Share

Bab 6 Pencarian dihentikan

last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-29 16:00:55

Satu-satunya kemiripan antara Shanaz dan jasad yang ada di depan Lorenzo hanyalah rambut berwarna coklat lurus dengan panjang sebahu. Hati kecil Lorenzo menyangkalnya.

"Tidak, dia bukan Shanaz." Lorenzo mengatakan dengan tegas.

"Lalu bagaimana, Pak. Apakah kita harus melanjutkan pencarian terhadap, Bu Shanaz?" tanya pesuruh Lorenzo.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Fernando yang sedari tadi sengaja mendengarkan pembicaraan antara kakaknya, pesuruhnya dan dokter forensik nekat menerobos masuk. Lelaki yang masih sah menjadi suami Shanaz itu membuntuti langkah Lorenzo atas desakan istri barunya. Lita menduga Lorenzo sudah berhasil menemukan keberadaan Shanaz. Lita dan Fernando berharap Shanaz ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia.

"Untuk apa melanjutkan pencarian, kalau yang ada di depan kita sudah jelas-jelas jasad Shanaz," ucap Fernando dengan sorot mata yang penuh keyakinan.

Sebelum datang ke rumah sakit, di perjalanan Fernando juga telah menyusun siasat busuknya. Ia menelpon pihak kepolisian untuk memastikan berita kematian istrinya itu. Dan polisi mencatat bahwa itu benar mayat Shanaz berdasarkan keterangan dari Fernando.

Bahkan untuk meyakinkan polisi, Fernando sengaja berakting menangis saat polisi sudah datang ke kamar jenazah itu. Lorenzo yang masih shock dan belum bisa menerima kenyataan ini hanya bisa mematung sesaat. Penjelasannya tak berarti banyak dibandingkan dengan adiknya yang merupakan suami Shanaz.

"Selamat siang Pak, kamu dari pihak kepolisian ingin memastikan apakah benar ini jasad Bu Shanaz?" tanya salah seorang polisi.

Air mata palsu Fernando berhasil menetes, membasahi pipinya. "Benar sekali pak. Saya yakin ini adalah jasad istri saya." Ia bahkan rela menahan bau anyir yang menusuk indera penciuman miliknya. "Astaga sayang, kenapa kamu harus pergi secepat ini?"

Lorenzo seketika tersadar, ia menyadari Fernando melakukan ini agar memuluskan jalannya untuk menikahi Lita. Lelaki itu berusaha menepis pernyataan adiknya. "Jangan terlalu cepat memutuskan, lakukan saja tes DNA atau apapun itu."

"Semuanya sudah jelas kak, untuk apa melakukan tes DNA?" Fernando menatap kakaknya, berusaha menekan agar Lorenzo diam.

"Saya mohon Pak, biarkan istri saya ini beristirahat dengan tenang, sehingga saya bisa segera memakamkannya," tandas Fernando kepada polisi.

Tidak sia-sia memang Fernando menggunakan kemampuan akting terbaiknya. Ia berhasil meyakinkan polisi dan Shanaz resmi dinyatakan meninggal.

Lorenzo menarik napas dalam-dalam ditengah dadanya yang terasa sesak, lalu membuang napas seraya pergi. Ia sudah tidak tahan lagi berada di ruangan itu. Bukan karena bau anyir yang ada di sana, melainkan tidak tahan dengan omong kosong Fernando. Atau mungkin juga ia belum bisa menerima kenyataan bahwa Shanaz sudah meninggal.

**

Sementara itu di rumah Nabila, ibunya terkejut dibuat terkejut karena putri satu-satunya mengatakan diterima bekerja sebagai seorang kepala pelayan. "Bagaimana dengan surat pengalaman bekerjamu sebagai sekretaris kemarin, apa itu tak cukup untuk mendapatkan pekerjaan yang sama?" tanya ibu Nabila bernada kecewa.

Shanaz merasa bersalah kepada ibu Nabila. Ia sadar betul jika ibu manapun pasti menginginkan yang terbaik putrinya, termasuk dalam hal pekerjaan. Bibirnya sempat kelu. Namun tidak ada yang bisa Shanaz lakukan selain berbohong agar ibunya Nabila mengizinkannya bekerja di rumah Fernando.

"Maafkan Nabila, Bu. Nabila terpaksa bekerja sebagai kepala pelayan karena belum diterima kerja di sebuah perusahaan," mohon Nabila dengan wajah tertunduk.

Wanita paruh baya itu bukannya memandang rendah pekerjaan sebagai kepala pelayan, melainkan ia berpikir anaknya bisa mendapatkan jenjang karir yang lebih baik jika bekerja di sebuah perusahaan. Tetapi mau tak mau ibunya Nabila akhirnya merestui permohonan Shanaz, karena berpikir Nabila melakukan ini demi dapat menghidupi dirinya.

"Ibu minta maaf, karena–"

Shanaz menggelengkan kepalanya. Ia semakin dibuat tak enak hati, lalu segera menghentikan ucapan ibunya Nabila. Shanaz paham akan apa yang akan diutarakan oleh ibunya Nabila.

"Ibu jangan meminta maaf, ibu tidak salah apapun," potong Shanaz. "Shanaz janji akan bekerja sambil mencari lowongan pekerjaan di sebuah perusahaan lagi," imbuhnya.

Beruntung ibunya Nabila dapat menerima keputusan itu, ia lalu memeluk Shanaz. Sempat membeku, tetapi setelah itu Shanaz mulai merasakan hatinya menghangat mendapatkan perlakuan manis dan kasih sayang yang begitu besar dari ibunya Nabila. Rasa sesak tiba-tiba menghimpit dada Shanaz, ia menjadi merindukan ibu kandungnya. Wanita yang telah melahirkan Shanaz tersebut pasti sangat khawatir karena keberadaan Shanaz belum ditemukan.

Ibunya Nabila melepaskan pelukannya, lalu menangkup wajah putri semata wayangnya. "Tidurlah, bukankah besok pagi kamu sudah mulai bekerja?"

Shanaz mengangguk pelan. "Iya Ibu, kalau begitu Nabila tidur dulu," pamit Shanaz.

Ibunya Nabila tersenyum, lalu setelah itu mengusap kepala Shanaz dengan lembut. Kemudian Shanaz melangkah menuju ke kamar Nabila.

**

Keesokan harinya Shanaz membuka matanya yang masih berat. Semalaman wanita berusia 30 tahun itu tidak dapat tidur dengan nyenyak karena paginya harus berangkat bekerja di rumah Fernando, lelaki yang telah mengkhianatinya. Dan akibatnya kepalanya menjadi sedikit terasa berat.

Ibu Nabila kini berdiri di ambang pintu sambil mengetuk pintu kamar dengan pelan. "Ayo segera mandi, setelah itu sarapan. Ibu sudah siapkan makanan untukmu." Ibunya Nabila tak lupa memberikan senyuman yang begitu tulus.

"Iya Bu, Nabila mandi dulu ya," sahut Nabila. Shanaz membalas senyuman ibu Nabila pun dengan tulus, walaupun setelah itu ia melangkahkan kakinya dengan berat menuju ke kamar mandi setelah ibunya Nabila pergi.

Tepat beberapa saat ketika Shanaz pergi ke kamar mandi, ponsel Nabila yang sedang di charge di atas nakas dekat tempat tidurnya berdering. Takut ada sesuatu yang penting Tami, ibunya Nabila mengangkatnya. Ternyata dari Risa, teman dekat Nabila.

"Halo Ris? Ini Ibu. Nabila sedang mandi, ada apa ya?" tanya Tami penasaran.

"Oh, Tante. Ini Tante, Risa mau bertanya, Nabila kapan ya, mau interview di perusahaan AA grup? Soalnya kemarin Nabila sudah janji mau interview sama Risa." Risa bertanya balik di ujung telepon.

Ibunya Nabila mengerutkan keningnya. Interview? Tapi Nabila bilang belum mengatakan ada tawaran interview dari perusahaan manapun.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 165 TAMAT

    "Apa kamu pikir aku adalah barang. Yang seenaknya sendiri bisa dipindah tangankan seperti ini?!" Nabila tersulut emosi mendengar pernyataan dari Fernando. Kini dia percaya dengan ucapan dari Lorenzo dan Shanaz yang mengatakan hal-hal buruk mengenai lelaki itu. Dia sekarang mengerti mengapa akhirnya Lorenzo dan Shanaz nekat menikah saat wanita itu terjebak di tubuhnya. Karena selain saling mencintai. Lorenzo pasti ingin menyelamatkan Shanaz. "Bukan seperti tapi–" Fernando mau berkilah. Namun Lita memukul lengannya dengan kencang sambil menangis. Dia tak menyangka kalau ternyata kelakuan suaminya masih tak berubah. Laki-laki yang hanya mengedepankan hawa nafsunya saja. "Keterlaluan! Kamu ceraikan saja aku kalau mau menikahi wanita lain," amuk Lita."Aku juga tidak mau menikah dengan suamimu. Jadi kamu tenang saja," sambar Nabila. Ia kemudian pergi meninggalkan tempat itu. "Permisi!" Lorenzo dan Shanaz sebenarnya kasihan. Mereka berniat mengejar Nabila. Namun terlebih dahulu berpamita

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 164 Hidup Mandiri

    Berbagai pengobatan telah dilakukan oleh Shanaz demi bisa sembuh. Dan setelah 3 tahun usahanya membuahkan hasil. Kini dia sudah cukup sehat untuk kembali ke rumah keluarga besar Lorenzo. Keluarga Lorenzo tak pernah mengetahui cerita mengenai jiwa Shanaz yang selama ini terperangkap di dalam tubuh Nabila. Dan saat tiba-tiba Shanaz muncul di keluarga mereka, Lorenzo hanya berkata kebetulan menemukan Shanaz. "Bagaimana bisa tiba-tiba kamu bertemu dengan Shanaz? Dia kan sudah–" tanya Santi yang tak bisa melanjutkan kalimatnya. Entah mengapa perasaannya campur aduk. Ayahnya juga mempunyai pertanyaan yang sama. Namun memilih diam.Sementara Fernando dan Lita di dalam hatinya merasa cemas. Apalagi kalau bukan masalah uang asuransi jiwa yang dimiliki oleh Shanaz. Mereka takut Shanaz akan mempertanyakannya. Padahal tidak. Shanaz dan Lorenzo tak peduli mengenai masalah itu."Belum Ibu. Shanaz belum meninggal," jawab Lorenzo dengan sopan.Di sana juga ada Nabila. Dia duduk di samping Lorenzo.

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 163 Demi Putra Semata Wayangku

    Karena kesal Santi mengakhiri sambungan teleponnya secara sepihak. Nabila menjauhkan ponselnya dari telinganya. Lalu meminta penjelasan dari Lorenzo."Siapa itu Edward?" tanya Nabila dengan raut wajah yang serius."Edward adalah kami. Maksudku anakku dengan Shanaz," jawab Lorenzo.Nabila mematung. Kini tak tahu harus berbuat apa. Lorenzo memohon agar Nabila mau pulang dengannya. Ini semua dia lakukan demi anaknya."Anakku membutuhkanmu. Setidaknya pulanglah demi Edward," pinta Lorenzo."Okey. Aku mau mengurus Edward. Tapi di rumah ibuku," sahut Nabila. "Dan 1 lagi. Aku tak mau kamu ikut denganku," lanjutnya memberi syarat. Padahal Lorenzo belum menjawabnya.Lorenzo terdiam. Dia tak bisa menyalahkan Nabila dalam hal ini. Seorang gadis yang tak tahu apa-apa. Tiba-tiba bangun dengan status baru sebagai seorang istri dan anak. Dia berhak marah. Meskipun sebenarnya Lorenzo terlanjur nyaman karena terlalu lama bersama dengan Nabila. "Bagaimana?" tanya Nabila ingin memastikan.Lorenzo tak b

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 162 Kekecewaan Nabila

    Lorenzo menghargai keputusan Shanaz. Hanya saja dia tak menyangka, bahwa istri yang dia nikahi. Istri yang sanggup membuatnya merasa nyaman setelah kepergian Shanaz adalah mantan adik iparnya sendiri. Yang tak lain adalah Shanaz. "Lalu bagaimana cara agar mereka bisa kembali ke tubuh mereka masing-masing?" tanya Lorenzo."Pejamkan mata. Lalu genggam erat tangannya dan katakan mari bertukar posisi lagi sebanyak 3 kali. Maka kalian akan bertukar posisi seperti semula," jawab orang misterius tadi.Shanaz yang awalnya menunduk lesu karena bimbang, menjadi menoleh ke arahnya. "Kamu mau aku kembali ke badanku?" Shanaz bertanya balik."Semua keputusan ada di tanganmu," jawab Lorenzo. Shanaz dan Lorenzo bersitatap. Lorenzo kemudian menoleh ke arah orang misterius tadi. "Apa konsekuensi jika Shanaz memilih kembali ke tubuhnya?" tanyanya."Seperti yang kamu lihat. Dia akan koma. Jika kamu mau kamu harus menunggu sampai dia sembuh," jawab orang misterius tadi. "Jika tidak kembali ke tubuh masi

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 161 Keputusan Di Tangan Lorenzo

    Lita selalu berupaya mencelakai Shanaz dan juga bayinya. Misalnya menukar obat Shanaz. Namun tak berhasil karena salah seorang pelayan memberi tahu Shanaz. Saya itu Shanaz hanya memberi peringatan agar Lita tak lagi melakukan hal itu. Shanaz tak tega melaporkan kejadian ini karena kasihan kepada Felicia, sebab anak itu sakit-sakitan dan butuh penanganan medis khusus. Namun ternyata Lita tak juga jera. Dia menyabotase mobil Shanaz agar mengalami kecelakaan. Beruntung Fernando dapat mencegahnya. Dia mengorbankan diri dengan mengorbankan mobilnya menjadi penghalang mobil Shanaz yang akan kecelakaan. Shanaz lagi-lagi menemukan bukti bahwa Lita pelakunya. Dan berjanji akan memberi tahu soal ini pada keluarga besar Fernando. Lita mulai jera kali ini.Saat di rumah sakit. Ketika menjenguk Fernando yang sedang kecelakaan. Shanaz menabrak seseorang. Sosok itu tak asing bagi Shanaz. Dia orang yang sama dengan yang menabraknya usai dirinya kecelakaan lalu bertukar tubuh dengan Nabila."Kamu kan–

  • Tukar Jiwa: Dendam Nyonya di Tubuh Kepala Pelayan   Bab 160 Calon Anak Shanaz dan Lorenzo

    Setelah mendengar alasan Lita ingin menemui Fernando. Lorenzo yang ada di depan pintu gerbang menyuruh satpam untuk membukakan pintu. "Bukakan pintunya Pak.""Tapi Tuan Fernando melarang saya, Tuan Lorenzo," sahut satpam. "Dia tidak akan berani protes kalau aku yang menyuruhnya," ucap Lorenzo. "Baik Tuan Lorenzo. Kalau begitu akan saya bukakan pintunya," sahut satpam. Ia kemudian membukakan pintu gerbang untuk Lita.Lita tak henti menatap wajah kakak iparnya. Setelah pintu gerbang dibuka ia mengucapkan rasa terimakasihnya yang tulus. Dia begitu terharu akan kebaikan yang ditujukan oleh lelaki yang dulunya sangat ia benci."Terimakasih Kak Lorenzo. Karena telah memberikan izin Lita untuk masuk," ucap Lita dengan berlinang air mata."Aku melakukan ini bukan karenamu. Tapi karena anakmu. Dia bagian dari keluarga ini," sahut Lorenzo dengan nada dingin.Lita menghapus air matanya dengan mandiri. Tak apalah jika Lorenzo berpikiran seperti itu. Yang terpenting dia bisa masuk dan menemui Fe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status