Share

Tujuh Tahun Yang Suram
Tujuh Tahun Yang Suram
Author: Leend Syahidah

Bab. 1

last update Huling Na-update: 2022-11-21 20:42:28

“Aku melihatnya mas, dia memelukmu di ruang kerjamu dan kamu nggak nolak, beberapa kali kulihat kalian bertukar pesan dengan panggilan sayang namun masih berusaha kuacuhkan. Tapi kemarin aku melihat dengan mata kepalaku sendiri mas.” Seketika pecah tangisku menyibak semua kelakuan suamiku selama ini.

Bertahun sudah kabar itu kudengar, namun hatiku berusaha menolak sebelum mata kepalaku sendiri yang melihat.

Dan lagi pula kehamilanku yang selalu disertai keguguran membuatku lebih banyak menghabisakan waktuku di kamar.

Mengistirahatkan ragaku dan....menangisi takdirku.

“Ra...nggak seperti itu,” mas Sakha berusaha menyentuh lenganku namun kutepis. Selama tujuh tahun ini, baru kali ini aku menepis dirinya.

“Aku berusaha menepis rasa kecewaku saat keguguran berulang – ulang namun kamu pergi meninggalkanku mas. tak sekalipun mas menghiburku apalagi menemaniku, yang kutahu suamiku meluapkan kesedihannya dengan bekerja dan berhari – hari tak pulang.”

Mungkin tangis piluku laksana belati yang menancap di hati mas Sakha, hari ini hari dimana aku menyaksikan sendiri perselingkuhan suamiku di depan mataku.

“Bila mas merasa aku tak sedih, mas sudah salah. Akulah yang paling terluka atas kehilangan bayi kita, aku yang mengandung, mereka hidup di rahimku dua sampai tiga bulan lalu kehilangan mereka setiap kali kamu tak pulang berminggu – minggu.”

Kembali emosi kesedihan membuncah di dadaku disertai deraian air mata dari mata bening beriris coklat milikku.

Sakha Abimanyu lelaki yang bergelar suami, lelaki yang telah menorehkan cinta dan luka di hatiku. Pria yang menemuiku di panti asuhan tenpatku dibesarkan delapan tahun lalu sebelum melamarku menjadi istrinya.

Sikap santun dan bahasa yang ramah dariku yang memikat hati Sakha kala itu, begitu katanya.

Hati yang baru saja porak – poranda atas putusnya hubungan singkat dengan wanita incarannya sejak kuliah namun tak mendapat restu dari orang tua sang wanita karna kemapanan ekonomi yang belum diraih mas Sakha saat itu. Kulihat Sakha menyugar rambutnya dengan kasar.

Aku berjalan kearah kamar mandi, meninggalkan mas Sakha sendiri lalu selanjutnya hanya suara muntahku yang terdengar. Kupikir ini akibat asam lambungku yang naik akibat stres dan banyak menangis memikirkan kondisi pernikahanku.

__

Ristia, wanita masa lalu Sakha yang kembali hadir memberikan debaran yang masih sama seperti dulu.

Brengsek memang, tapi itulah yang dirasakan Sakha saat mereka bertemu kembali lima tahun lalu di rapat tahunan kantor mereka.

Kantor tempat Sakha dan Ristia bekerja akan berkolaborasi membangun mega proyek telekomunikasi untuk beberapa desa tertinggal.

Beberapa kali mereka ikut rombangan kerja untuk survey di desa menjadikan mereka semakin dekat.

Jalinan kasih di masa lalu yang sempat berserak di tengah jalan, perlahan terjalin kembali.

Sampai tiba suatu malam, di rumah warga yang mereka sewa meninggalkan Sakha dan Ristia berdua, sebab yang lain menempati rumah yang lebih dekat dengan lokasi proyek. Sementara Sakha dan Ristia harus ke kota esok pagi untuk mengurus administrasi dan keuangan para pekerja.

Entah mengapa malam itu tubuh Sakha terasa panas dan butuh sentuhan.

Walaupun begitu Sakha tetap menahan diri, namun dia merasa beberapa kali Ristia terlihat berusaha menerjang pertahanannya.

Mulai dari menyiapkan makan minumnya semalam sampai berusaha menyentuh bagian tubuh Sakha.

“kenapa tidur disini?” setengah sadar Sakha menahan Ristia saat wanita itu menerobos masuk ke dalam kamar ukuran 4 x 5 meter tempat Sakha tidur.

“Dingin mas, Cuma kita berdua.”

Setelah itu yang Sakha ingat dia langsung tertidur.

Namun keesokan paginya Sakha terbangun karna mendengar suara tangisan Ristia di sebelahnya dan yang lebih membuat Sakha kaget mereka berdua terbangun tanpa busana.

🍃

“Sudah kamu pikirin baik – baik Ra?,” Nafia sahabat Andira mencoba memastikan keputusan kawannya ini.

Semalam Andira menelfon ingin bertemu Nafia, ingin curhat katanya.

Biasanya mereka akan bertemu di mall sekalian cuci mata.

Namun karna Nafia sedang hamil tujuh bulan, diputuskanlah mereka bertemu di rumah Nafia saja. Lagian mungkin Nafia lelah juga. Dua hari yang lalu mereka mengadakan do’a tujuh bulanan di rumah besar mama mertua Nafia. Mama Syamira.

Kadang Andira berfikir, betapa beruntungnya Nafia mendapat suami setia dan mama mertua yang baik. Cantik pula mertua Nafia ini.

Beberapa kali Andira berjumpa dengan mama mertua Nafia, saat dirinya berkunjung dan kebetulan mama mertua Nafia datang membawakannya makanan atau buah – buahan. Kadang mama mertuanya datang sendiri masih dengan seragam dinasnya, kadang datang berdua bersama papa mertuanya. Mereka berdua terlihat sama baiknya dan berwibawa, jelas terlihat cinta yang mendalam di antara mereka.

“Apa yang harus kupertahankan lagi Fia, mas Sakha terlihat mencintai wanita itu. Jangan – jangan akulah sebenarnya yang menjadi penghalang mereka bersatu.” Sesak Andira mengucapkan itu.

“Cobalah dengarkan dulu penjelasan suamimu Ra, mungkin ada yang ingin dijelaskan.” Kembali Nafia berusaha menenangkan sahabatnya itu.

Tujuh tahun bukan waktu yang singkat, harus selama apalagi sabar dipertahankan.

Andira telah sampai batasnya. Menangis di sendiri dibawah selimut atau menangis di atas sajadah setelah sujud panjangnya di sepertiga malam.

Hanya satu tahun rumah tangga mereka terasa hangat. Selanjutnya nyaris kesuraman yang mewarnai.

Bukankah semua ada batas dan masanya. Bahkan waktu sholat pun ada batas waktunya.

Dan Andira merasa dia pun telah sampai pada batas sabarnya.

__

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 61 (Tamat )

    Sampai juga cerita Syamira mengenai kisah hidupnya yang berhubungan dengan Andira, mama sambung menantunya ini. Air mata Irina tadi jatuh saat mengetahui kejadian sebenarnya bertahun silam. Dulu yang ia ingat ia masih kecil saat guru mengajinya sudah bertambah menajdi dua, ada bunda Dira. Entah mengapa perasaanya selalu ingin dekat dengan bunda Dira saat itu.Meski akhirnya Andira menjadi ibu sambungnya, namun tak sekalipun Andira menceritakan pengalaman pahit hidupmnya pada anak-anaknya. Entah kepada ayahnya. Mungkin mama Andiranya menceritakan, sebab di awal-awal pernikahan mama Andira dan ayahnya, beberapa kali ia lihat wajah sembab Andira seperti habis menangis, dan pernah sekali ia melihatnya ayahnya memeluk, dan menenangkan mama Andira sewaktu petang di musim hujan beberapa tahun silam.Irina tak menyangka setega itu papa Sakha memperlakukan mamanya Andiranya dulu.Irina masih terisak di pembaringan saat Abian mendekati dirinya di pembaringan empuk mereka.“Sayang, sudah, kita d

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 60

    Petang itu Syamira mengecek jumlah tabungannya, sudah diniatkan bersama suaminya insya Allah tahun depan dirinya akan mendaftar umroh bila tabungannya sudah cukup.“Assalamualaikum,” terdengar suara Hadi mengucap salam. Rupanya pria rupawan nan bijaksana itu baru saja pulang mengecek kesiapan panen hari rabu lusa.Syamira menyambut suaminya dengan senyum yang merekah, sudah 55 tahun namun tetap cantik dan ramping.Hadi masuk dan memeluk tubuh ramping milik istrinya itu.“Wangi, habis keramas ya,?”“ He em.”“ Tumben keramas sore, biasanya subuh.” Hadi menggoda Syamira sambil memainkan rambut istrinya.“Tadi siang ada yang bikin junub soalnya.” Syamira membalas guyonan suaminya itu sambil menyandarakan kepala di dada yang masih saja bidang meski sudah berumur.“Berapa kali dibikin junub tadi?” Hadi memeluk erat menghirup wangi shampo yang menguar dari rambut sepunggung istrinya.“Dua kali, sampe capek aku Mas.” Kata Syamira manja.Hadi terkekeh mendengar ucapan istrinya. Akhir – akhi

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 59

    “Mas, aku marah lho kamu giniin aku,”. Nafia berusaha memukul dada suaminya yang tak berhenti menghentaknya dibawah sana. Bau alkohol yang tercium semakin menambah rasa muak Nafia.“Maaf sayang,” Arga menciumi wajah istrinya dengan tatapan bersalah. Sakha breng*sek, tadi memaksa Arga menemaninya minum. Rumah tangga kawannya itu sedang diujung tanduk. Istrinya meminta cerai saat dirinya ketahuan selingkuh. Berkali istrinya keguguran, berkali pula Sakha bermain api dengan wanita yang sama.Niatnya tadi Arga dan Rasyid menemui Sakha hendak memberikan pandangan agar mempertahankan rumah tangganya. Bukan apa – apa Andira, istri Sakha itu telah menjadi teman Nafia juga. Nafialah tempat dirinya mencurahkan kesedihan hatinya.Lalu mengapa dia tergoda menenggak minuman haram itu, entah dengan Rasyid, minum atau tidak. Sehabis minum satu kaleng bir, Arga bergegas pulang menemui istrinya.Dan inilah akibatnya, anti depresan dari alkohol yang ditenggak malah semakin menambah libidonya.Sial*n me

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 58

    Arga dan Nafia bersiap bulan madu ke salah satu hotel di pinggiran kota yang terkenal dingin.Papa Dan mamanya memberikan hadiah amplop bulan madu untuk mereka berdua.Tak ingin jauh karna Arga hanya cuti seminggu dan Nafia mengambil cuti tahunannya.“Pulang nanti bawa cucu buat mama dan papa ya.” Syamira menggoda anak dan menantunya.Nafia yang sudah merona mendengar godaan mertuanya.Mereka semua mengantar pengantin baru itu ke depan, Kecuali Azlam dan Abyan.Azlam menemani Abyan mengecek motor ninja hitamnya yang sering mogok berapa hari ini.Pukul sembilan malam Azlam duduk di teras samping rumah, menghisap sebatang nikotin, hal yang dilakukan saat dia sedang memirikan masalah.Khamila yang melihat kakaknya duduk sendiri, mendapati rasa mengalah di wajah itu.Khamila mengerti.Rasa mungkin ada namun mau diapa bila jodoh tak ada.Didekatinya Azlam lalu duduk di sebelahnya.“Nanti kukenalkan pada temanku kak, Cemara namanya. Kerja sama aku di apotik.”“apaan sih kamu dek.”“kenalan

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 57

    “Kasi tahu aku nomor telepon orang tua kakak, biar kuhubungi please.” Azlam panik melihat korbannya seorang wanita berseragam salah satu apotik dua puluh empat jam itu.“Nggak usah dek, kakak nggak apa – apa, ini cukup diperban dan minum obat anti nyeri, nanti lukanya akan sembuh.”“Kamu juga harus diobati, kamu juga terluka.” Pelan suara gadis ini.Bisa – bisanya gadis ini mengkhawatirkan penabraknya, padahal yang jadi korban adalah dirinya.“Ku telepon mama dan papa dulu.” Ucap Azlam cepat, lalu segera keluar menghubungi nomor mamanya.Gadis itu mengangguk saat Azlam mengambil ponsel dan keluar menelpon orang tuanya.Efek dari obat yang diminum tadi membuat gadis itu mengantuk lalu tertidur tanpa menyadari kalau orang tua yang menabraknya sudah berdiri di samping brankarnya.Dan seseorang yang kerap menganggu mimpinya pun ada di dalam kamar itu.Ya dia adalah Nafia, gadis yang dicari Arga selama ini, gadis yang kerap mengganggu mimpinya.Alam begitu baik, bekerja untuk manusia – man

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 56

    Bab. 56Rembulan berlaluHati masih bertaluBaru kusadariAku kiniKehilanganmuSebait lagu terdengar dari ponsel pintar seorang pemuda tanggung yang baru saja lulus Sekolah Menengah atas.Entah mengapa dia merasa kehilangan gadis polos nan pendiam yang dulu merawatnya sewaktu terluka saat latihan basket di Sekolah Menengah Pertama.Dia merindukannya meski beberapa tahun telah berlalu, dan usia mereka bukan lagi tiga belas tahun.Mungkin rupa pun ada perubahan.Arga.Putra sambung Syamira ini tumbuh menjadi pemuda yang gagah dan rupawan dengan tubuh tinggi yang terjaga.Tentu banyak gadis di sekolahnya yang menggilainya, namun satupun gadis – gadis berpenampilan modern itu yang nyantol di hatinya.Dia mencari gadis sederhana dengan baju kedodoran dengan rambut panjang dikuncir kuda, atau mungkin tak lagi dikuncir, mungkin dipotong pendek, memakai jepitan rambut atau....mungkin telah tertutup hijab rambut itu.Tiga tahun lalu Syamira melahirkan seorang bayi laki – laki dengan jalan ope

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 55

    “Mas udah dong,” pinta Syamira lirih saat untuk kali kedua di tengah malam ini meminta menuntaskan hasrat.Syamira tak keberatan karna memang kewajibannya sebagai istri tak boleh mengabaikan penyaluran birahi suaminya. Apalagi usia empat puluh begini, semangat laki – laki kembali seperti usia dua puluhan.Namun durasi yang kedua ini membuatnya lelah. Sungguh perkasa suaminya ini.“Mas...” Syamira kewalahan.“Ahh bentar sayang,” Hadi melanjutkan hentakannya. Bulir peluh mereka menyatu di tengah malam yang dingin itu.Syamira yang merasa gemas dengan tingkah suaminya, bermaksud menggoda suaminya, di usapnya dada dan jarinya bermain di puncak dada itu.Hadi menggeram menahan nikmat karna perlakuan Syamira barusan.Hingga satu hentakan terakhir yang begitu kuat mengakhiri pengejaran cintanya malam ini.Hadi mengusap peluh di dahi istrinya lalu mengecup dengan mesra, setelah mencapai tepian hasratnya. Selalu begitu, memperlakukan istrinya dengan sayang, menanyai istrinya sudah cukup atau

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 54

    “Tahan bentar ya, lukamu harus diobati dulu,” seorang gadis berseragam putih biru yang sedang piket di ruang UKS sedang mengambil obat merah dan alkohol.Arga sesekali mencuri pandang pada gadis dengan nametag Nafia Almayra, rambut panjangnya dikucir kuda dengan jepitan di bagian poni semakin mempermanis wajahnya.“Ssshh.” Arga meringis menahan perih saat gadis bernama Nafia itu membersihkan lukanya dengan alkohol.“Kalau perih bilang ya, aku akan pelan – pelan bersihinnya.”“Iya ini perih banget.”“Sabar, nanti boleh ke rumah sakit habis ini.” Telaten Nafia membersihkan luka Arga.Arga menatap wajah Nafia saat gadis itu hendak membalut lukanya dengan perban. Sesaat tatapan mereka bersirobok. Arga merasakan ada yang lain di hatinya, entah apa itu.Nafia memutuskan kontak mata mereka terlebih dahulu.“Kamu sendiri ya, yang lain mana?” Arga bertanya karna tak melihat petugas piket yang lain.“Iya, aku sama Isma sebenarnya anak kelas 7.B, Cuma dia lagi ulangan mate-matika hari ini.“Ou

  • Tujuh Tahun Yang Suram   Bab. 53

    Braakk!...Hadi membanting meja tepat di depan Siska.“Apa maksud kamu mengirim gambar saya dan mbak Ria ke istri saya?.” Hadi membentak Siska tepat di saat ayahnya datang hendak menyambutnya. Dikiranya Hadi ada perlu dengan beliau.Hadi sengaja datang ke rumah orang tua Siska untuk memberi pelajaran pada perempuan rese itu.“Ga..gambar apa mas?, jangan sembarangan kamu nuduh aku.”“Oh enggak mau ngaku rupanya, apa perlu saya bawa ponsel istri saya dan tunjukin chat kamu yang kurang ajar itu.” Wajah hadi memerah dan tegas berucap.Entah bagaimana Siska ini, saat Hadi semarah ini pun dia masih kagum. Dilihat ketegasan di wajah pria itu, punya prinsip dan penyayang di waktu yang bersamaan. Sifat Hadi ini juga yang membuat dia tergila – gila, padahal sedikitpun Hadi tak pernah meresponnya. Bukan Hadi tak menyadari kalau Siska menyimpan rasa untuknya, namun sepak terjang Siska di luar sana diketahuinya. Dia ingat pernah melihat Siska jalan bersama pak Broto masuk ke hotel tempat Hadi meet

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status