Home / Romansa / Tuan Sutradara Dan Nona Aktris / 4. Akrab Dalam Waktu Singkat

Share

4. Akrab Dalam Waktu Singkat

Author: Arumi E.
last update Last Updated: 2021-05-02 16:22:50

Kiara seolah dipaksa mengikuti kecepatan langkah Bertrand. Membuatnya hampir setengah berlari. Selang beberapa menit, mereka berdua lagi-lagi sampai di sebuah tempat yang juga ditumbuhi pohon palem berjejer rapi. Rupanya kota yang terletak di dekat pantai ini merasa cocok jika menghiasi kotanya dengan pohon palem.

"Inilah pusat Kota Nice. Di musim panas, tempat ini lebih ramai. Apalagi saat ada pertunjukan musik gratis. Seluruh warga seolah datang semua ke sini untuk menghibur diri.”

“Ah, kenapa semua pertunjukan seru adanya di musim panas?” keluh Kiara setelah berkali-kali Bertrand menyebutkan serunya musim panas di kota ini.

Mereka berdua tidak lama menikmati suasana tempat ini, lima belas menit kemudian, Bertrand melanjutkan langkahnya menyusuri Avenue Jean Medecin diikuti Kiara di sisinya.

Jalan ini menampilkan deretan  gedung pertokoan yang masing-masing memiliki keunikan.

"Kalau kamu suka membeli barang-barang dengan merk terkenal, kamu bisa berbelanja di Nice Etoile, pusat pertokoan terbesar yang ada di sini. Barang apa pun tersedia di situ," kata Bertrand mulai menjelaskan apa saja yang menarik di daerah bagian ini. 

"Atau mungkin kamu lebih suka melihat-lihat ke dalam butik-butik kecil? Tempatnya ada di komplek pertokoan Rue Massena.”

“Walau saat ini aku sedang nggak berminat belanja, tapi boleh juga melihat-lihat sebentar butik-butik kecil yang kamu sebutkan tadi. Aku justru lebih suka mengunjungi butik-butik yang terkesan pribadi," sahut Kiara.

Bertrand mengangguk, lalu memandu Kiara menuju daerah Rue Massena. Jalan ini terasa lengang karena mobil dilarang lewat di jalan ini.

Ada beberapa restoran di sepanjang jalan ini yang sengaja menyediakan kursi-kursi di ruang terbuka untuk pengunjung yang lebih suka menikmati hidangan dengan suasana lebih santai. 

Setelah masuk ke dalam beberapa butik yang menarik perhatiannya, dan sempat membeli sebuah scarft merah cerah bermotif pemandangan Kota Nice, Kiara menyetujui ajakan Bertrand untuk beristirahat sejenak sembari menikmati secangkir kopi hangat di ruang terbuka sebuah restoran.

Kiara menikmati kopinya yang bercampur krim lembut sambil mendengarkan Bertrand bercerita dengan antusias. Pemuda Prancis itu tampak senang sekali menceritakan tentang pekerjaannya memotret objek-objek menarik.

"Hampir semua sudut kota ini pernah menjadi objek fotoku. Banyak spot-spot menarik di kota ini yang bisa menampilkan suasana artistik ke dalam sebuah foto," cerita Bertrand.

Sesekali Kiara mengangguk mengerti mendengarkan penuturan Bertrand. Selesai mereka berdua menghabiskan minuman masing-masing, Bertrand mengajak Kiara melanjutkan penjelajahan mereka di kota ini.

Beberapa menit berjalan, keduanya sampai di sebuah tempat yang dipenuhi dengan kios-kios yang menjual beraneka bunga. Membuat tempat ini semarak dengan berbagai warna alam dan tercium aroma semerbak wangi bunga.

"Ini yang namanya Cours Saleya. Pasar yang menjual bunga beraneka ragam. Coba kau hirup udara di daerah ini perlahan. Hm, wanginya segar, ya? Bunga-bunga yang dijual di sini bagaikan pengharum udara alami."

Kiara mengangguk setuju. Ia juga dapat mencium aroma segar dan wangi lembut yang menguar dari bunga-bunga yang dijajakan di sini. 

"Kamu tahu, Lavendel adalah bunga khas daerah ini. Dan warga kota ini menyukai bunga lavendel untuk dibuat selai," kata Bertrand melanjutkan lagi penjelasannya mengenai tempat ini kepada Kiara.

Kiara tampak terpukau mendengar ucapan Bertrand.

"Seperti apa rasanya selai bunga?"

“Selai lavendel aku belum pernah coba. Tapi selai mawar, sudah. Mau mencoba membeli sebotol selai mawar?”

Kiara menggeleng. Ia bukan tipe orang yang berani mencoba makanan ekstrim. Walau bunga bukanlah sesuatu yang mengerikan, tetapi ia tak bisa membayangkan dirinya mengunyah bunga mawar dan melati.

"Mendengarnya saja aku sudah nggak tertarik. Bagiku selai paling enak hanya selai strawberry, coklat dan kacang," jawab Kiara.

Bertrand terkekeh. 

"Berani dong, mencoba sesuatu yang ekstrim," tantang Bertrand.

Kiara menggeleng lebih keras dari yang pertama.

"Khusus untuk makanan, aku lebih suka memakan sesuatu yang rasanya aku sudah yakin enak," sanggah Kiara.

Bertrand hanya nyengir lebar.

"Sudah hampir tengah hari. Kamu ingin berhenti dulu untuk makan siang, atau masih ingin melanjutkan petualangan kita?" tanya Bertrand sembari melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

"Aku masih sanggup mengunjungi satu tempat lagi. Setelah itu baru kita makan siang," jawab Kiara diiringi senyum.

"Nah, itu yang namanya semangat seorang petualang sejati," ujar Bertrand seraya tersenyum lebar.

Lagi-lagi Bertrand menarik pergelangan tangan Kiara. Membuat Kiara curiga, pemuda itu memanfaatkan kesempatan untuk bisa menyentuhnya.

"Aku akan membawamu ke tempat yang lebih menantang," ucap Bertrand sambil terus melangkah dan menggenggam erat pergelangan tangan Kiara.

"Aku sedang nggak berminat dengan tantangan. Aku lebih suka mengunjungi tempat yang menarik."

Kali ini Kiara menolak ajakan Bertrand. Tempat menantang bukanlah tempat yang menarik minat Kiara. Ia sedang ingin menikmati keindahan, bukan tantangan.

Ia menarik tangan kanannya dari genggaman Bertrand. Membuat Bertrand tersadar, lalu segera melepaskan genggamannya.

"Kamu nggak tertarik menaiki lebih dari seratus anak tangga di Colline de Chateau? Ada sisa-sisa kastil peninggalan jaman Louis XVI di sana."

"Sepertinya aku sedang nggak berminat naik tangga. Ada tempat yang lebih bagus?"

Bertrand menghela napas, memandangi Kiara sambil mengernyit. Seolah mencoba memperkirakan tempat apa yang akan menarik minat Kiara.

“Old Town. Kamu pasti suka. Suasananya Prancis sekali."

Bertrand membelalak dan tersenyum, seolah bahagia sekali telah mendapat sebuah ide brilian.

Kiara berpikir sebentar.

"Hm, sesuatu yang tua biasanya klasik. Dan aku suka dengan apa pun yang memberi kesan klasik."

Bertrand tersenyum lebar, lalu mulai melangkah diikuti Kiara di sisinya. Kali ini ia memutuskan tidak ingin menarik tangan Kiara lagi. Bertrand memandu Kiara menyusuri gang-gang berukuran kecil yang di kanan kirinya berjejer rumah-rumah tua dengan desain khas Italia.

Selain rumah, di sepanjang gang ini juga berjejer dengan manis butik-butik kecil, galeri seni, kafe dan restoran, semuanya seolah bertetangga dengan harmonis. Cukup banyak warga yang berada di wilayah ini. Beberapa juga asyik berjalan seperti Kiara dan Bertrand.

"Klasik."

Satu kata itu yang tercetus dari bibir Kiara, setelah ia menelusuri hampir separuh wilayah kota tua ini.

"Bagaimana kalau kita makan siang di salah satu restoran yang menyajikan menu khas Kota Nice? Kamu belum pernah mencobanya, kan?" ajak Bertrand.

Kiara mengangguk setuju. Sudah pukul satu siang waktu Nice. Pantas saja ia mulai merasa lapar. Bertrand mengajaknya memasuki sebuah restoran bercat kuning dengan hiasan bunga-bunga ditata didalam pot-pot kecil yang disangga kaki-kaki besi berukir.

Saat mereka masuk ke dalam restoran ini, Kiara segera saja merasakan suasana nyaman dan homy. Lukisan-lukisan pemandangan Kota Nice di masa lalu menghiasi beberapa bagian dinding restoran ini.

Lagu pop bercampur jazz dalam bahasa Prancis mengalun lembut menambah suasana santai bagi pengunjung yang sedang asyik menikmati hidangan.

Kiara menurut saat Bertrand memilihkan meja di dekat jendela. Sehingga mereka dapat melihat orang-orang yang berlalu lalang melewati restoran ini.

Saat pramusaji memberikan buku menu, Kiara meminta Bertrand memilihkan menu yang paling enak di restoran ini.

"Kamu sering makan di sini, kan? Pasti kamu tahu menu andalan di restoran ini."

"Makanan khas Nice, tentu saja ratatouille nicoise."

"Makanan seperti apa itu?"

"Campuran berbagai sayuran semacam ketimun, tomat, cabai merah, ditambah cabai hijau, membuat warnanya menjadi menarik dan berwarna-warni. Ditumis dengan minyak zaitun. Masakan ini bisa dimakan dengan kentang atau roti khas Perancis. Pilihlah sesukamu," jawab Bertrand.

Mendengar bahan-bahan yang disebutkan Bertrand, Kiara membayangkan makanan itu mirip acar. Tapi ia memutuskan percaya saja dengan menu yang disarankan Bertrand.

"Baiklah. Aku pesan itu, aku memilih memakannya dengan roti Prancis."

Setelah pesanannya itu dihidangkan dan Kiara menyantapnya, Kiara mengakui tak salah ia percaya dengan menu yang disarankan Bertrand ini. Rasanya memang lezat sekali.

Entah bagaimana cara membuatnya dan apa bumbunya. Kenyataannya, rasa masakan ini cocok di lidah Kiara.

Arumi E.

Bab ini masih jalan-jalan di Nice. Gimana rasanya jalan-jalan berdua orang asing di kota yang baru pertama kali dikunjungi? Salam, Arumi

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   164. Bulan Madu

    Kiara tak menyangka akhirnya dia dan Alaric bisa mewujudkan rencana mereka berbulan madu ke Labuan Bajo. Semua berjalan lancar. Mulai dari rangkaian promosi film "Lost in Bali" hingga pemutarannya selama sebulan di bisokop dan menghasilkan jumlah penonton cukup luar biasa, syuting film baru yang cukup melelahkan menuntut Kiara mengerahkan segala kemampuannya, akhirnya kini Kiara dan Alaric bisa beristirahat hanya berdua saja. Mereka menikmati indahnya pemandangan, bercinta sampai puas tak ada yang mengganggu karena resort yang mereka tinggali ini memang antara satu kamar dengan kamar lainnya berjarak lumayan jauh. Hari ini mereka masih akan bermalas-malasan hanya di hotel, kemudian nanti akan berenang di kolam renang, dan nanti sore mereka akan ke pantai menikmati sunset. Mereka baru selesai sarapan, lalu asyik merebahkan tibuh di hammock yang etrpasang di teras paviliun mereka. Kiara merebahkan kepalanya di dada Alaric. "Mas, bagaimana kalau setelah

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   163. Tuan Sutradara dan Nyonya Aktris

    Sebulan setelah Alaric dan Kiara menikah, film Kiara yang berjudul "Lost in Bali" mengadakan gala premiere sebelum resmi tayang di bioskop di seluruh Indonesia dua hari lagi. Di acara gala premiere itu tentu saja Kiara bertemu lagi dengan Kafka yang ternyata masih betah berpacaran dengan peran pendukung wanita film itu. Mereka masih tidak saling berbicara, tapi Kiara sudah mulai mau membalas senyum Kafka hanya sekadar sebagai sopan santun dan hubungan baik karena mereka berperan di film yang sama. Alaric selalu menggenggam erat tangan Kiara seolah ingin menegaskan kepada semua orang bahwa Kiara adalah miliknya. Beberapa kali malah Alaric memeluk pinggang Kiara. Bahkan di satu kesempatan ketika mereka sedang ebrbincang sambil menunggu dipersilakan masuk ke dalam studio, tiba-tiba saja Alaric mencium pipi Kiara lama, lalu bergerak ke bibirnya, kemudian mengecup lembut. Kiara terkejut, tetapi membiarkan aksi Alaric itu. "Mas, jangan ciuman di depan publik.

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   162. Beginilah Seharusnya Sebuah Pernikahan

    "He, Kiara, kenapa menangis? Aku bikin kejutan ini buat bikin kamu senang, bukan malah menangis," ucap Alaric ketika melihat mata istrinya basah dan perlahan satu dua tetes air mata mengalir di pipi Kiara. Kiara menggeleng. Dia mengambil tisu di atas meja makan, lalu menghapus air matanya. "Aku menangis bahagia, Mas. Aku etrharu. Aku nggak sangka kamu akan melakukan semua ini. AKu kira kamu masih lama bakal diemin aku. Aku mulai paham kebiasaan kamu. Tiap kali kita berdebat, kamu milih diemin aku daripada ribut melanjutkan perdebatan. Aku sudah mengalaminya saat kejadian dengan Kafka. Jadi, ketika semalam dan tadi pagi kamu diemin aku, aku ngerti. Kamu butuh waktu. Tapi aku nggak ngira mood kamu bisa berubah secepat ini," sahut Kiara. Lalu Kiara mencoba tersenyum walau bibirnya masih bergetar. alaric balas tersenyum. Dia mengecup bibir istrinya lembut, lalu dia raih tubuh Kiara dalam pelukannya. Dia biarkan dada Kiara bersandar ke dadanya, dan Alaric me

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   161. Kejutan Manis

    Hari ini kesibukan Kiara seharian rapat di beberapa tempat. Setelah bertemu Livia dan mengecek lagi jdwal kerjanya untuk satu bulan ke depan, Kiara ditemani Livia menghadiri rapat di sebuah perusahaan iklan yang akan membuat iklan untuk produk minuman kesehatan. Pertemuan itu selesai pukul setengah enam. Kiara berniat akan makan malam dulu bersama Livia sebelum pulang ke apartemen. Karena dia memperkirakan Alaric akan pulang larut, mungkin sengaja untuk menghindari bertemu Kiara. Kiara memang bertekad akan membiarkan Alaric membenahi perasaannya dulu. Dia bukan wanita manja yang senang merajuk dan ngambek bila keinginannya tidak dituruti. Sudah bertahun-tahun dia terbiasa mandiri. Apalagi Kiara menyadri dalam masalahnya saat ini, dia memang salah karena dengan tiba-tiba menghentikan Alaric dan melarangnya berhubungan tanpa pengaman tanpa membicarakan tentang itu lebih dulu. Saat bertemu Livia, ada keinginan Kiara untuk mencurahkan perasaannya, tetapi di

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   160. Pertengkaran Pertama?

    Kiara tak menyangka, pernikahannya dengan Alaric baru berlangsung empat hari, tetapi di hari keempat, mereka sudah tidak saling bicara. Kiara sudah mencoba mengajak Alaric bicara, tapi Alaric hanya menganggapi dengan 'hm' yang pendek. Kiara sadar, mereka memang salah. Padahal mereka berhubungan menjadi kekasih cukup lama sebelum menikah, tapi masih banyak hal dasar dan prinsipal yang belum mereka bahas. Salah satunya tentang menunda punya anak dan bagaimana program penundaan terbaik yang tidak menyakiti kedua pihak. Kiara berpikir jika Alaric mengenakan sarung pengaman saat mereka berhubungan intim, maka itu adalah pengaman terbaik yang paling tidak berbahaya. Atau ada jalan lain dengan memantau masa subuh Kiara. Tetapi Kiara tidak mau jika ada alat kontasepsi yang dimasukkan ke tubuhnya karena biasanya alat seperti itu ada efek sampingnya. Namun Alaric sepertinya masih kehilangan minat untuk menobrol dengan Kiara. Kiara pun menyadari, ini adalah

  • Tuan Sutradara Dan Nona Aktris   159. Gagal Bercinta

    "Mas, sebentar," ucap Kiara lagi setelah mereka mandi dan mereka sudah bersiap di tempat tidur. Alaric sudah menciumi Kiara beberapa kali. Keningnya mengernyit mendengar Kiara menginterupsinya lagi. "Ada apa lagi, Sayang? Kalau kamu bilang sebentar terus, nanti keburu mood-ku hilang nih," sahut Alaric. "Kita belum benar-benar ngobrolin tentang rencana kita punya anak," kata Kiara. Alaric terbelalak. "Hah?" tanyanya terkejut, tak menyangka Kiara akan mengajaknya membahas tentang rencana punya anak ketika hasratnya sudah semakin tinggi seperti sekarang. "Maksudku, sebaiknya kita pakai pengaman sebelum kita benar-benar membahas tentang rencana kita punya anak," kata Kiara lagi. Minat Alaric langsung lenyap. Dia pun duduk di tempat tidur, menyandarkan punggungnya ke kepala tempat tidur. "Oke, aku memang salah. Nggak pernah mengajak kamu membahas tentang rencana punya anak denganmu sebelum kita menikah. Jadi, ap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status