Home / Urban / Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri / Perjodohan Suami Dengan Mantan Kekasihnya

Share

Perjodohan Suami Dengan Mantan Kekasihnya

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-01-07 13:59:46

"Cepet bersihin luka Celine! Bawa sial aja bisanya!"

Talita mengangguk patuh atas perintah dari Veronica ini. "Baik, Ma." Talita segera berdiri meski sedikit susah payah. Rasa nyeri pada pinggang masih sering kali hilang timbul ketika melakukan perubahan gerakan mendadak seperti saat ini.

Seorang pembantu rumah tangga masuk ke dalam ruang makan dengan tergopoh-gopoh bersama 2 lap basah dan kering. "Nyonya muda, biar saya yang bersihin," pintanya tapi di tanggapi Talita dengan gelengan kepala.

"Nggak usah. Aku saja. Mama Vero pasti nggak akan ijinin kamu bantu kesalahanku. Ambilin pengki saja ya."

Perintah Talita ini kemudian jadi gerak cepat pembantu rumah tangga bernama Sari ini ke area belakang rumah. Sedangkan Talita merunduk lagi untuk membersihkan punggung kaki Celine. "Maaf, Celine. Aku benar-benar nggak sengaja. Aww!" Berganti Talita menjerit tertahan karena tak melihat bagian yang di bersihkan, jadi sempat ada remahan pecahan menusuk dan hampir masuk ke dalam kulitnya.

"Aduhh. Kok makin sakit? Rey tolong bawa aku ke dokter saja kalau begini. Kalau cuma bersihin gini doang aku juga bisa sendiri. Talita nggak mungkin bisa sembuhin," rengekan manja Celine kepada Reynald setelah tahu Talita juga terluka dan takut Reynald mengetahuinya.

Reynald berjalan cepat mendekati, lalu membantu Celine berjalan. "Apa kira-kira ada luka dalam?" tanyanya penuh kekhawatiran.

"Nggak tahu. Makanya bawa ke rumah sakit saja. Bisa gendong, nggak? Aku takut banget ada pecahan terus kalau buat jalan jadi semakin parah." Ketakutan Celine sambil jalan tertatih lewat bantuan rangkulan Reynald.

"Iya, Rey. Gendong saja. Kasihan Celine. Tiap bagian tubuh dia itu berharga, jadi jangan sampai kenapa-kenapa. Lain sama dia." Veronica melirik ke arah Talita, lalu berjalan cepat mendekati Reynald agar segera membawa Celine keluar sebelum putranya tersebut melihat Talita yang sedang memegang salah satu jarinya yang berdarah. "Sekalian cek kehamilan. Semoga saja hasilnya memang positif. Mama nggak mau punya cucu dari dia, jadi Mama ikut dampingi Celine ," pinta Veronica berniat ikut serta, meski menahan sakit di bagian perutnya.

Ruangan makan itu kemudian sepi, sehampa hati Talita yang hanya bisa melihat semua ini dari kejauhan tanpa bisa berbuat apa-apa. Perih dari goresan pencetus keluarnya cairan merah di jari telunjuknya sampai tidak di rasakan.

"Nyonya muda. Ini lap keringnya buat bersihin luka anda, biar saya yang bersihin pecahan di bawah." Suara Sari memecah keheningan ruang makan.

Talita yang baru menyadari kehadiran Sari, segera mengusap air matanya lalu meraih lap kering dari orang satu-satunya yang bisa dia jadikan teman bicara di rumah tersebut. "Makasih ya, Mbak."

"Setelah di keringkan, basuh sama air kran bersih terus biar nanti saya ambilkan plester," sahut Sari lagi. Sejak kedatangan Talita di rumah ini, Sari sudah menaruh simpati pada Talita yang seringkali mendapatkan perlakuan berat sebelah di rumah.

Talita tak begitu saja menuruti meski sudah tahu saran Sari yang harus dia lakukan. Ia pergi ke dalam kamarnya di lantai 2, menghambur ke tempat tidur lalu meluapkan segala sesak di dada ini dengan tangisan.

Pemandangan Reynald menggendong Celine begitu menyayat hatinya, terlebih Celine tampak begitu manja dalam pelukan suaminya itu. Hal yang bahkan sudah tak bisa dia impikan lagi. Sudah beberapa bulan Reynald bersikap dingin padanya, terlebih dengan adanya kehadiran Celine kembali.

Setelah beberapa saat, pintu kamarnya ini terdengar diketuk oleh Sari. "Nyonya muda. Anda baik-baik saja? Gimana lukanya? Ada yang bisa saya bantu?" rentetan pertanyaan Sari dengan nada belas kasih. "Tuan minta Anda ke bawah. Ini saya sudah bawain plester luka."

Talita membalikkan tubuhnya dengan malas. Rasa kaku karena satu posisi memangkupkan wajah, harus Talita lawan setelah mendengar Reynald telah mencarinya.

"Nyonya muda. Saya boleh masuk, kan?" pinta Sari masih setengah berteriak.

"Iya masuklah," jawab Talita.

"Maaf, Nyonya. Saya ada gosip dari dapur. Mbak Celine tadi sempat minta minuman hangat, karena tiba-tiba merasa mual. Apa benar dia hamil anak Pak Reynald? Terus Anda bagaimana, Nyonya?"

Namun belum juga Talita berikan tanggapan, dibelakang Sari, Vanessa masuk lalu menutup pintu. Talita segera berdiri tak sempat menutupi keadaan kacau setelah menangis hebat sampai membuat bawah kedua matanya sembab.

"Va Vanessa? Ada apa?"

"Sebelum kamu turun, aku bilangin sesuatu dulu biar nggak kaget." Vanessa juga sengaja membiarkan Sari tetap berada di tempat biar sekalian saja dengar.

"Pasti kamu sempet dengar kalau selama aku ke Aussie, Mama minta Celine yang jadi penjaga. Kak Rey tentu mau obrolin itu sama kamu, karena Mama nggak kuat naik ke atas sini jadi aku yang di kasih mandat kasih tahu permintaan Mama.

"Apa itu?" Talita sampai tak begitu peduli akan rasa perih ketika Sari membersihkan lukanya kemudian baru menutupnya dengan plester.

"Mama ingin Celine dan Kak Rey segera menikah sebelum anak dalam kandungannya itu lahir. Mama nggak mau acara resepsi nanti, perut Celine sudah kelihatan besar. Karena itu Kak Rey panggil kamu buat bicarain statusmu nanti. Paham!"

"Apa yang kamu omongin ini benar?" polosnya Talita yang jadi semakin bingung.

"Tentu saja aku nggak bohong. Nasibmu sekarang di tangan Kak Rey."

"Maaf." Sari kembali datang masuk ke kamar Talita tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. "Tuan tanya soal Nyonya muda lagi. Di minta segera turun temui beliau."

"Oke. Aku segera turun," sahut Talita sebelum kembali beralih pada Vanessa lagi. "Maaf Vanessa. Aku harus turun."

"Eits, tunggu. Ada hal lain. Ini pesan Mama buatmu. Tolong pergi saja dari rumah ini, sekaligus kepemilikan saham di perusahaan. Mama akan beli semua, berapapun harganya asal kami nggak lihat wajahmu lagi."

"Baiklah. Akan aku pertimbangkan."

"Jangan bilang Kak Rey kalau kita lakukan negosiasi ini. Lakukan segala cara biar Kak Rey terbebas dari beban moralnya sama almarhum Papaku dan Ayahmu. Janji Talita?" Vanessa mencengkeram tangan Talita untuk berikan paksaan suatu kesepakatan.

"Aku bicarakan dulu dengan Reynald. Aku tidak bisa begitu saja tinggalkan wasiat itu. Kamu tahu itu, Vanessa."

Vanessa mengikuti dengan raut kesal. Misi yang di bebankan Veronica padanya agar bisa meyakinkan Talita pergi dari rumah ternyata tidak semudah mereka kira.

Setelah berada di bawah menuju ke ruang keluarga, Vanessa memberikan isyarat berupa gelengan kepala pada Veronica dan membuatnya juga ikut kesal.

"Talita. Kita bicara berdua di ruang kerjaku."

Talita berikan anggukan. Celine sudah tidak berada di tengah-tengah mereka, jadi akan mempermudah pembicaraan intens mereka kali ini, pikirnya. Tapi baru saja akan melangkah, suara teriakan Vanessa jadi penjeda. Terlebih terlihat Veronica memegangi dada dengan raut seolah susah bernapas menuju kolaps.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ratih Fitriya
nggk usah banyak pertimbangan Ta daripada sakit hati trus hidup seatap sama keluarga toxic mending pergi
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
dramaaa apalagi iniii
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Tahu Dari Orang Lain

    Setelah beberapa jam. "Aku senang kamu jadi tegas seperti ini." Mario melingkarkan kedua tangannya pada pinggul ramping Talita dari arah belakangnya. "Kamu jadi ke rumah sakit?" pertanyaan ini bersamaan dengan tarikan untuk memutar tubuh Talita agar menghadap padanya. Mario sangat tak menyukai bila melihat Talita melamun seperti tal menyadari akan keberadaannya. "Iya. Sudah di buatkan janji sama sekretarisnya Pak Wira. Bagaimana denganmu? Apa kamu jadi ke tempat temenmu?" Talita teringat pembicaraan mereka berdua selama perjalanan menuju kantor Tanjunh, corp tadi. "Iya jadi." Mario berganti duduk di tempat presdir utama yang baru saja di siapkan untuk Talita. "Cuma obrolan temu kangen aja. Setelah aku antar kamu ke rumah sakit, aku tinggal sebentar ya. Nanti kalau kamu selesai ketemu dokter, baru jemput kamu. Kita harus segera balik ke New York, selesaikan ujian musim panas kita lalu balik ke sini. Tidak baik terlalu andalkan Pak Wira. Kamu dan aku sekarang punya tanggung jawab

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bahasa Batin

    "Celine cerita kalau dia itu cowok mokondo. Sukanya numpang sama cewek-cewek yang dia dekati, tapi tujuannya buat naikin pasaran dia. Orang kayak begini kok dipercaya jalanin proyek besar. Pasti merugikan!" Pernyataan pedas Veronica ini langsung mendapatkan pertentangan Mario. "Terus bagaimana dengan anak anda?" tatapan sinisnya tertuju pada Reynald. "Seenaknya mencampakkan istrinya, tapi setelah tahu siapa dan latar belakang keluarga Talita, sekarang dia mau deketin Talita lagi. Anda nggak tahu gimana kelakuan anak anda tiap kali ke Amerika. Dia seperti penguntit amatiran buat cari perhatian Talita. Tanya sendiri saja sama dia!" tuduhan Mario tidak kalah keras. "Hentikan! Tolong jangan kekanakan!" dengan keberanian demi suasana kondusif, Talita menengahi. "Tolong segera tanda tangani. Kamu nggak mau situasi ini jadi semakin nggak terkendali, kan?" kali ini Talita tertuju pada Reynald. Permintaan sekaligus harapan suaminya itu akan berpikiran sama dengannya. "Baiklah. Akan aku

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Saling Menjelekkan

    Beberapa hari telah berlalu, Talita berusaha menutup segala kemungkinan adanya komunikasi dengan Reynald. Menata lagi rencana yang sudah di pikirkan jauh-jauh hari, sampai berganti minggu kemudian baru di realisasikan. "Kamu sudah siap?'" tanya Mario. Ada rasa penasaran setelah memperhatikan Talita lebih cepat dari biasanya. "Kamu bawa kopernya satu doang?" Agak terheran ketika tempat pakaian dan keperluan pribadi yang di bawa Talita itu justru terpilih berukuran kecil, sedangkan rencana perjalanan mereka ke Jakarta adalah dua minggu lamanya. "Iya begitulah. Aku punya segalanya sekarang, dan sudah di siapkan Pak Wira di Jakarta." Walaupun mengungkapkan tanpa gerak angkuh, tapi cukup menggambarkan bagaimana Talita tengah menikmati perubahan besar dari hidupnya sekarang. "Oh, begitu." Mario mendekat, lalu menarik pinggang ramping Talita. "Jadi sekarang kamu benar-benar telah berubah jadi wanita miliarder?" kemudian Mario lebih merapatkan pelukannya, sehingga Talita sampai mendonga

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Pembalasan Istri Yang Tersakiti

    "Aku sudah belajar mencintainya, seperti halnya kamu mulai buka hati lagi untuk Celine." Reynald angguk-anggukkan kepala. "Lalu bagaimana dengan kesehatanmu sendiri? Kamu masih rajin kontrol setelah program fisioterapi?" "Aku akan jawab pertanyaanmu itu, tapi berjanjilah dulu kamu bakal menjawab juga. Dokter Willy pengen kamu sendiri yang cerita padaku." Reynald menghela napas panjang, lalu berikan jawaban cepat. "Tapi kamu juga janji mau temani aku ke rumah sakit rekomendasi dokter Willy, kan?" "Emang kamu sakit apa? Serius, kah?" Reynald mengangguk, tanpa berikan kalimat jawaban. Tak pernah di lihat Reynald begitu rapuh seperti ini. "Dimana Celine? Bukannya dia juga butuh kamu disana? Bagaimana dengan anaknya? Perutnya sudah besar, pasti nggak lama lagi melahirkan." Reynald diam tak menjawab, hanya berikan senyuman tipis. "Apa kanker?" tebak Talita tak menyerah, tapi di tanggapi Reynald dengan gelengan. "Jantung?" lanjutnya, tapi juga mendapatkan jawaban berupa tanda

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Soal Celine Dan Mario

    "Dr.Willy?" Talita peras otak untuk mengingat-ingat. Selama ini memang jarang di libatkan dalam segala hal oleh Reynald, Talitapun lebih cenderung memaksa diri untuk jadi introvert. "Iya, Nyonya. Kita orang yang gantikan Profesor Winoto." "Ah iya. Anda yang datang ke rumah sewaktu Reynald sakit malam-malam itu?" "Iya, benar. Tapi waktu itu anda di minta Nyonya Veronica balik ke kamar. Sepertinya anda juga kurang sehat, ya?" "Oh ya, sekarang saya ingat bener. Mungkin karena sekarang anda pake kacamata sama sedikit brewokan, jadi saya baru ngeh." "Iya, tak apa Nyonya. Saya senang anda temani Pak Reynald disini, karena itu yang memang dia butuhkan sekarang." "Sa sa saya menemani Reynald? Maksud anda bagaimana ya, dok?" Talita jelas terlihat bingung, membuat Willy lebih heran lagi. "Anda mau ke apartemen sewaan Pak Reynald di atas, kan? Saya kira nanti suami anda itu bakal segera kasih tahu anda. Saya sendiri nggak bisa lama-lama. Rujukan sudah bisa di lakukan kapanpun dia

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Sontak Mengingat Pesan Reynald

    Jejak kenangan membaur di pikiran. Tatapan dan senyuman Reynald mendadak menghiasi lensa bening mata Talita. "Merayumu? Itu cuma agar kamu senang atau pembuktian perasaan cinta?" Kepercayaan diri Talita pada kenaikan levelnya. "What?" Mario ungkapkan keheranan. "Tunggu. Apa ini Talita yang aku sudah kenal?" tanyanya. Bukan pada sesungguhnya, tapi kiasan akan sebuah perubahan besar pada Talita. "Maaf. Aku cuma pengen tahu jawabanmu." Mario tarik tangannya dari atas sandaran sofa, lalu menghela napas agar lebih terlihat rileks. "Ck. Sudahi saja. Kesini saja, dan kita bicarakan hal lain saja." Mengalah adalah akhir dari usaha Mario. Talita tersenyum, lalu mendekati sofa. Di raih tangan Mario, untuk di lingkarkan pada pundaknya. Talita beringsut memeluk Mario dengan menyandarkan kepala di dadanya. "Aku selalu pengen lakuin ini. Please, jangan di protes." Dibelai lembut rambut Talita yang sudah berantakan. Tali-tali rambut anak menyembul keluar dari ikatan yang sudah mulai long

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status