Share

Bab 4: Benang Merah

Pak Karsa sedang sibuk mencari-cari buku yang dibawa dari rumah Pak Guruh, ia bahkan kelupaan bahwa buku itu sebenarnya justru tertinggal.

"Ditaruh di mana ya, asem tenan!" Gerutunya tanpa henti.

Sementara tangannya masih bergerak sibuk untuk memeriksa keberadaan buku tersebut, suara pintu terdengar diketuk dari luar.

"Abah, punten...!" Abah Karsa terkejut mendengar suara yang sudah ia kenal, yaitu Sakti.

"Ada apa gelap-gelap begini, Cah, apa bapak kumat?" Teriak Abah Karsa dari dalam rumah.

Tak ada jawaban, namun suara ketukan pintu semakin keras.

Abah Karsa merasakan kepanikan terdengar dari suara ketukan pintu itu, sepertinya memang terjadi sesuatu hingga membutuhkan dirinya saat ini. Ia segera cepat-cepat menuju ke arah pintu lalu membukanya.

Terlihat wajah Sakti menghitam terkena bayangan cahaya lampu, Sakti menyodorkan sebuah buku yang selama ini sedang dicari Abah Karsa.

"Asem!" Jerit Abah Karsa dalam hati, ternyata buku itu sudah ada di tangan Sakti.

"Ini apa toh, Bah!?" Suara Sakti pelan namun tegas, Abah Karsa merasa jika Sakti sudah membaca keseluruhan buku itu.

Sekalipun suatu saat Sakti mengetahui semua yang ditulis di dalam buku itu, tapi Abah Karsa belum siap jika harus menjelaskan segalanya malam ini juga. Karena ia pun belum tahu bagaimana Pak Guruh menjabarkan dirinya dalam buku itu. Abah Karsa akan sulit untuk mengelak jika ada bagian dalam buku itu yang menyudutkannya.

"Itu buku harian bapakmu, toh?" Jawab Abah Karsa, tenang.

"Iya, tapi kenapa bahas nama Abah di sini!?" Suara Sakti semakin meninggi dan dipenuhi amarah.

Abah Karsa paham dengan perilaku Sakti, ia hanya bisa memaklumi kemarahan itu sambil berusaha menenangkannya. "Sabar toh Cah Bagus, pelan-pelan, bapakmu itu butuh dukungan kita loh, Cah Bagus."

Terlihat mata Sakti mulai berkaca-kaca, semakin Abah Karsa melihat tatapan itu, semakin jelas bahwa Sakti juga merasa terpukul dengan apa yang diketahuinya mengenai masa lalu sang ayah.

Perlahan Sakti mulai merasa keterpurukan menimpa pundaknya, berat, ada sebuah beban baru yang kini bertambah. Abah Karsa berusaha menenangkan Sakti dengan memeluknya.

Tangisan Sakti mulai terdengar, suara isakan itu memenuhi ruangan Abah Karsa yang berantakan.

Abah Karsa mengelus punggung Sakti sambil berkata, "Turut prihatin ya Cah Bagus, maaf usaha Abah selama ini masih belum ada apa-apanya."

Saat mengelus punggung Sakti, Abah Karsa merasakan energi yang aneh terpancar dari dalam tubuh Sakti. Dari pengelihatannya energi tersebut menimbulkan sensasi unik tertentu yang berupa paparan mirip cahaya api.

Tipis, namun cukup terlihat jelas. Bergerak perlahan dan menguap pelan-pelan lalu menghilang seperti asap.

Bagi Abah Karsa, fenomena aneh itu bukan pertama kali terlihat. Hanya saja, Abah Karsa merasa heran kenapa Sakti bisa memancarkan energi hebat itu.

Apa yang terlihat dan dirasakan Abah Karsa adalah Aura Dewi, aura itu bercampur dengan aura asli milik Sakti hingga menimbulkan dampak tertentu yang sifatnya masih belum jelas. Apakah pertanda baik atau buruk.

Abah Karsa yang merasa kesulitan dari mana ia harus menjelaskan keadaan ayahnya, sekarang mulai yakin jika hal itu akan lebih mudah daripada perkiraannya. Berkat Aura Dewi yang ada pada tubuh Sakti.

Karena apa pun yang dilakukan Sakti hingga membuat auranya tercampur dengan Aura Dewi, sudah pasti akan mempermudah Sakti untuk segera paham apa yang sedang dialaminya.

Sambil menuntun Sakti untuk masuk ke dalam ruangan, Abah Karsa berencana untuk mengorek informasi tentang apa pun yang Sakti kerjakan belakangan ini, demi mengetahui kenapa Sakti bisa mendapatkan Aura Dewi yang selama ini dicarinya.

Di rumah...

Pak Guruh masih merasakan kegelapan yang menyelimutinya, ia tak bisa merasakan apa pun, ia tak bisa melihat apa pun. Dia merasa seperti benda mati yang bernapas.

Saat Sakti datang pun ia tak sadar, namun terlihat di dalam benaknya bahwa sebuah energi yang ia kenal telah datang padanya.

Tak yakin dengan apa yang ada di dekatnya saat itu, Pak Guruh merasa jika waktunya tiba. Pembalasan dari apa yang diperbuatnya terdahulu.

Energi itu membuatnya takut, tanpa bisa melihat, Pak Guruh tidak tahu keadaan yang sebenarnya. Padahal, Sakti-lah yang memancarkan energi Aura Dewi tersebut. Aura itu bisa menembus alam bawah sadar Pak Guruh. Sayangnya, ia tak tahu apakah dirinya benar-benar kedatangan Dewi yang dahulu pernah ia sakiti, atau hanya halusinasinya saja? Apakah kini ia harus membayar ganjarannya?

Tapi sudah berjam-jam berlalu sejak Pak Guruh merasakan kehadiran aura itu, namun keadaannya yang buta segalanya membuat ia putus asa. Tiba-tiba Pak Guruh menghujamkan jarinya ke arah kedua matanya berkali-kali. Darah mengucur deras, Pak Guruh berteriak namun tentu saja tak terdengar suara apa pun, hanya ekspresi menyedihkan nan penuh derita.

Ia benar-benar sangat menyesal dengan perbuatannya di masa lalu.

Nafsu liarnya yang sulit dibendung dan keserakahan membuatnya kini merasakan akibatnya. Sambil merasakan ketakutannya sendiri, Pak Guruh kembali membayangkan masa lalunya.

Dahulu, Pak Guruh adalah salah satu pemuda idaman di wilayahnya. Banyak lelaki yang iri dan marah padanya karena pasangan mereka kadang terpincut oleh daya tarik Pak Guruh.

Guruh yang memiliki banyak ambisi malah menjalani hidup seenaknya, terutama masalah wanita. Ia memanfaatkan para wanita polos itu demi keinginannya semata, bahkan ia tak sungkan-sungkan untuk menggoda wanita bersuami karena mereka lebih banyak uang.

Sampai suatu ketika, ia dimintai sebuah pertolongan aneh oleh dukun langganan ayahnya, yaitu Abah Karsa.

Abah Karsa melihat sebuah potensi tertentu dalam diri Guruh, ia menyayangkan sikap yang seenaknya itu. Sampai akhirnya, Abah Karsa ingin menjodohkan Guruh dengan seorang wanita yang ayu, alim, dan baik perangainya. Demi menghentikan sifat buruk Guruh yang sering memanfaatkan wanita.

Pergilah mereka berdua ke tempat kediaman wanita itu, Guruh yang bertemu dengan calon pasangannya di sana, langsung saja jatuh hati dengan wanita tersebut.

Saat mereka kembali ke tempat kediaman Guruh, orang-orang heboh karena melihat Guruh membawa wanita asing yang menarik banyak perhatian pemuda sekitar karena kecantikannya.

Wanita ayu nan berperangai baik itu benar-benar kebalikan dari sifat Guruh yang grasa-grusu dan seenaknya sendiri.

Apalagi tersebar gosip bahwa Guruh akan menikahi wanita itu, gemparlah seluruh desa. Mereka tidak rela apabila wanita baik-baik harus dinikahi bajingan seperti Guruh.

Situasi yang tak terkendali membuat Guruh ketakutan dan panik, bahkan Abah Karsa tidak menyangka jika hal ini akan terjadi.

Para pemuda yang cemburu dengan kemujuran Guruh mulai berlaku anarkis, mereka sering meneror Guruh diam-diam demi mencegah pernikahan itu.

Guruh pernah merasa hampir mati karena dikeroyok oleh beberapa pemuda yang marah padanya, ini tidak pernah terjadi sebelumnya bahkan saat ia berhasil menggaet istri orang lain. Yang terjadi sekarang lebih parah dari itu.

Kemarahan warga sekitar terhadap kemujurannya membuatnya kembali ditolong oleh Abah Karsa.

Abah meminjamkan sebuah pusaka berupa cincin dengan ukiran hewan melata seperti ular naga membentuk lingkaran mengelilingi jari manisnya.

Pusaka itu untuk melindungi dirinya dari kemarahan orang-orang.

Setelah memakai pusaka itu, memang kemarahan orang-orang mulai mereda. Sudah tak terlihat lagi sikap anarkis demi menentang pernikahan Guruh dan wanita idamannya itu.

Namun, semenjak Guruh memakai pusaka tersebut, pandangan terhadap calon istrinya berbeda. Ia merasakan daya tarik yang dahsyat, bahkan ia melihat wanita itu memancarkan suatu aura aneh di belakang badannya membentuk sayap nan indah berwarna keunguan.

Rasa cinta terhadap wanita itu semakin bertambah, sampai akhirnya waktu pernikahan mereka tiba.

Saat malam pertama, Guruh sangat senang bisa menggauli istrinya itu dengan lebih leluasa. Kebanggaan tersirat di matanya karena berhasil memiliki wanita itu sepenuhnya.

Aura aneh di belakang istrinya semakin membuatnya bergairah, setiap kali Guruh bercumbu dengan istrinya tersebut, ia merasakan aura itu masuk terhisap ke dalam tubuhnya hingga membuat dirinya semakin merasakan sensasi indah yang belum pernah dirasakannya dengan perempuan manapun.

Hari demi hari, tahun demi tahun, ia sangat puas mencumbu istrinya hingga aura yang berbentuk sayap tersebut benar-benar habis. Membuat Guruh tidak lagi merasakan sensasi hebat tersebut tiap kali ia bercinta dengan istrinya, hanya buncahan orgasme normal seperti biasanya yang ia rasakan kini. Hal itu membuatnya bosan.

Terasa seperti candu, ia menginginkan sensasi itu lagi.

Hingga pada suatu ketika, para saudari istrinya datang berkunjung ke rumahnya. Mereka adalah perempuan-perempuan barparas indah nan teduh menenangkan batin lelaki manapun yang memandangnya. Saudari istrinya itu berjumlah tiga orang.

Guruh semakin terkejut karena para perempuan itu juga memancarkan aura yang mirip dengan istrinya, sepasang aura sayap terlihat di belakang mereka, benaknya semakin tak karuan karena daya tarik itu sepertinya benar-benar menggugah Guruh untuk mencumbu mereka satu per satu.

Hasrat terlarang Guruh mulai kembali diuji akibat kedatangan saudari-saudari istrinya itu. Gejolak birahinya mulai tak terbendung. Ia ingin merasakan nikmatnya sensasi bercinta yang tak terlupakan seperti dahulu.

Dan petaka itu dimulai ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status