Share

Bab 7

Penulis: Musim Semi Sanai
Begitu ucapan itu dilontarkan, udara seolah-olah membeku selama beberapa detik, lalu seperti es yang tiba-tiba retak!

Nash mendorong Quinn dengan kasar sambil berteriak marah, "Sampai kapan kamu mau terus buat kebohongan seperti ini?"

Quinn sempoyongan dan nyaris terjatuh. Dia menunduk dan tersenyum pahit. "Kamu memang nggak pernah percaya padaku. Wajar saja. Kepercayaan di antara kita memang sudah lama hancur."

Nash menatapnya lekat-lekat. Tubuhnya bergetar karena amarah. Dia tak sanggup mengatakan sepatah kata pun lagi. Namun, hanya dalam sekejap, ekspresinya berubah dingin dan sinis. "Kalau begitu, kita akan bercerai di hari keenam!"

Setelah mengatakan itu, dia langsung menarik tangan Sachi dan berbalik untuk pergi.

"Nash! Tolong percaya padaku!" Quinn segera mengejar, tetapi diadang oleh pintu otomatis!

Brak! Dia terhantam keras dan jatuh ke lantai. Salah satu sepatu hak tingginya patah. Terdengar pula suara jernih dari pergelangan kakinya yang terkilir.

Quinn mengerang pelan menahan sakit. Tanpa peduli pada rasa sakitnya, dia menatap resepsionis dengan tatapan memohon, "Tolong bukakan pintunya."

Sebelum resepsionis sempat menjawab, terdengar suara dingin dari Nash. "Jangan izinkan dia masuk!"

Namun, saat Nash menoleh dan melihat kondisi Quinn yang begitu menyedihkan, mata dinginnya sempat menunjukkan sedikit rasa kasihan yang sulit ditutupi.

Sachi segera mengambil kesempatan dengan bersikap manja. "Kak Nash, wajahku masih sakit. Coba kamu lihat, bengkak nggak?"

Tatapan Nash kembali ke gadis itu. Dia membungkuk dan meniup lembut pipinya. "Nanti aku bantu kompres pakai es di ruanganku."

Sachi menggigit bibirnya, air matanya nyaris jatuh. "Terus ... Kak Quinn gimana?"

Melihat wajahnya yang sedih, Nash membulatkan tekadnya. Dengan tegas, dia memerintah, "Mulai sekarang, tanpa izinku, siapa pun nggak boleh membiarkan Quinn masuk ke gedung ini!"

Ketika melihat mereka berdua sedekat itu, hati Quinn seperti ditusuk ribuan pisau. Dia menangis dan berteriak dengan suara serak, "Nash! Kamu nggak bisa percaya padaku satu kali saja? Aku benaran hanya punya lima hari lagi!"

Nash tak menghiraukannya sama sekali, bahkan tidak menoleh, dan langsung masuk ke lift. Dalam sekejap, seluruh ruangan menjadi sunyi.

Quinn merasa semua mata tertuju padanya. Rasanya seperti ada jarum yang menusuk diam-diam. Namun, saat ini dia tidak bisa merasakan sakit sedikit pun lagi. Yang dia rasakan hanya kehampaan yang amat dalam.

Setelah waktu yang lama, dia berdiri dengan tergesa-gesa, lalu keluar dari gedung dengan tertatih-tatih.

Di luar, cuaca mendung dan suram. Dua gadis muda berdiri di halte bus, memandangi gedung Grup Peak dengan bingung.

"Eh? Bukannya tadinya layar LED itu putarin video lamaran Pak Nash ya? Kok sekarang ganti iklan?"

"Model iklannya nggak terlalu cantik sih, tapi kelihatan polos. Entah siapa dia."

Quinn terhenti, menoleh menatap ke layar LED. Yang terpampang di sana adalah iklan perhiasan baru dari Grup Peak, seri terbaru "Cinta Sejati", dengan Sachi sebagai brand ambassador.

Cincin berlian yang berkilauan di sana adalah koleksi edisi istimewa yang dibuat sebagai koleksi abadi perayaan 100 tahun perusahaan.

Quinn menatapnya lekat-lekat, pikirannya melayang. Dia ingat, saat tahap desain perhiasan dulu, Nash pernah menunjukkan beberapa sketsa kepadanya.

"Quinn, kamu suka yang mana?"

Quinn menunjuk desain dengan rangka menyerupai daun mapel. "Yang ini cantik."

Nash mencium bibirnya sambil tersenyum. "Aku juga suka yang ini. Karena daun mapel paling indah di musim gugur. Setiap kali melihatnya, aku teringat saat pertama kali melihatmu di sekolah."

"Cincin ini akan kujadikan koleksi abad perusahaan. Nggak akan dijual ke publik. Itu hanya milikmu, satu-satunya!"

Quinn memeluknya erat, menggoda dengan manja, "Kamu janji ya! Kalau bohong, aku akan pergi darimu lho!"

"Aku bersumpah dengan nyawaku sendiri!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 27

    Quinn terdiam sejenak, lalu menggeleng. "Tunanganku diperkenalkan oleh teman ibuku. Latar belakang kami setara dan kami akan segera menikah."Nash mengepalkan tangan, masih belum menyerah. "Dari caramu bicara, sepertinya kalian nggak punya dasar perasaan yang kuat?"Quinn tersenyum. "Punya atau nggak, apa bedanya? Kalaupun ada, mungkin hasilnya tetap sama."Nash tak sanggup berkata apa pun lagi. Dia terdiam lama, lalu memaksakan senyum sambil berkata lirih, "Kalau begitu, semoga kamu bahagia.""Kamu juga." Quinn tersenyum sopan sekaligus asing, lalu berbalik dan pergi meninggalkan kafe.Nash menatap punggungnya yang perlahan menjauh. Air mata pun menetes dari matanya. Jadi, hubungan mereka benar-benar sudah berakhir.Dalam perjalanan pulang dengan mobil, Quinn melihat sosok yang familier sekaligus asing.Seorang wanita dengan wajah letih dan pakaian yang sudah pudar warnanya sedang bertengkar hebat dengan pedagang kaki lima. Di sampingnya, dua anak kecil menangis tanpa henti.Itu adala

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 26

    Quinn tidak lagi memedulikannya dan naik mobil bersama kedua orang tuanya. Sang kepala pelayan yang menyaksikan semuanya hanya bisa menghela napas dan berkata, "Tuan Nash, lebih baik pulang saja. Jangan menyiksa tubuh sendiri."Namun, Nash tidak mendengar apa pun. Tubuhnya yang membeku terus gemetar. Dia bergumam lirih, "Aku sangat menyesal .... Kenapa semuanya jadi seperti ini ...."Suara mesin mobil segera menariknya kembali ke kenyataan. Matanya membelalak saat dia buru-buru berlari mengejar. "Quinn, jangan pergi!"Namun, tubuhnya yang lemah tidak mampu lagi menahan beban itu. Baru mengambil beberapa langkah, Nash ambruk ke tanah dan muntah darah sebelum akhirnya pingsan.Dari dalam mobil, Quinn secara refleks menoleh ke belakang dan tepat melihat Nash jatuh dengan lemas di salju.Tubuh kurusnya terlihat sangat menyedihkan di tengah putihnya salju, tetapi itu semua bukan lagi urusannya.Quinn menenangkan diri dan memejamkan matanya.Kehidupan di Yunan sangat tenang. Setelah masuk se

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 25

    Brak! Pintu kelas terbuka dengan keras, Nash menerobos masuk. Dia langsung menarik gantungan jimat dari tas Quinn dan melemparkannya ke lantai!Quinn segera mendorongnya. "Kamu belum selesai juga? Apa hubungannya urusanku denganmu?"Setelah berkata begitu, dia memungut gantungan itu dari lantai dan meminta maaf kepada Vin.Mata Nash memerah. "Sekarang kamu mau terima dia ya? Kamu sengaja bikin aku sesakit ini? Kenapa sih nggak bisa kasih aku satu kesempatan?"Quinn memutar bola matanya. "Pergi periksa ke rumah sakit jiwa sana!"Tubuh Nash bergetar karena marah. Dia menoleh dan memelototi Vin. "Asal kamu tahu ya, dia itu milikku! Jangan pernah mimpi bisa mendapat Quinn!"Vin mengernyit. "Nash, Quinn itu bukan barang. Dia manusia. Nggak ada yang namanya milik. Kalau kamu benar-benar suka dia, kamu harus hormati dia."Nash pun membentak, "Apa hakmu ajari aku? Jangan pikir aku nggak tahu niat busukmu. Jauh-jauh dari Quinn!"Tepat saat itu, bel pelajaran berbunyi. Guru masuk ke kelas dan la

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 24

    Tanpa ragu, Quinn langsung menunjuk ke arah Sachi. "Ayah, Ibu, semua boleh dibantu, kecuali dia."Ayah dan Ibu Quinn langsung mengangguk. "Oke."Sachi awalnya mengira bahwa nilai akademisnya yang cemerlang akan membuatnya terpilih untuk mendapatkan bantuan. Tak disangka, hanya dengan satu kalimat dari Quinn, harapannya pupus. Dia langsung menangis tersedu."Tolong ... aku benar-benar butuh kesempatan ini! Aku suka belajar, aku nggak mau putus sekolah!"Quinn bisa melihat bahwa Sachi tidak bereinkarnasi seperti dirinya. Dengan ekspresi datar, dia berkata, "Kalau begitu, cari bantuan ke orang lain. Aku kasih saran, cari saja Nash, putra Keluarga Suwandi. Mungkin kalau kamu minta tolong ke dia, dia bakal bantu."Sachi langsung berlutut di tempat. "Kumohon ... kalian kaya raya. Pasti sanggup kalau tambah aku lagi."Quinn tak ingin melihatnya lagi, jadi segera memerintahkan pengawal, "Bawa dia ke rumah sakit. Suruh dia temui Nash!"Bukankah Nash menyukai Sachi? Ya sudah. Di kehidupan ini, d

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 23

    "Putra keluarga orang kaya itu sampai-sampai lompat ke danau demi Quinn! Sampai jidatnya berdarah segala, benar-benar cinta mati ya!""Umur baru belasan, mana ngerti cinta. Anak-anak paling gampang bertindak nekat, nanti kalau sudah dewasa pasti nyesal!""Menurutku Quinn itu hatinya keras banget! Sudah begini pun tetap nggak tersentuh!""Mungkin dia nggak suka orang yang menyiksa diri sendiri. Sekarang si Nash malah pingsan dan demam tinggi."Quinn baru saja kembali ke kamar rawat saat mendengar beberapa perawat sedang membicarakan kejadian malam ini.Dia pura-pura tak mendengar. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, dia langsung beristirahat.Di sisi lain, Nash terus demam tinggi. Tubuhnya seperti terjebak di antara sadar dan tidak.Menjelang tengah malam, Nash mulai berhalusinasi. Dia melihat Quinn dari kehidupan sebelumnya, berdiri sambil menatapnya dengan mata merah.Pakaian Quinn tampak compang-camping, di dadanya tertancap sebilah belati berkilat dingin. Setetes demi setetes d

  • Tujuh Hari Pembalasan Dendam Sang Istri   Bab 22

    Saat ini sudah memasuki akhir musim gugur. Cuaca mulai dingin dan suhu malam hari tak berbeda dengan musim dingin. Orang-orang yang menyaksikan kejadian itu pun tak bisa menahan diri untuk berbisik-bisik."Anak laki-laki itu masih sakit. Tega banget!""Jangan asal ngomong, kita nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka"Seperti yang dikatakan para penonton, Nash memang masih sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit tadi, dia mulai mengalami demam ringan dan sekarang tubuhnya sangat tidak nyaman.Angin dingin bertiup, membuatnya batuk beberapa kali. Wajahnya pun tampak semakin pucat. "Quinn, kamu serius sama omonganmu tadi?"Quinn menjawab dengan dingin, "Terserah kamu mau percaya atau nggak."Nash mengepalkan tangannya dan memaksakan senyuman. "Karena kamu sudah ngomong begitu, aku bakal loncat!"Usai berkata begitu, dia langsung berlari menuju danau buatan!"Gawat! Dia benaran mau nyebur ke danau!""Cepat tarik dia! Bisa mati kalau nekat!"Orang-orang yang melihat sontak p

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status