Apa yang diharapkan dari hubungan yang tidak di ridhohi Allah, hanya akan ada kesakitan di akhirnya. Apalagi hubungan yang sampai menyakiti manusia yang lain. Hubungan yang mencerai beraikan rumah tangga orang lain. Hubungan yang memisahkan anak dan orang tua. Namun begitu tetap saja ada manusia yang dengan tega melakukan semua itu, tanpa memikirkan rasa sakit yang ditimbulkan dari perbuatannya. Tak memikirkan bila apa yang dilakukannya akan berdampak dikemudian hari, bahkan orang – orang akan mengingat meski masa sudah lalu, taubat sudah terwujud, namun semesta tetap mengenang.__Semilir angin bertiup pelan, mengarak awan yang nampak kelabu di langit jingga sore ini. Musim penghujan yang belum usai sempurna, buat sore terkadang dilanda gerimis.Andira baru saja selesai menyimpan mukena di rak khusus mukena setelah selesai sholat azhar. Berjalan ke arah jendela, perbaiki tirai yang tertiup angin tadi saat sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.“Mas, ngagetin!” Ucap Andira sa
Lima tahun kemudian...Waktu berjalan begitu pantas bagi Andira dan orang-orang di sekitar hidupnya.Andira yang dulu diabaikan, menahan tangis karna lena panjang suaminya dengan masa lalu yang masih berserak, kini senyum terukir indah di wajah teduhnya tanpa rasa jumawa, disyukurinya hidupnya kini, suami yang baik dan penyayang, seorang putri yang cantik dan pintar. Meski hanya putri sambungnya namun Irina sangat sayang dan hormat pada dirinya bahkan terkadang manjanya melebihi adiknya. Malah Zafian justru semakin hari terlihat semakin cuek dan pendiam, mungkin karna anak laki – laki.Andira sudah tak mengajar di TK lagi, jarak yang lumayan jauh membuat Mirwan memintanya untuk resign, dan fokus untuk mengajar mengaji saja dan Andira patuh. Jumlah anak didik mengajinya yang semakin banyak cukup menyita perhatian dan tenaganya juga. Bahkan sekarang bukan hanya anak – anak usia sekolah saja yang diajar mengaji, ada juga ibu – ibu yang ikut les mengaji padanya. Andira yang sudah dibantu
Andira dan keluarga kecilnya begitu menikmati quality time keluarga mereka kali ini. Setelah menemani putrinya nonton selama hampir dua jam di studi 4 bioskop XXI, mereka menuju restoran fast food berlogo kakek tua berkacamata. Irina dan Zafian yang mengantri memesan makanan, ayah dan mamanya dibiarkan duduk. Andira dan Mirwan memilih duduk di kursi luar, menikmati angin sambil melihat orang – orang yang berlalu lalang dibawah sana.Mirwan mengingat restoran ini juga ambil andil dalam hubungannya dengan Andira, teringat saat dia melihat Andira dan mantan suaminya makan disini sementara Mirwan juga membelikan dua paket ayam untuk Zafian dan Irina, melihat kebersamaan Andira dan Papanya Zafian waktu itu tak menyurutkan niat Mirwan, pak guru ini yakin saja bila mamanya Zafian ini nanti bakalan jadi jodohnya, dan benar saja sudah lima tahun berlalu sekarang mereka duduk bersama sebagai suami istri.Mirwan menggenggam tangan Andira lalu mengecupnya.Andira berkerut alis dengan kelakuan sua
“Sebentar suster, tolong panggilan ibu Andira yang disana,” Ristia tak tahan lagi, dibuangnya rasa segan dan malu. Dia harus meminta maaf pada Andira. Rasanya kesialan dan kesusahan tak berhenti menghampirinya sejak menyakiti wanita baik ini. “Ibu yang mana, Bu?” suster berkacamata yang mendorong Ristia bertanya. “Yang diujung sana, suster.” Fardi yang menjawab. Biar saya yang kesana. “Bisa, Mas? Biar naik kursi roda saja, saya bantu dorong.” Suster yang rambutnya diikat rapi menawarkan agar Fardi naik kursi rda saja. Sebab khawatir juga bila pria ini ada luka, melihat darah yang banyak di bajunya. “Tidak apa, biar saya jalan saja.” Fardi pun sedikit tergesa, mendekati Andira dan keluarganya yang memandang ke arah mereka tadi. “Assalamualaikum Mbak, Mas.Maaf menganggu. Seperti yang Mbak Dira lihat, saya dan mbak Risti, sedang terkena musibah. Namun Mbak Risti ingin memohon maaf dari mbak Dira. Sekiranya mbak Dira sudi mendekat kesana dulu dan memberi maaf atas perbuatan mbak Ris
Banyak orang yang memilih berselingkuh hanya karna hasrat semata, tanpa memikirkan perasaan pasangannya, meski dengan jalan nikah siri atau pun nikah resmi tanpa sepengetahuan dan persetujuan istri sah, tetap saja itu menyakiti perasaan sang istri.dan Tuhan tidak buta, semua yang tak dilihat manusia pasti tercatat dan akan menerima balasan. Baik itu keburukan maupun kebaikan. Semesta selalu mencatat dan akan membalas.Bu Meri, ibu bertubuh gemuk tadi yang menceritakan aib Ristia pada suaminya, hingga membuat wanita yang dia gibahi tadi berakhir di rumah sakit, dan Burhan yang kalap berakhir di penjara.Bu Meri hanya tertunduk malu. Sebab bukan hanya dinasehati oleh pak RT sendiri, namun ada pula suaminya yang seorang tukang ojek itu, tak tahu apa-apa tapi pulang-pulang sudah ramai warga berkumpul mencaci maki perbuatan istrinya. Dan jangan tanya lagi rasa bersalah dan kaget yang dirasa pak Asrul, suami bu Mery. Tak menyangka istrinya tega menyebar fitnah atas Ristia, walaupun benar be
“Bagaimana keadaan papamu, Nak?” Mirwan menanyai Zafian yang baru pulang minggu sore ini dari rumah papanya. Pengobatan yang intensif dan beberapa ramuan herbal alami cukup membantu kesembuhan Sakha. Dan biaya pengobatannya ini diam – diam dibantu oleh Mirwan, bahkan pada Andira pun Mirwan tak memberi tahu.Mirwan pun menyarankan biar ada yang urus tanpa takut omongan tetangga, sebaiknya Sakha menikahi mbak Mirna saja. Mbak Mirna ini baik orangnya dan cukup telaten. Mbak Mirna sebelumnya belum pernah menikah dan memang tampaknya wanita berlesung pipi ini pun menyukai papanya Zafian ini. Andira pun setuju saja, lagian mereka berdua masih ada hubungan kekerabatan dan yang penting harus juga menyayangi Zafian.“Sebaiknya diterima saja, Mas, sarannya ayahnya anak-anak. Tak mungkin mbok Rohana yang akan mengurus, Mas Sakha terus. Pasti beliau ada batasan juga.” Begitu saran Andira saat menjenguk Sakha.“Apa nanti, Mirna mau terima aku, Ra?”“Kalau saya, lihat insya Allah, mbak Mirna suka s
“Makan dulu, Mas. Habis itu baru minum obatnya.” Mirna meletakkan piring berisi nasi dan lauk pauk di meja kecil samping tempat tidur.Sakha yang melihat istrinya masuk, langsung menyimpan buku nasehat agama yang sedang dibacanya. Perkembangan kesehatan pria ini semakin baik. Tubuhnya sudah mulai kembali berisi, sebab sekarang ada istri yang telaten merawatnya. Bila dulu antara Mirna dan Sakha ada batasan, sekarang tak lagi, dulu Mirna hanya membantu ibunya memasak, setelahnya mbok Rohana yang mengantarkan makanan ataupun hanya memberi tahu Sakha bila waktu makan tiba. Nanti Sakha akan jalan pelan-pelan keluar kamar untuk makan. Jalan sambil menahan perih di perut dan tampak lemah, sebab tentu tak enak bila meminta mbok Rohana atau Mirna mengantarkan makan kedalam kamar.Namun sekarang tak lagi seperti itu, status suami istri antara Sakha dan Mirna, membuat wanita ini lebih bebas mengurus suaminya meski masih ada sedikit rasa canggung, terkadang malu-malu.Sudah sebulan usia pernikaha
Percintaan yang diulang lagi setelah subuh tadi, buat Mirna merasa kelelahan pagi ini, bahkan tadi sedikit terlambat bangun untuk menyiapkan sarapan pagi suaminya. Sementara Sakha yang sudah bertahun-tahun menahan diri tak melakukan hubungan intim lagi pagi ini merasa bahagia luar biasa, hormon kebahagiaannya keluar sejak malam tadi.Berbanding terbalik dengan Mirna yang nampak lelah menahan kantuk dan menahan rasa perih diantara kedua pahanya, Sakha malah nampak bersemangat luar biasa pagi ini.“Masak apa?” Sakha mendekati istrinya yang sedikit sibuk di dapur. Sebenarnya Sakha juga masih merasa canggung pada Mirna, namun berusaha di tepisnya sejak semalam, sebisa mungkin sentuhan fisik sering diberikan pada istrinya ini agar rasa canggung yang melanda keduanya berkurang.“Cuma nasi goreng bakso, Mas. Hanya ini yang ada. Aku belum sempat ke pasar.” Sahut Mirna berusaha menahan gugup yang melanda, sebab Sakha berdiri sangat dekat dengan dirinya.“Beli di depan aja sarapannya, kalau ka