Home / Romansa / Tuan Sutradara Dan Nona Aktris / 3. Pemandu Wisata Dadakan

Share

3. Pemandu Wisata Dadakan

Author: Arumi E.
last update Huling Na-update: 2021-05-02 16:09:05

Tujuan kedatangannya ke kota ini sebenarnya ingin mengunjungi kedua orangtuanya yang sudah lima bulan ini ia tinggalkan bertugas ke Afrika Selatan.

Sudah sejak seminggu lalu ia kembali ke Prancis dan tinggal di sebuah flat di Paris. Baru kemarin ia punya waktu untuk meninggalkan Paris, berencana ke Nice, tetapi sengaja ia mampir dulu di Cannes untuk menemui beberapa koleganya.

Ia tak menduga, keputusannya mampir ke Cannes telah berbuah pertemuannya dengan gadis Asia di hadapannya ini. Sejak awal ia melihatnya, ia sudah tertarik. Gadis ini memiliki kecantikan yang berbeda dari kecantikan gadis-gadis Prancis yang biasa ia lihat.

Wajah gadis ini nyaman sekali untuk dipandangi, membuatnya betah berlama-lama tidak berpaling dari menatap wajah oval berhias mata bulat dengan bulu mata asli yang lentik itu.

"Aku nggak akan membiarkanmu tersesat di kota ini. Sebagai pemuda yang lahir di sini, aku merasa punya tanggungjawab untuk menemanimu berkeliling Kota Nice."

Bertrand menyampaikan kesediaannya memandu Kiara, yang sebenarnya adalah alasannya agar bisa lebih lama lagi berbincang-bincang dengan gadis itu.

"Kamu serius mau menemaniku mengunjungi tempat-tempat menarik di kota Nice ini?"

Bertrand mengangguk mantap.

"Serius."

"Tapi  bagaimana dengan pekerjaanmu?"

"Oh, aku datang ke sini bukan untuk bekerja. Sudah kubilang, orangtuaku tinggal di kota ini. Aku datang untuk mengunjungi mereka. Tapi itu bisa nanti saja, setelah aku mengantarmu melihat-lihat kota cantik ini. Bagaimana? Apakah kamu setuju?"

Kiara tersenyum senang, tanpa sadar ia mengangguk cepat. Berjalan-jalan menikmati keindahan Kota Nice ditemani seseorang yang sangat paham kota ini tentunya lebih menyenangkan dibanding bila harus berjalan sendirian tanpa tahu dengan pasti apa yang harus dikunjungi. Ditemani Bertrand,. Kiara tidak perlu khawatir akan tersesat.

"Baiklah, mari kita mulai perjalanan kita."

Ajakan Bertrand itu membuat senyum Kiara semakin melebar.

“Queen of Riviera, itulah julukan untuk Kota Nice ini. Kamu pasti sudah pernah mendengarnya, kan?"

"Ya, aku pernah dengar itu.”

"Paling asyik berkunjung ke kota ini saat musim panas. Udaranya menyenangkan dan suasananya lebih ramai. Tapi di bulan Mei ini, udaranya juga sudah cukup lumayan. Sudah jauh lebih hangat dibanding saat musim dingin.” Bertrand menjelaskan.

Kiara mengangguk-angguk. 

"Ya, bulan depan sudah musim panas, kan?" sahut Kiara.

Ia bisa membayangkan indahnya Nice di musim panas. Sekarang pun sudah terlihat indahnya. Air laut tampak begitu bening, memantulkan cahaya mentari yang menciptakan kilauan kerlap-kerlip.

Bangunan-bangunan di kanan kiri jalan berhiaskan pohon palem yang berjejer rapi membentuk barisan dengan jarak yang teratur. Siluet bukit terlihat samar menjadi latar belakang panorama kota ini. 

"Kamu tahu, apa sebutan untuk penduduk kota ini?"

Pertanyaan Bertrand itu hanya disambut dengan gelengan kepala Kiara.

“Nicois, itu sebutannya. Para 'nicois’ ini kebanyakan lebih suka tinggal di apartemen. Lebih praktis dan biayanya relatif lebih murah. Kedua orangtuaku juga memilih tinggal di sebuah apartemen di pinggiran Kota Nice. Tapi kupilihkan apartemen yang menyediakan lift tentu saja. Kasihan jika mereka harus naik turun tangga. Orangtuaku tinggal di lantai empat dan papaku seringkali malah sengaja turun lewat tangga. Katanya, sekalian olahraga.”

Bertrand menjawab pertanyaannya sendiri. Kiara tersenyum.

"Itu sikap yang sangat postif. Memanfaatkan hal sekecil apa pun untuk bisa tetap bergerak dan berolahraga. Kamu juga nicois, kan?" sahut Kiara dilanjutkan dengan pertanyaan penegasan.

"Sekarang ini aku bukan benar-benar nicois. Aku tidak menetap di kota ini. Jadi, sudah tidak bisa disebut sebagai nicois lagi," jawab Bertrand.

Kiara menganggukkan kepalanya yang indah tanda mengerti. Ini pertama kalinya Kiara menjejakkan kaki di kota ini. Selama ini, jika ia berkunjung ke Prancis, selalu saja yang didatanginya hanya Kota Paris. Baru kemarin ia berkunjung ke Cannes.

Dan saat ini, Kiara tak menyesal memutuskan mengunjungi Nice untuk menghilangkan penatnya. Kesan yang ditangkap Kiara sejak awal kakinya melangkah menyusuri jalanan kota ini, suasana Kota Nice memang menyenangkan, memberi suasana santai dan nyaman. 

"Kalau kamu ingin ke Italia, mudah sekali. Nggak jauh dari sini.”

"Oh ya?"

Bertrand mengangguk.

"Jaraknya hanya tiga puluh kilometer dari sini ke Italia,” ucapnya.

"Itu kira-kira sekitar satu jam perjalanan dengan bus, kan? Wah, memang dekat sekali. Lebih cepat daripada perjalanan dari Jakarta Barat ke Jakarta Selatan,” komentar Kiara.

"Begitulah. Eh, Jakarta apa kamu bilang tadi?"

Kiara tertawa pelan.

"Jakarta itu kota tempat tinggalku di Indonesia. Kota itu dibagi menjadi lima wilayah. Sekarang ini keadaannya sangat padat sekali. Sering terjadi kemacetan lalu lintas. Membuat jarak dari satu wilayah ke wilayah lain harus ditempuh berjam-jam. Tapi di sini, dalam satu jam, kita sudah bisa sampai di negara lain. Amazing!" jawab Kiara sedikit panjang lebar.

"Wow, begitukah di kota tempat tinggalmu? Pasti ramai sekali di sana."

"Sangat ramai. Crowded."

“Andaikan kamu datang ke sini bulan depan, kamu bisa melihat karnaval dan pertunjukkan musik gratis.”

"Hm, jadi  apa yang ada di kota ini di bulan ini?”

"Musim semi seperti sekarang ini, saat yang tepat untuk berjalan-jalan menyusuri kota ini. Menghirup dalam-dalam udaranya yang sejuk dan menikmati sinar matahari yang hangat menyentuh kulit."

Kiara menarik napas panjang, seolah ingin mengikuti saran Bertrand, merasakan udara musim semi yang sejuk di Kota Nice. Untuk yang ke sekian kalinya senyumnya merekah.

Tidak sia-sia ia nekat berkunjung ke Kota Nice ini sendirian. Ia melirik ke arah pemuda di sampingnya. Pertemuan yang diawali perbincangan di dalam kereta yang sama-sama mereka tumpangi, tetapi telah membuat Kiara lega, telah berhasil keluar dari rutinitas tugasnya yang mulai menjemukan.

“Promenade des anglais. Pernah mendengar istilah itu?"

"Istilah apa itu?"

"Itu adalah sebutan untuk kota ini."

"Apa artinya?" tanya Kiara seraya memiringkan wajahnya lalu setengah menoleh kepada Bertrand yang berjalan perlahan di samping kanannya.

"Tempat jalan-jalan bagi warga Inggris."

"Oh, karena banyak orang Inggris yang jalan-jalan di sini?"

"Sepertinya begitu. Dulu, bangsa Inggris yang tinggal di sekitar pantai, membangun daerah ini menjadi tempat yang nyaman untuk bersantai menikmati udara laut di sore hari. Sekarang, tempat ini masih digunakan untuk bersantai. Tapi dengan kegiatan yang lebih beragam. Trotoar lebar ini nyaman sekali bagi pejalan kaki, kan? Cukup luas untuk berlalu lalang beberapa orang dengan kegiatan berbeda."

Kiara tersenyum lebar. Bertrand benar sekali. Berjalan-jalan menyusuri trotoar di kota ini tidak perlu was-was. Tidak ada motor yang tiba-tiba mengklakson dari belakang saat sedang berjalan di trotoar seperti yang pernah dialami Kiara di Jakarta.

Oh, segala yang ada di sini memang tidak bisa dibandingkan dengan Jakarta. Kota tempatnya tinggal itu punya segudang pekerjaan rumah yang harus dibereskan. Mungkinkah Jakarta bisa seperti Nice, memiliki trotoar sepanjang tujuh kilometer yang lebarnya lima sampai lima belas meter?

Kiara menggeleng-geleng samar. 

"Pertama, aku akan mengajakmu ke Place Massena.” 

Ucapan Bertrand itu mengembalikan fokus Kiara pada suasana kota ini.

"Nah, tempat apa lagi itu?" tanyanya sembari menoleh sekilas pada Bertrand sebelum kembali memandang ke depan.

"Kamu lihat sendiri nanti, sebentar lagi kita sampai," jawab Bertrand seraya mempercepat langkahnya.

Arumi E.

Halo ... lanjut lagi ya bacanya. Sambil sekalian nambah pengetahuan tentang Kota Nice di Perancis. Siapa tau suatu saat kita akan jalan-jalan ke sana. Salam Arumi

| 1
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   164. Bulan Madu

    Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   163. Tuan Sutradara dan Nyonya Aktris

    Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   162. Beginilah Seharusnya Sebuah Pernikahan

    "He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   161. Kejutan Manis

    Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   160. Pertengkaran Pertama?

    Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   159. Gagal Bercinta

    "Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   158. Apartemen Baru

    Di bandara Sokarno Hatta, Kiara dan Alaric berpisah dengan Livia karena tujuan mereka berbeda. Kiara merasa aneh dan belum terbiasa dengan situasi ini. Dia masih belum terbiasa tinggal serumah dengan Alaric dan berpisah dari Livia. Tetapi ini lah hidupnya sekarang. Dia sudah memulai membangun sebuah keluarga bersama Alaric. Sopir Kiara masih bekerja dengannya. Karena Kiara masih membutuhkannya jika dia nanti punya kegiatan yang berbeda dengan Alaric. Kiara sudah meminta sopirnya itu menjemputnya di bandara sejak kemarin. Maka, kini Kiara dan Alaric sudah berada di jok belakang mobil Kiara yang dikendarai sopir Kiara. Kiara menyandarkan kepalanya ke bahu Alaric. Alaric hanya melirik istrinya itu dan tersenyum. Dia biarkan Kiara bersandar padanya. Satu jam kemudian mereka baru sampai di apartemen baru mereka. Kiara tentu saja sudah beberapa kali ke apartemen ini, tetapi tidak pernah menginap. Apartemen yang sebenarnya dibeli Alaric tetapi untuk mereka tinggali

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   157. Berpisah Dari Livia

    Kiara dan Alaric kembali ke Jakarta bersama Livia. Namun mulai sekarang tujuan mereka berbeda. "Liv, kamu tinggal di apartemenku saja. Berani kan kamu tinggal sendiri di situ? Untuk sementara, sebelum aku jual. Daripada kosong dan kamu juga bisa ngirit kan nggak usah nyewa tempat lain," kata Kiara, ketika mereka sedang menunggu panggilan masuk ke pesawat yang akan membawa mereka ke Jakarta. "Serius, Ra? Memangnya kapan kamu akan menjual apartemenmu itu?" tanya Livia. "Sepertinya bukan dalam waktu dekat ini. Aku mau nyantai aja jualnya. Nggak usah dipasang diiklan. Sampaikan kabar mau jual itu dari mulut ke mulut aja. Sampai nanti akhirnya ketemu orang yang berminat. Kamu mau kan tinggal di situ dulu? Kan nggak jauh dari apartemenku dan Alaric. Kalau ada apa-apa aku amsih bisa ke situ dengan cepat, atau kamu yang ke apartemen kami," jawab Kiara. "Kenapa nggak kamu sewakan saja, Ra? Nggak perlu dijual. Kan lumayan bisa ada hasilnya, tapi kamu bisa

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   156. Syukuran Keluarga

    Kiara dan Alaric masih tinggal satu hari lagi di Surabaya. Ada pesta syukuran yang diadakan bersama oleh keluarga mereka. Bapak, ibu dan adik Alaric yang tinggal di hotel selama di Surabaya, ikut serta dalam acara pesta syukuran itu. Ada om dan tante serta beberapa sepupu Alaric yang juga datang dan menginap di hotel yang sama dengan ayah dan ibunya. Hotel itu jaraknya lebih dekat ke rumah orang tua Kiara. Syukuran itu diadakan di rumah orang tua Kiara. Hanya syukuran keluarga dengan hidangan sederhana. Yang penting mereka bisa berkumpul dan saling mengenal lebih dekat. Sehingga suatu saat bisa saling berkunjung. Kiara senang sekali melihat rumahnya dipenuhi keluarga besarnya. Sama seperti masa lamaran dahulu. Setelah dia kembali ke Jakarta dan hidup hanya berdua Alaric, maka segala keriuhan ini tak akan lagi dia rasakan. Dia pun sibuk merekam momen-momen bersama keluarganya. Kiara meminta satu per satu anggota keluarganya dan keluarga Alaric mengucapkan satu dua pat

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status