Share

Hinaan Menusuk Reynald

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-02-13 11:48:54

"Tapi, Nyonya ..."

"Halah, nggak ada tapi-tapian. Cepat kemasi barang-barangmu!" Veronica memijit-mijit kening, akibat kerahkan emosi kemarahan.

"Baik, Nyonya." Talita pamitan kembali naik tangga dan masuk kamarnya. Di tengah-tengah memasukkan pakaian dan barang-barangnya, bisa Talita dengar suara air shower dari kamar Reynald yang ada di sebelah.

Dulu, dia sudah menyiapkan segalanya bahkan sebelum suaminya itu pulang. Sekarang Talita hanya bisa berdiri terpaku menatap dinding pembatas antara kasur dan posisi kamar mandi pribadi Reynald.

"Lemarimu nggak berantakan, kan Rey? Apa kamu masih suka ambil baju di bagian paling atas? Terus kalau milih bagian tengah, jadi berantakan semua?" gumam Talita mengingat tiap tugasnya sebagai istri Reynald sebelumnya.

Tak terasa air mata ini menetes. Sudah coba di tahan, namun ketegaran hati tak cukup menyudahi. Tiba saat menutup koper, suara pintu dari kamar Reynald terdengar tertutup. Talita sengaja hentikan aktifitas, menunggu derap lan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Pewaris Satu-Satunya Tanjung,corp

    Selama di perjalanan, Talita memilih menghibur diri dengan melihat lalu-lalang kendaraan dari kaca jendela mobil. Sebisa mungkin menghindari berinteraksi dengan Reynald. "Bagaimana hubunganmu dengan Mario?" Bersamaan dengan pertanyaan Reynald ini, Talita mendapati keluarga kecil mengendarai motor dan terlihat harmonis. Meskipun sudah terbilang lewat dari sore hari, tapi pemandangan sang anak sedang memakan jajanan dari balik kantong palstik putih, sontak membuat Talita tersentuh. Bukan hal muluk-muluk, tapi itu dulu salah satu impian Talita ketika akan di nikahi Reynald. Sejak rasa sakit kekecewaan itu nyata ada, seolah hanya label pesimis tanamkan kini. "Oh, apa? Mario?" Talita memang sempat tak terlalu fokus. Tanpa dia sadari, Reynald sempat memperhatikan dan sempatkan mengikuti keluarga kecil itu berlalu. "Iya. Apa kamu serius sama dia? Mencintai dia?" Talita menggigit bibir bawahnya. Usia belum mencapai 25 tahun, tapi sudah di hadapkan keadaan dan keputusan berat, ten

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Terpaksa Sepakat

    "Reynald. Apa kamu sudah tahu?" Talita membalas dengan pertanyaan. Tubuhnya sendiri tak bereaksi, hanya berdiri diam membeku. Setelah Reynald menjauh, Talita mendongak dengan gerak mata ke kanan kiri berusaha membaca ekspresi Reynald. "Tahu apa? Banyak hal terjadi, dan jangan menuntutku seperti tahu segalanya," protes Reynald. "Soal aku." "Kamu? Apamu?" Reynald tersenyum. "Aku tidak bodoh, Talita. Walaupun banyak serangan ke kamu, tapi aku nggak sepenuhnya percaya. Dan kamu juga ... Kamu jangan coba-coba membuat drama seolah-olah kamu benar-benar melakukannya. Aku lebih mengenalmu daripada orang lain." "A aku ... Maksudku aku dan keluargaku?" "Keluargamu? Ada apa dengan keluargamu? Kalau ini aku tidak tahu. Ku kirain soal masalah kita." "Oh, begitu." Talita mundur lebih jauh ke belakang. Mendadak jadi tak ingin meneruskan. Lebih memilih menilai kejujuran Reynald tanpa harus lakukan kontak fisik dengannya. "Ya sudah lha. Lupakan saja," ucapnya kemudian, berharap memang du

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Tiba-Tiba Memeluk

    Ruangan dalam kantor milik Ruhut itu kembali hening. Jawaban tak di sangka-sangka keluar dari bibir Reynald. Ekspresi balasan berbeda-beda terjadi kemudian. Talita turunkan pandangan, menelaah semua. Rangkaian kejadian beberapa hari di New York waktu itu jadi isi pikirannya, sedangkan Celine dan Ruhut sontak ternganga tak percaya. Suara detik jam untuk beberapa lamanya sirna oleh pekikan Celine. Sikap percaya dirinya berangsur pudar tertutupi tatapan sayu berisi cairan bening itu tertuju pada Reynald. "Sayang. Kamu ngomonga apa?!" Celine ungkapkan protes. "Wanita ini nggak buat kamu ngerubah pikiran, kan? Bukan karena soal saham perusahaan, kan? Percayalah, Sayang ... Aku bisa beli semua milik dia yang prosentasenya cuma kecil itu!" ucapnya berlanjut sambil menunjuk-nunjuk sinis pada Talita. "Bukan soal itu, Celine. Ada alasan yang nggak bisa aku ungkapkan semua. Aku mohon jangan paksa aku cerita detailnya, tapi pada intinya ini menyangkut konsistensi pemikiranku. Maaf." "Apa

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Tidak Berencana Menikahimu

    "Reynald!" "Kamu sudah mengenalku, Talita. Sekali aku memutuskan sesuatu, berarti itu akan konsisten sampai kapanpu!" Reynald tidak kalah kerasnya. Pintu ruangan di ketuk, bahkan sebelum Talita ataupun Ruhut baru saja akan memberikan tanggapan. Nama Ruhut di sebut oleh seorang wanita dari balik pintu. "Masuk," ucap Ruhut lantang. Ada kesal ketika sudah terlibat lebih dalam di sebuah percakapan penting, tapi kemudian terganggu oleh panggilan. Pintu terbuka, dan salah seorang asisten pribadi Ruhut menjulurkan kepala. "Maaf, Pak. Ada tamu," ujarnya. "Akukan sudah bilang nggak mau di ganggu!" tandas Ruhut tegas. Watak aslinya memanglah keras, tapi dalam segi keprofesionalitasan, dia adalah seorang pengacara yang dapat di andalkan. "Maaf, Pak. Tamunya maksa. Bilangnya istri Pak Reynald." Ruhut sontak beralih pada Reynald. Kebingungan baru untuknya. "Istri Pak Reynald?" pertanyaan lebih tertuju pada Reynald. "Dia ... Tidak ada hubungannya dengan pertemuan ini, jadi ..." "

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Ini Hanya Tentang Kita

    "Ehem ..." Reynald berdehem, menandai keberadaannya. Talita menoleh, sedikit terkejut. Reynald berpenampilam berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu. Potongan rambut baru dan sengaja di beri pomade, sehingga terlihat klimis. "Selamat sore," sapa Reynald. Tarikan bibir tipis searah dengan tatapan tertuju lurus pada Talita. "So sore," balas Talita gugup. Tatapan sendu Reynald sangat berbeda dengan dulu saat mereka masih bersama. Semakin gugup saat Reynald berikan tangan untuk awali jalinan berkabar. "Bagaimana kabarmu?" "Aku baik-ba ..." "Kamu kelihatan pucat?" sela Reynald dalam rangkaian pertanyaan. Tangannya tak juga melepas, seperti sebuah genggaman. "Kamu pasti sakit?" pertanyaan kedua dengan ekspresi murung. "Oh, mungkin karena kecapean saja. Nggak apa-apa, kok." Talita memaksa melepaskan tangan. Walaupun iringan lembut ketika menariknya, tapi jelas tersirat perasaan tak nyaman. "Silahkan duduk. Jujur saja, saya tadi nggak mengenali Nyonya Talita. Sepertinya

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Video Telah Tersebar

    "Sayang? Kamu ngagetin aja!" Celine menghambur memeluk Reynald, serasa sempat berpisah dalam waktu lama dan baru bertemu kembali. "Kita pergi dari sini sekarang." Reynald lepaskan ikatan tangan Celine dengan lembut, lalu berbalik sebagai komando untuk segera lakukan apa yang baru di ucapkan. "Tapi, Sayang. Kita sudah sejauh ini. Sekalian saja buat Talita malu. Mama Vero dan Vanessa baru saja chat aku. Mereka sudah lihat video uploadtan di medsosku, dan ..." "Hentikan, Celine. Hapus video-video itu!" perintah Reynald dingin. Langkahnya bahkan lebih cepat, namun juga tidak menggandeng Celine sebagai bantuan bagi wanita hamil seperti biasanya. "Tapi kenapa, Sayang? Talita pantas dapat perlakuan seperti itu, dan kamu berhak mempermalukannya di depan orang banyak, kok." Celine lingkarkan satu tangan pada lengan Reynald dengan manja. Tampak beberapa orang yang lewat sempat memperhatikan Reynald. Mereka memastikan bahwa pria di samping depannya adalah pebisnis muda yang sedang naik d

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Buat Bukti Perselingkuhan

    Di lain tempat. "Tolong jangan kasih tahu siapa-siapa ya, Van." Ucapan Talita setelah selesai berdandan. Secara singkat, malam itu juga dia persiapkan diri untuk pertemuan dengan Wira. Dress sifon lengan panjang dengan panjang di atas lutut, membuat Talita semakin cantik. Warna pastel mencerminkan pribadi Talita yang kalem dan bersahaja. "Lagian, semua itu belum tentu bener," lanjutnya. "Kalau memang bener gimana?" Vani beringsut lebih mendekati Talita. Kepalanya miring, mencari celah tatapan Talita. "Lu ternyata kaya raya, Ta!" pekik Vani histeris sendiri. "Tapi kenapa selama ini mama gue nggak cerita?" Keraguan yang selalu jadi pengusik pikiran Talita untuk percaya pada Wira. "Nah itu dia. Gue juga kepikiran sampe situ." Vani terus mengikuti Talita yang sedang lakukan persiapan akhir. Sepatu sandal bertali warna nude jadi pilihan Talita kali ini. "Pokoknya lu harus tanyain semua ke Pak Wira soal asal-usul masa lalu dan keluarga ibu lu. Menurut gue juga patut di curigai. Sela

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Skandal Memalukan

    Di tempat lain, Reynald berdiri di balik kursi kerja melihat ke arah luar. Pikirannya sedang berkutat pada obrolannya dengan Celine yang tak lama berselang. "Aku yakin, Talita dan Mario sedang siapin rencana jahat sama kamu, Sayang," ucap Celine, tak lama setelah masuk ke ruangan kerja Reynald. Dress floral hitam putih yang di kenakan masih belum sepenuhnya mampu menutupi perutnya yang terlihat membuncit. "Tuduhan sama dari dulu." Celine cemberut. Jawaban santai Reynald tak sesuai harapannya. "Kan emang kenyataannya begitu!" Celine mulai meradang. Beberapa hari, di rasanya sikap Reynald berubah. "Sayang. Aku dengar desas-desus. Boleh aku tanya ke kamunya langsung?" "Desas-desus darimana?" Reynald merasa perlu mempertanyakan tentang seberapa valid Celine mendapatkan informasi. "Ada deh, itu pastinya sumber terpercaya." "Tapi aku meragukannya." Celine lebih mendekati Reynald. Perubahan Reynald yang semula hanya dugaan, namun sekarang telah jadi nyata. "Berarti kamu meragu

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Simpenan Pejabat?

    "Masa, sih?!" Vani tak setuju. "Kayaknya adem ayem aja." Vani berdiri, lantas menarik pegangan koper Talita. "Sudah yuk. Kita pulang," ajaknya. Rasa enggan itu tidak lagi jadi bias, sebab Vani menunjukkannya dengan jelas. Apapun pembahasan soal Reynald, Vani akan berubah murung. Talitapun akhirnya memutuskan untuk tak membahasnya. Sejak perlakuan menyakitkan Reynald padanya, sahabatnya ini seolah membuat suaminya itu sebagai antagonis pada setiap topik pembicaraan. "Iya iya. Antar aku pulang." Talita memutuskan menurut. Tekukan wajah Vani, berasa tak enak di lihat juga. Saat beberapa langkah keluar dari pintu lobby bandara, keduanya di kejutkan dengan kedatangan seorang pria berpakaian setelan safari mendekat. "Nyonya Talita. Mobil jemputan anda di sini." Pria itu memberi anggukan hormat, lalu menunjuk pada mobil tipe sedan mewah warna hitam di parkiran khusus. Talita dan Vani saling bertatapan. Raut kebingungan memunculkan pertanyaan baru dari Vani. "Maaf, bapak siapa ya?

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status