Aku tidak mengerti kenapa Mas Alfa selalu datang di saat-saat posisiku sangat memalukan dan anehnya selalu berhubungan dengan kamar mandi.
Dari mulai kaus transparan sampai bertengkar dengan Mbak Resa, dia selalu ada dan uniknya selalu toilet yang menjadi tempat kejadian perkara. Terakhir, kemarin dia memergokiku salah masuk toilet.Duh ... Gusti mau ditaruh di mana mukaku?Apa sebenarnya dia itu punya hubungan dengan kamar mandi? Sehingga jika aku berbuat masalah di kamar mandi, dia dapat bisikan ghaib?Ah, yang benar saja. Ini salah satu teka-teki yang tak kumengerti.Namun, terlepas dari kebodohanku dan jiwa malaikat seorang Alfa. Bagiku tetap saja ada yang lebih membingungkan dari semua itu yaitu statusku di dalam keluarga Raharja.Siapa orang tuaku? Kenapa Ayah merawatku? Kenapa mereka menyembunyikan identitasku? Dan semuanya telah membuatku penat.Sangat penat. Maka dari itu, sekarang di sinilah aku.Hari ini aku punya rencana yang membuatku tidSeperti yang sudah kusampaikan sebelumnya, kalau aku ini tidak bisa renang, mau gaya apa pun pokoknya nggak bisa. Baik itu renang gaya kodok, kupu-kupu, punggung dan sebagainya.Nothing overdongkrak.Namun, tetap saja aku gengsi jika harus mengakuinya di depan Bu Imel dan Yoana.Mau disimpan di mana mukaku? Apa kata mereka jika tahu kalau sebesar ini aku masih takut masuk air? Bisa-bisa aku jadi bahan gunjingan tapi kalau aku enggak jujur, bagaimana nasibku nanti coba? Mana bujukan Mas Alfa pada ibunya untuk mengganti challange gagal total.Apes nian nasibku! Alamat gagal ini mah.Aku memandang penampilanku yang sudah memakai swimsuit di depan cermin dengan frustasi. Rasanya masih terasa belum sanggup melihat ke arah kolam renang.Dulu aku pernah hampir tenggelam, semua karena Mbak Resa yang tak mau mengajariku secara intensif. Dia bilang, aku harus bisa sendiri tapi setelah kejadian di pantai Anyer aku jadi trauma."Kamu udah siap? Bisa kita bicara?" Sebuah suara yang berasal dari pi
Pada dasarnya, setiap orang tua itu mau yang terbaik untuk anaknya. Begitu pun Bu Imel, aku tahu kalau Bu Imel itu nggak ribet tapi kalau kata Bibi--pembantu yang udah lama kerja di rumah Mas Alfa, Bu Imel itu pernah cerita kalau dia punya kriteria-kriteria khusus untuk menantunya.Misal nih, Bu Imel itu suka banget sama menantu yang pintar masak, mengurus rumah tangga, berasal dari keluarga baik-baik juga bisa renang.Bisa renang. Harap dicatat! Dan aku gagal untuk itu.Aku sedih dan tak tahu harus bagaimana.Buruknya, tadi di bawah kupingku pun tak sengaja menangkap obrolan Bu Imel dan Bibi di dapur usai Yoana pulang dan aku mau ke atas untuk berganti baju."Saya ini masih belum sreg Bi sama Zela, saya lihat dia masih kayak anak-anak. Apa-apa harus dibela sama Alfa. Gimana saya bisa mempercayakan anak saya yang semata wayang ini, coba? Kalau istrinya saja kayak gitu.Makanya saya bersikeras belum setuju sekali pun Alfa gak mau, saya gak peduli. Semua ini demi dia juga, saya ingin Z
Aku terbangun karena suara alarm menyapa telinga. Baru kali ini kurasa diri ini benar-benar merasa tertidur nyenyak sampai dibangunkan alarm. Biasanya sebelum alarm meraung, aku sudah bangun dan mulai beraktivitas hingga saat adzan subuh tiba aku sudah siap.Perlahan kucoba membuka mata dan menggisiknya pelan.Ketika kesadaranku pulih. Aku mulai merasa kebingungan.Sebentar! Sejak kapan gordenku berwarna abu? Ini bukan kamarku lalu ini kamar siapa?Aku pun menolehkan kepala untuk memeriksa keadaan dan ... jeng-jeng!Kutemukan seorang pria tengah tertidur di sampingku dengan bertelanjang dada. Sebagian tubuhnya terhalang selimut sementara sebagian lain tidak dan ternyata aku pun sama.Gila!Apa benar kami telah melakukannya semalam?Ah, aku ingat, semalam kami tidak jadi pergi ke undangan karena melihat Mas Alfa yang merajuk pasca aktivitas panas kami dihentikan Bu Imel.Maka, di tengah perjalanan akhirnya kami sepakat untuk membelok ke arah hotel yang berada di tengah-tengah antara ru
Pertanyaan yang buruk juga tepat sasaran. Itulah pendapatku tentang pertanyaan Ibu yang dilayangkannya untuk mengetahui apakah aku menjaga amanahnya atau tidak.Tentu saja aku tak bisa menjawab apa yang telah kulakukan dengan Mas Alfa di kamar karena jika itu terjadi maka Ibu akan menuduhku mengkhianatinya sementara kami baru saja selangkah lebih dekat.Ini gila! Ibu tak boleh tahu. Bisa makin heboh nanti kalau kuberitahukan secara lengkap dan detail.Ibu kan janda. Aku tak enak juga menggoda janda dengan masalah ranjangku."Jadi apa kamu dan Alfa semalam sudah ....""Uwok!" Entah kenapa, ketika Ibu berbicara lagi tiba-tiba perutku bergolak dan disusul mual hebat."Uwok!"Gegas. Aku berlari ke arah toilet, tak memperdulikan lagi pertanyaan Ibu."Loh, kamu kenapa Zel?" tanya Ibu ketika melihatku mual-mual dengan wajah pucat.Aku tak menjawab sebab aku sibuk mengeluarkan sisa makanan di dalam perutku.Aneh, bukannnya Ibu yang sakit? Kok, aku yang malah mual? Namun, seingatku emang akhir
Kehamilan ini tak terduga tapi menyenangkan. Kehamilan ini membuatku kepayahan tapi aku menikmatinya. Terlebih, setelah kabar kehamilanku terdengar ibu mertua, Bu Imel seakan bahagia sekali.Alhamdullilah, benar kata banyak orang kalau kehamilan itu membawa rezekinya sendiri. Buktinya, hubungan aku dan Ibu yang semula renggang kembali menjadi baik. Dia bahkan membelikanku banyak perlengkapan dan membolehkan lagi Mas Alfa tinggal bersamaku di apartemennya yang lama. Sebab, jika kami tetap tinggal di apartemen yang baru, Mas Alfa takut Mamah dan Mbak Resa akan datang kembali dan menekanku.Tentu saja Mas Alfa nggak mau aku menjadi tersiksa dan aku juga benar-benar tak mau bertemu mereka. Kejadian terakhir dengan Mbak Resa saja masih membuatku cemas sampai sekarang.Bahkan dokter kandunganku bilang, untung saja janinku bisa diselamatkan sebelum terjadi apa-apa karena saat bertemu Mbak Resa kondisiku memang kurang baik dan rentan stress. Terutama perubahan fisik selama masa kehamilan
Mbak Resa mencari Mas Alfa. Itu adalah kenyataan paling menyebalkan yang aku dapat setelah aku mendengar obrolan para perawat.Awalnya aku mencoba untuk santai dan tak peduli. Sehingga kehidupanku pun berjalan seperti biasa tanpa penggangu.Namun, ternyata tenang tak selamanya aman. Selepas beberapa minggu berlalu, pagi tadi tiba-tiba aku mendapat info dari Mbak Mirah asisten Mas Alfa berkenaan tentang seorang wanita misterius yang suka datang ke poli di rumah sakit ketika Mas Alfa buka praktek.Anehnya, dia tidak pernah datang untuk diperiksa karena dia hanya duduk diam di ruang tunggu sambil memperhatikan ke arah poli penyakit dalam seolah menunggu Mas Alfa keluar-masuk ruangannya.Sempat suatu ketika, karena curiga Mbak Mirah menegur wanita itu untuk bertanya tapi dia malah pergi dan besoknya datang lagi.Menyeramkan.Entah apa maksud maksud si wanita itu mengamati suamiku.Apa dia fans rahasia atau ... mungkin dia Mbak Resa? Entahlah. Yang jelas, aku sengaja tak memberitahukan pe
Aku memandang penampilanku di cermin dengan seksama. Setiap hari tampaknya bobotku semakin bertambah, itu terlihat dari pipiku yang semakin mengembung dan badan yang membengkak. Wajar sih aku merasa tubuhku melebar karena tanpa sadar kandunganku sekarang sudah memasuki usia tujuh bulan.Begitulah waktu cepat berlalu.Pantas saja, rasanya jalanku terasa semakin lambat dan aku cepat lelah, tapi untunglah Mas Alfa tak pernah mempermasalahkannya.Dia malah selalu menghiburku dan bilang aku yang tercantik. Walau aku tahu, dia hanya tak ingin aku bersedih karena penampilanku yang berubah drastis.Huft!Setelah merapikan rambutku dan memastikan semuanya tampak cantik. Aku pun siap pergi kontrol ke dokter kandungan. Meski agak kecewa karena Mas Alfa hari ini tak dapat mengantar, bagiku tak masalah sekarang aku hanya perlu memberi tahu pada Mas Alfa kalau aku mau berangkat."Oh iya, di mana ponselku?"Menyadari kalau sejak tadi aku lupa sama benda pipih itu, aku segera mendekati ranjang untuk
Aku membuka mata saat kudengar suara orang terdengar seperti sedang bercakap-cakap.Berhasilkah aku keluar? Apakah rencanaku telah menemukan jalannya?Agh! Aku mengerang pelan saat kepalaku berdenyut.Walau masih terasa berat kepala ini, aku mencoba untuk bangkit dan sepertinya aku berada di tempat asing.Bukan lagi di gudang. Seperti di rumah sakit tapi bukan."Kamu di ruang praktik bidan, kamu sepertinya mengalami kontraksi ringan karena syok tapi sekarang semua baik-baik saja. Bayimu memang pejuang!" Suara seseorang sontak membuatku sadar sepenuhnya.Aku menoleh dengan cepat. "Mbak Yana? Syukurlah! Aku kira Mbak Yana gak datang tepat waktu, alhamdullilah karena Mbak anakku gak apa-apa," ujarku senang ketika melihat Mbak Yana ada di samping ranjang."Bodoh! Kamu bodoh, Zel! Kenapa hanya demi bukti dan menyelesaikan balas budi, kamu sampai sejauh ini? Bagaimana jika aku tak datang tepat waktu? Bagaimana jika Mamah benar-benar meracunimu? Bagaimana jika ....""Tapi Mamah tak melakukan