Share

Rencana Jahat

Author: Leon Hart
last update Last Updated: 2025-01-07 14:06:29

Baik Talita maupun Reynald berganti tujuan ke arah single sofa tempat Veronica duduk berada.

"Mama? Kenapa?!" kepanikan Reynald, segera memposisikan ibunya tidur dalam pelukannya. "Kita ke dokter sekarang!" putusnya melihat keadaan Veronica yang terlihat sulit bernapas, tapi justru mendapatkan pencegahan.

"Nggak usah, Rey. Bawa Mama ke kamar saja. Kita juga perlu bicara berdua." Veronica menurunkan kaki, lalu meminta putranya ini untuk memapahnya secara perlahan.

"Aku bikinin teh anget ya, Ma." Talita masih menaruh rasa peduli, namun mendapatkan tanggapan sebaliknya.

"Nggak usah!" sahut Veronica sewot. "Harusnya kamu itu bikin surat laporan. Nyadar nggak, sih?! Kalau hari ini kamu sudah buat dua orang bisa saja mati. Aduhh, Tuhan toloongg. Dosa apa aku pada-Mu sampai kirim menantu bisanya buat sial teruss!" Veronica merutuki diri seolah-olah tengah mendapatkan hukuman dan hanya berakhir pada penyesalan.

"Sudahlah, Ma. Kita bicara saja di dalam." Reynald lalu beralih pada Talita. "Kita lanjutkan lagi besok," permintaan dingin Reynald dan di ikuti anggukan patuh istrinya tersebut.

Talita berjalan kembali ke kamarnya masih dalam kepala tertunduk, menahan tangis lagi. "Tuhan. Aku tak sanggup lagi," curhatan perih Talita meringkuk dalam dekapan sendiri. "Kalau memang sudah nggak cinta lagi, kenapa kamu masih mau aku jadi istrimu, Rey!" pilunya Talita.

Tak terhitung sudah air mata keluar, namun hanya satu kata Reynald yang terus teringat dalam pikirannya. Jawaban penolakannya untuk berpisah, membuat Talita dalam dilema hati. Tangisnya terjeda setelah menyadari ada panggilan dari ponselnya.

"Iya, Van?" sahutan Talita ketika nomor sahabatnyalah jadi pengisi layar ponselnya.

"Gue sudah di depan rumah lo. Cepet turun. Lo harus ikut gue. Ini penting!"

"Penting apa maksud lo?"

"Gue sudah baca semua chat curhatan lo, dan gue nggak mau kamu sedih terus. Ini ada acara penting buat lo."

"Apa itu, Van?"

"Ada hubungannya sama pernikahan lo, Ta."

"Apa maksudmu?"

"Sudah deh. Cepet dandan dan turun. Gue bisa jamuran nih nungguin lo disini!"

Amarah Vani akhirnya luluhkan Talita. "Iya iya. Gue turun, tapi harus ijin Rey dulu ya."

"Nggak usah ijin segala. Percaya deh. Sudah lebih dari 6 bulanan ini lo tersakiti terus, jadi lo berhak lakukan sedikit pemberontakan. Persetan label istri solehah. Lo juga perlu bahagia, girl!"

Seperti biasa, Vani selalu berhasil meyakinkan Talita. Dalam hitungan tak sampai 5 menit, ia sudah berada di depan mobil pacar Vani bernama Dedi dan langsung masuk ke dalam dengan tergesa.

"Emang lo mau ajak gue kemana?" tanya Talita seketika setelah menutup pintu mobil.

"Ada orang yang pengen Dedi kenalin ke lo," jawab Vani setelah miringkan posisi duduknya menghadap ke belakang.

"Siapa?"

"Nanti juga tahu. Ini acara undangan dari teman Dedi satu gym, terus nggak sengaja kenal sama tuh orang."

"Terus apa hubungannya sama masalah pernikahan gue?"

Vani dan Dedi hanya saling bertatapan bersambut senyuman. Memberi jawaban mengambang sampai mereka tiba di sebuah club malam yang sudah di isi Clubbers beserta hiruk-pikuknya.

"Asal kamu tahu, Ta. Dedi pernah lihat suami lo sama dedemit sok cantik itu di sini berduaan sampai malam. Waktu lo cerita Reynald lagi ke luar kota itu." Vani mengawali penjelasan seraya menggandeng erat lengan Talita.

"Apa mereka lanjut menginap di hotel atau semacamnya, gitu?" Wajah Talita mulai pucat pasi dengan dugaan terburuknya ini.

"Kalau itu biar Dedi yang cerita. Dia sampe bela-belain buntutin. Kamu memang benar. Selama ini sepertinya Reynald bohong kalau selama dia tidak menyentuhmu itu sebenarnya sudah tidur sama Celine, mantan laknatnya itu."

Talita secara tak sadar menerima begitu saja tiap gelas berisi minuman yang sebenarnya berasa tak familiar di lidahnya, tapi entah kenapa sedikit membuatnya lebih baik ketika badannya terasa lebih ringan, pikirannya melayang tanpa beban, hingga akhirnya perlahan-lahan kedua matanya terpejam seiring hilangnya segala pembuat berat kesadaran otaknya ini.

***

Setelah beberapa saat.

"Talita Aryadna Dharmawan!"

Panggilan menghentak ini sontak membuat Talita memaksakan diri membuka kedua matanya. Bukan hanya kini kepalanya terasa sangat berat, tapi suara yang memanggilnya itu sangatlah dia kenal.

"Lihatlah dirimu. Semurah inikah dirimu sebenarnya?" Bukan suatu pertanyaan tapi lebih pada hinaan dari seorang Reynald.

Talita terbelalak kaget sekaligus bingung ketika baru menyadari tatapan jijik Reynald padanya itu karena tubuhnya tengah polos dan hanya terbungkus selimut putih dari kasur dalam sebuah ruangan tidur hotel.

"Aku tunggu di rumah dan kita bicara soal kesepakatan itu. Aku kira sudah yakin dengan keputusanku!"

"Rey, tunggu!" hibah Talita sembari berusaha memakai pakaiannya dengan cepat. "Kamu nggak bisa ambil keputusan sepihak. Aku juga punyak hak atas kesepakatan itu dan kita bisa segera bercerai!" Baru saja akan meraih bagian celana panjangnya, ujung sepatu jadi penahan sehingga Talita terpaksa mendongak.

"Jangan temui kakakku lagi!" ucap Vanessa lebih pada sebuah ancaman. "Kalau kamu masih keras kepala kembali ke rumah, akan aku sebar fotomu ini ke semua medsosku biar kamu malu!" Vanessa menunjukkan layar ponselnya yang berisi deretan foto Talita bersama seorang pria.

"Aku nggak kenal cowok itu dan nggak lakuin semua itu. Aku berani bersumpah!"

"Dasar nggak tahu malu. Sudah jelas-jelas begini masih berani bersumpah. Untung saja Kak Rey sama Kak Celine nggak sama orang-orang kayak kalian berdua. Cih, jijik bener aku lihatnya!" Vanessa menarik kakinya dari atas celana Talita lalu beranjak pergi.

Baru setelah pintu tertutup itulah, seorang pria yang sama dengan foto dalam ponsel Vanessa tengah berdiri dengan raut serius menyapa. "Hai, Talita."

"Siapa kamu?! Kenapa kamu bisa kesini? Dan kita ... Apa kita berdua ... Semalam apa kita berdua ..." Talita sampai tak sanggup teruskan ucapannya.

"Tenang ... Take it easy, girl. Ini." Pria muda nan tampan itu kemudian mengambil sisa pakaian Talita, lalu memberikannya. "Namaku Mario. Ceritanya panjang, tapi untuk sementara aku akan keluar sampai kamu selesai berpakaian. Oke."

Setelah berpakaian lengkap, Talita segera membuka pintu untuk memberi ruang bagi Mario masuk ke dalam. "Cepat jelaskan padaku ada apa sebenarnya? Karena aku harus temui suamiku. Siapa sebenarnya kamu? Apa yang sudah kita lakukan semalam? Bagaimana dengan Vani, temanku? Apa dia juga ada di balik semua kejadian ini? Cepat katakan!" Emosi Talita memuncak, ketika pikirannya ini sudah kacau-balau tak bisa berpikir jernih lagi.

"Sebelumnya maafkan aku. Keberadaanku di sini adalah skenario untuk membantumu, sekaligus menjadikan kita berdua sebagai partner."

"Apa maksudmu? Aku nggak ngerti. Mending sekarang aku pulang dan bicara dengan suamiku, karena aku cuma percaya sama dia!"

"Talita!" Mario meraih tangan Talita, lalu memegang kedua lengannya dengan kuat.

"Lepasin! Aku sudah bilang nggak akan mau percaya sama kamu. Aku akan laporkan kalau kamu jahat, karena aku benar-benar nggak merasa semalam bercinta sama kamu atau siapapun. Ingat ya. Aku punya suami, jadi aku tahu bedanya. Ini cuma jebakan jadul. Bikin muak!"

"Bukan aku yang jahat, tapi suamimulah yang kejam. Suamimu jugalah orang di belakang semua ini!"

"Apa?!!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ratih Fitriya
terlalu menye" emang si Talita ini senang di sakiti dan di tindas apa tujuannya Vani sama Dedi menjebak Talita sama mario kelihatan semakin hina di mata keluarga suami nya Talita
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
what?????toxic beneran
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Tahu Dari Orang Lain

    Setelah beberapa jam. "Aku senang kamu jadi tegas seperti ini." Mario melingkarkan kedua tangannya pada pinggul ramping Talita dari arah belakangnya. "Kamu jadi ke rumah sakit?" pertanyaan ini bersamaan dengan tarikan untuk memutar tubuh Talita agar menghadap padanya. Mario sangat tak menyukai bila melihat Talita melamun seperti tal menyadari akan keberadaannya. "Iya. Sudah di buatkan janji sama sekretarisnya Pak Wira. Bagaimana denganmu? Apa kamu jadi ke tempat temenmu?" Talita teringat pembicaraan mereka berdua selama perjalanan menuju kantor Tanjunh, corp tadi. "Iya jadi." Mario berganti duduk di tempat presdir utama yang baru saja di siapkan untuk Talita. "Cuma obrolan temu kangen aja. Setelah aku antar kamu ke rumah sakit, aku tinggal sebentar ya. Nanti kalau kamu selesai ketemu dokter, baru jemput kamu. Kita harus segera balik ke New York, selesaikan ujian musim panas kita lalu balik ke sini. Tidak baik terlalu andalkan Pak Wira. Kamu dan aku sekarang punya tanggung jawab

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Bahasa Batin

    "Celine cerita kalau dia itu cowok mokondo. Sukanya numpang sama cewek-cewek yang dia dekati, tapi tujuannya buat naikin pasaran dia. Orang kayak begini kok dipercaya jalanin proyek besar. Pasti merugikan!" Pernyataan pedas Veronica ini langsung mendapatkan pertentangan Mario. "Terus bagaimana dengan anak anda?" tatapan sinisnya tertuju pada Reynald. "Seenaknya mencampakkan istrinya, tapi setelah tahu siapa dan latar belakang keluarga Talita, sekarang dia mau deketin Talita lagi. Anda nggak tahu gimana kelakuan anak anda tiap kali ke Amerika. Dia seperti penguntit amatiran buat cari perhatian Talita. Tanya sendiri saja sama dia!" tuduhan Mario tidak kalah keras. "Hentikan! Tolong jangan kekanakan!" dengan keberanian demi suasana kondusif, Talita menengahi. "Tolong segera tanda tangani. Kamu nggak mau situasi ini jadi semakin nggak terkendali, kan?" kali ini Talita tertuju pada Reynald. Permintaan sekaligus harapan suaminya itu akan berpikiran sama dengannya. "Baiklah. Akan aku

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Saling Menjelekkan

    Beberapa hari telah berlalu, Talita berusaha menutup segala kemungkinan adanya komunikasi dengan Reynald. Menata lagi rencana yang sudah di pikirkan jauh-jauh hari, sampai berganti minggu kemudian baru di realisasikan. "Kamu sudah siap?'" tanya Mario. Ada rasa penasaran setelah memperhatikan Talita lebih cepat dari biasanya. "Kamu bawa kopernya satu doang?" Agak terheran ketika tempat pakaian dan keperluan pribadi yang di bawa Talita itu justru terpilih berukuran kecil, sedangkan rencana perjalanan mereka ke Jakarta adalah dua minggu lamanya. "Iya begitulah. Aku punya segalanya sekarang, dan sudah di siapkan Pak Wira di Jakarta." Walaupun mengungkapkan tanpa gerak angkuh, tapi cukup menggambarkan bagaimana Talita tengah menikmati perubahan besar dari hidupnya sekarang. "Oh, begitu." Mario mendekat, lalu menarik pinggang ramping Talita. "Jadi sekarang kamu benar-benar telah berubah jadi wanita miliarder?" kemudian Mario lebih merapatkan pelukannya, sehingga Talita sampai mendonga

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Pembalasan Istri Yang Tersakiti

    "Aku sudah belajar mencintainya, seperti halnya kamu mulai buka hati lagi untuk Celine." Reynald angguk-anggukkan kepala. "Lalu bagaimana dengan kesehatanmu sendiri? Kamu masih rajin kontrol setelah program fisioterapi?" "Aku akan jawab pertanyaanmu itu, tapi berjanjilah dulu kamu bakal menjawab juga. Dokter Willy pengen kamu sendiri yang cerita padaku." Reynald menghela napas panjang, lalu berikan jawaban cepat. "Tapi kamu juga janji mau temani aku ke rumah sakit rekomendasi dokter Willy, kan?" "Emang kamu sakit apa? Serius, kah?" Reynald mengangguk, tanpa berikan kalimat jawaban. Tak pernah di lihat Reynald begitu rapuh seperti ini. "Dimana Celine? Bukannya dia juga butuh kamu disana? Bagaimana dengan anaknya? Perutnya sudah besar, pasti nggak lama lagi melahirkan." Reynald diam tak menjawab, hanya berikan senyuman tipis. "Apa kanker?" tebak Talita tak menyerah, tapi di tanggapi Reynald dengan gelengan. "Jantung?" lanjutnya, tapi juga mendapatkan jawaban berupa tanda

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Soal Celine Dan Mario

    "Dr.Willy?" Talita peras otak untuk mengingat-ingat. Selama ini memang jarang di libatkan dalam segala hal oleh Reynald, Talitapun lebih cenderung memaksa diri untuk jadi introvert. "Iya, Nyonya. Kita orang yang gantikan Profesor Winoto." "Ah iya. Anda yang datang ke rumah sewaktu Reynald sakit malam-malam itu?" "Iya, benar. Tapi waktu itu anda di minta Nyonya Veronica balik ke kamar. Sepertinya anda juga kurang sehat, ya?" "Oh ya, sekarang saya ingat bener. Mungkin karena sekarang anda pake kacamata sama sedikit brewokan, jadi saya baru ngeh." "Iya, tak apa Nyonya. Saya senang anda temani Pak Reynald disini, karena itu yang memang dia butuhkan sekarang." "Sa sa saya menemani Reynald? Maksud anda bagaimana ya, dok?" Talita jelas terlihat bingung, membuat Willy lebih heran lagi. "Anda mau ke apartemen sewaan Pak Reynald di atas, kan? Saya kira nanti suami anda itu bakal segera kasih tahu anda. Saya sendiri nggak bisa lama-lama. Rujukan sudah bisa di lakukan kapanpun dia

  • Tuan Presdir Mengejar Cinta Istri   Sontak Mengingat Pesan Reynald

    Jejak kenangan membaur di pikiran. Tatapan dan senyuman Reynald mendadak menghiasi lensa bening mata Talita. "Merayumu? Itu cuma agar kamu senang atau pembuktian perasaan cinta?" Kepercayaan diri Talita pada kenaikan levelnya. "What?" Mario ungkapkan keheranan. "Tunggu. Apa ini Talita yang aku sudah kenal?" tanyanya. Bukan pada sesungguhnya, tapi kiasan akan sebuah perubahan besar pada Talita. "Maaf. Aku cuma pengen tahu jawabanmu." Mario tarik tangannya dari atas sandaran sofa, lalu menghela napas agar lebih terlihat rileks. "Ck. Sudahi saja. Kesini saja, dan kita bicarakan hal lain saja." Mengalah adalah akhir dari usaha Mario. Talita tersenyum, lalu mendekati sofa. Di raih tangan Mario, untuk di lingkarkan pada pundaknya. Talita beringsut memeluk Mario dengan menyandarkan kepala di dadanya. "Aku selalu pengen lakuin ini. Please, jangan di protes." Dibelai lembut rambut Talita yang sudah berantakan. Tali-tali rambut anak menyembul keluar dari ikatan yang sudah mulai long

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status