matanya terpaku pada TV yang menampilkan serial komedi.Henry terdiam di ambang pintu, memerhatikan Eva yang tampak tenang. Sebelum berangkat, istrinya tampak sangat lemas dan tak bertenaga. Sekarang, dia bisa melihat istrinya tenang di ruang tengah. Dia bisa bernapas sedikit lega.Rosa yang berdiri di belakang Henry membungkuk sopan, lalu melangkah masuk.Menyadari keberadaan Rosa di dalam penthouse, Eva menegakkan posisi duduknya. Dia bingung. Bukankah baru saja dia memintanya mencari mie kuah? Mengapa Rosa kembali secepat itu?“Kenapa kau kembali?”Langkah Rosa terhenti saat mendengar suara Eva. “Em … itu, Nyonya …

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 223

    Sementara di Manhattan, Eva duduk di ruang tengah dengan tenang. Di depannya, TV besar menyala. Dia memanggil Rosa. Suaranya terdengar tidak sabar, kontras dengan sikapnya yang biasa kalem dan tenang. “Rosa! Cepat ke sini!” Rosa bergegas mendekat. Keningnya sedikit berkerut melihat ekspresi Eva. “Ya, Nyonya? Ada yang bisa saya bantu?” “Bau apa ini?” Eva mengibaskan tangannya di depan hidungnya, rona pucat di wajahnya masih terlihat. “Apa yang kalian masak? Aku tidak suka bau ini. Rasanya membuatku mual.”“Itu, Nyonya ….” Tangan Rosa memberi isyarat ke arah dapur. “Lena sedang memasak filet mignon untuk—”“Filet mignon?” potong Eva, dengan nada tajam. Dia yang biasanya tidak spesifik dan perfeksionis soal makanan tiba-tiba mengerutkan kening. “Aku tidak mau itu! Buang saja. Aku tidak mau memakannya saat ini.”Rosa terdiam sesaat, mencoba mencerna permintaannya yang tidak biasa. Biasanya Eva tidak pernah marah hanya karena makanan. Banyak pertanyaan yang muncul di benaknya, bercampur

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 222

    Jalan Old Post Road di Millbrook mulai tenang dan damai saat sore hari tiba, hanya dengan sedikit aktivitas yang sedang berlangsung. Jalanan tidak terlalu ramai dengan kendaraan, beberapa penduduk lokal berjalan-jalan, beberapa siswa pulang dari aktivitas sekolah, lalu beberapa kafe dan restoran mulai bersiap melayani para pengunjung untuk makan malam.Sinar matahari menembus celah-celah daun pohon maple, membentuk pola cahaya dan bayangan di jalanan. Rumah-rumah di sepanjang jalan itu sebagian besar adalah bangunan batu bata tua yang bergaya kolonial dengan perkebunan atau peternakan yang terawat. Semua memiliki karakternya masing-masing.Tak ada hiruk pikuk kota di sana. Yang ada adalah suara alam—suara angin berhembus pelan, suara tawa jauh dari area taman, dan sesekali deru mobil yang melintas tidak terburu-buru.Saat itu, mobil yang dikendarai Henry tiba di depan kedai yang jelas bertuliskan ‘The Millbrook Press & Panini’. Jendela depannya yang menampilkan etalase kaca berisi an

  • Tuan Pewaris, Nyonya Memilih Pergi    Chapter 221

    Ya Tuhan … apalagi ini?Ini lebih diluar ekspektasinya. “Apa tidak ada opsi lain yang ingin kau makan?” Henry mencoba mencari penawaran lain. Namun, Eva tetap menggeleng, tak mau mengubah keputusannya. Di tengah semua pilihan yang ada, hanya satu yang terlintas di pikirannya–panini. Itu satu-satunya makanan yang paling enak saat ini, tidak ingin yang lain. “Hanya itu yang ingin ku makan sekarang,” jawabnya.“Tapi akan butuh waktu lama untuk mendapatkannya. Sedangkan kondisimu sekarang?” Henry kembali mengamati wajah pucat Eva.Eva tak langsung menjawab. Dia memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali dengan berkata pelan, “Aku bisa menunggunya. Asal kau yang bawakan.”Henry menghela napas panjang. Ada sesuatu dalam nada suara Eva, lemah dan lembut, membuatnya tak mampu untuk menolaknya. “Baiklah ….” Henry menyetujui, membuat wajah Eva Cerah kembali. “Aku akan meminta Ryan datang ke Millbrook untuk mencarinya.”Ekspresi Eva berubah cepat dalam hitungan detik. Dari lemah, men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status