POV JINGGAIni hari pernikahanku. Kurang lebih beberapa menit lagi akad akan terjadi antara aku 'si gadis kampung' yang beruntung dan Deni--si tampan nan rupawan anaknya teman Pak Alfa. Oh ... rasanya masih terasa mimpi jika aku melihat situasi saat ini. Kupikir karena latar belakangku yang sangat miskin, tak ada pria yang mau menikahiku tapi ternyata aku salah. Siapa sangka, atas bantuan Bu Zela dan Alfa, aku akhirnya bisa dijodohkan dengan Bang Deni."Duh ... cantiknya ... Masya Allah calon pengantin ini," seru Teh Mirah-- tukang rias hari ini padaku.Aku hanya tersenyum malu seraya menatap lekat parasku yang tampak cantik nan chubby di cermin kamar. Tak sia-sia rasanya berdandan dari setelah subuh hingga jam 9.00 pagi ini, menurutku baru kali ini aku terlihat bak putri sunda sejati. Dengan hiasan melati dan kebaya putih, entah mengapa aku merasa sangat anggun. Mungkin inilah namanya keajaiban make-up.Wajahku yang semula berminyak kayak kue donat gara-gara make-up kini telah berha
Aku terduduk di kursi singgasana pengantin dengan perasaan campur aduk. Jika aku punya robot kucing seperti Doraemon kayaknya aku bakal minta dibukakan pintu ke mana saja, agar aku juga bisa kabur seperti perbuatan Bang Deni yang telah menghinaku. Namun, sayangnya itu hanya mimpi, mau tidak mau aku harus terjebak di sini.Tak pernah aku bayangkan, seorang pembantu sepertiku bisa menjadi seorang istri dari Aksara Muhammad Prawira yang merupakan majikanku sendiri. Di lihat dari segi mana pun, status kami sangat jauh berbeda.Aku yang berumur 23 tahun, kucel, dekil belum sarjana dan beban keluarga Alfa Prawira mendapatkan lelaki berumur 30 tahun yang merupakan seorang dokter dengan status idola wanita.Ya ampun ... apa yang harus kulakukan menyikapi semua ini? Pantaskah aku duduk di sini? Haruskah aku meminta Den Aksa mentalakku malam ini juga? "Kamu bisa lepas sepatu berhak kamu jika kamu capek. Kaki kamu merah."Akhirnya setelah hampir dua jam kami jadi pajangan di pesta resepsi, sat
Setiap perempuan pasti mendambakan sehabis malam pertama itu terbangun dengan segar dan bugar karena baru saja melepas keperawanannya tapi tampaknya keberuntungan itu gak berpihak pada semua perempuan karena aku adalah pengecualian.Berbeda dengan kebanyakan pengantin wanita yang bahagia di malam pertama sebaliknya aku malah merasa gelisah dan terjaga sepanjang malam.Coba saja bayangkan, wanita mana yang bisa tidur setelah ditinggal di malam pertamanya oleh suaminya sendiri? Terlebih yang jadi suamiku itu adalah mantan majikanku yaitu Den Aksara Muhammad Prawira yang mungkin menikahiku karena terpaksa. Dan setelah kesedihan yang terjadi, payahnya keadaanku diperburuk dengan hadirnya chat info tentang Den Aksa dari si Kalila.Ya, Kalila dia memang sama biang keroknya sama Bang Deni. Si pelakor yang telah kabur dengan Bang Deni itu mengatakan kalau Den Aksa sebenarnya hanya mencintai Nadia yang ternyata janda sahabatnya. OH MY GOD! Kenyataan macam apa ini? Kalau info si Kalila itu be
Tahu gak kepanjangan GEGANA? Ya, benar! Gegana itu adalah gelisah, galau dan merana. Sayangnya, itulah yang aku rasakan sekarang.Sungguh, aku benar-benar tidak menyangka ternyata efek mengangkat telepon dari Nadia untuk Den Aksa akan sedahsyat ini. Padahal niatku semula baik ingin memberi tahu kalau Den Aksa sakit pada si penelepon tapi akhirnya malah aku yang menyesal dan menjadi sakit tanpa alasan.Seandainya aku tahu kalau yang menelepon itu adalah Nadia, mungkin kuabaikan saja sehingga aku tak perlu mendengar pernyataan cinta si Nadia yang membuat aku kehilangan kata-kata. Coba bayangkan!Bagaimana bisa dia yang seorang janda dengan mudahnya mengaku cinta pada lelaki yang sudah beristri?Ya Allah! Tega! Sumpah tega banget.Untungnya tadi aku memilih diam saja saat si Nadia nyerocos menyatakan perasaannya dan memilih untuk langsung menutup telepon Nadia daripada emosiku untuk melabrak semakin besar padahal bisa jadi Den Aksa akan marah jika mengetahuinya.Astaghfirullah! Pusing
Sore menyapa ketika kami tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali. Sebagai gadis kampung yang tak pernah pergi ke mana-mana selain ke Jakarta, Bandung dan Bogor rasanya aku masih mengalami jet lag. Mungkin ini karena aku pertama kali naik pesawat sehingga ketika turun dari pesawat tak ada yang bisa kulakukan selain bengong bak orang kesurupan.Tidak seperti Mas Aksa yang lebih banyak menikmati waktunya selama di udara, sebaliknya aku malah pusing dan berharap ada rest area.Yaelah emangnya ini Bis, ampun dah norak. Aku menatap kosong segelas minuman yang diberikan oleh Mas Aksa. Sungguh aneh, sejak turun dari pesawat aku sama sekali tak berselera minum mau pun makan padahal Mas Aksa sudah mengajakku menepi dan makan di salah satu cafe yang ada di dalam bandara. "Kamu gak suka minumannya?" tanya Mas Aksa seraya duduk di depanku. Aku sejenak terkesiap, tumben-tumbenan ini orang perhatian biasanya dia cuek aja. Apa dia kesambet jin pesawat ya? Coba aja bayangkan, perasaan
Kena mental!Mungkin itu bahasa gaulnya anak-anak sekarang. Setelah dengan songongnya mulutku ini berkotek memprotes sikap Mas Aksa yang disinyalir cemburu pada Joan, sekarang aku harus menjalani hukuman yang aku sendiri tidak tahu jenisnya.Sungguh sampai sekarang aku masih gak nyangka kalau sifat Mas Aksa itu banyak kejutan. Ternyata dia bukan hanya dingin tapi pendendam juga.Astagfirullah, nahas sekali nasibku ini, sudah mah dinikahi majikan jutek sekarang dihukum pula.Padahal aku hanya membela diri karena sakit ketika tangannya mencekramku tapi tetap saja tuh turunan kulkas gak mau tahu.So, apa salahku coba? Aku kan hanya bilang kalau dia jangan menganggap aku seperti Nadia karena aku bukan dia."Mas, tempatnya masih jauh ya? Kok belum nyampe aja?" tanyaku memberanikan diri membuka suara untuk memecah keheningan suasana mobil.Sore ini, setelah insiden permusuhan di bandara tanpa permisi Mas Aksa merubah rute tujuan kami. Dengan seenaknya dia bilang akan mengajakku ke suatu temp
Jika boleh aku meminta bagaimana bentuk jodohku mungkin aku ingin meminta seperti Kim Namjoon, Kim Taehyung atau Kim Soekjin juga boleh pokoknya selama itu BTS bisa dimusyawarahkan. Tak perduli meski sikapnya dingin, menyebalkan dan datar kayak papan cucian tetap saja aku akan mencoba bersabar.Namun, sayangnya jodohku bukan mereka. Jodohku ya Mas Aksa yang kata orang ganteng, cool dan kaya tapi tetap saja bagiku dia hanya bisa menyakiti karena di hatinya sekarang cuman ada ... Nadia.Ya, Nadia. Seorang janda yang punya segudang multitalenta, dia juga katanya bidan di salah satu rumah sakit swasta. Gak heran pembawaannya yang keibuan membuat dia terlihat bersahaja, berbeda denganku yang hanya tamatan SMA dan gak punya skil apa-apa.Dan sialnya, setelah aku cukup merasa minder dengan semua keahlian Nadia, takdir malah mempertemukanku dengannya di depan lift hotel di saat aku dan Mas Aksa mau pergi ke kamar kami.Entah mengapa, dari gelagatnya aku merasa sekarang perempuan itu menjadik
Kupandangi wajahku di cermin dengan pasrah. Masih tak menyangka, bahwa dalam waktu secepat kilat, Mas Aksa berhasil melihat diriku yang bisa dikatakan setengah t*lanjang.Amsyong, sungguh amsyong! Padahal dulu aku begitu menjaga, tak pernah sekalipun badanku ini ditunjukan kepada lelaki mana pun. Namun, sekarang? Akibat kebodohanku yang tak tahu situasi aku malah ... ah! Aku bahkan terlalu malu untuk mengingatnya. Walau kami suami istri, entah kenapa rasa canggung masih menyelimuti.Oh ya Allah, mau ditaruh di mana coba mukaku ini?Jujur saja, akibat tragedi nahas bin memalukan tadi pikiranku serasa terkotori.Setiap mau melakukan sesuatu, anehnya benakku selalu saja teringat pada adegan di mana aku melihat Mas Aksa berdiri dengan hanya menggunakan kolor Calvin Klein miliknya yang membuatnya semakin seksi.Oh Tuhan! Entah apa yang merasukiku, hingga gara-gara itu di setiap sudut kamar ini aku hanya terbayang kolor, kolor dan kolor.Aku tidak tahu harus bagaimana sikapku jika Mas Aks