Bibir.Bibir.Bibir.Tak kuduga, efek ciuman pertama itu akan sedahsyat ini akibatnya. Harus kuakui sehabis bibirku dibuat mendadak dangdut karena sengatan Mas Aksa yang memabukkan di lift, saat ini pikiranku jadi terngiang-ngiang terus kejadian tersebut.Coba bayangkan saja, gara-gara peristiwa mengejutkan itu, entah mengapa aku melihat semua hal yang kupandang tiba-tiba berubah menjadi bibir Mas Aksa.Dari mulai aku ke kamar mandi sampai ke mau ngelipat baju kayak sekarang tuh bibir belum pergi juga. Ibaratnya, semua barang yang kupegang mendadak jadi bibir suamiku sendiri.Astaghfirullah! Tobat! Ada apa denganku? Apa aku kerasukan setan bibir? Atau jangan-jangan apartemen Mas Aksa ini punya aura mistis yang membuat aku jadi wanita yang cukup mesum? Kalau begini akibatnya, aku jadi menyesal menantang Mas Aksa yang diam-diam bikin sawan perawan.Ting.Ketika aku sedang hanyut melamunkan masalah bibir sambil memasukan baju ke dalam lemari di kamar, tiba-tiba ponselku berdenting. Sebua
POV AksaDengan perasaan masih tak karuan, aku hanya mampu terduduk di balik kemudi. Setelah melewati satu operasi yang cukup panjang, akhirnya aku memiliki waktu untuk segera pulang menuju apartemen.Sejujurnya, semalam aku sudah berniat menolak permintaan Maura karena tak enak harus menggagalkan rencana makan malam dengan jingga tapi dikarenakan khawatir akan keselamatan pasien akhirnya aku menyerah. Untungnya operasi lancar berjalan hingga tak perlu lebih lama lagi terjebak di rumah sakit."Shit! Macet lagi!"Aku mendengus kesal ketika mobilku terhalang lampu merah padahal perasaanku sudah kangen berat. Sambil menunggu lampu hijau, aku merogoh ponsel yang ada di saku celana. Ada walpaper yang menunjukan wajah Jingga di sana. Baru saja kurang dari 10 jam gak ketemu anehnya aku sudah rindu.Heran. Ini orang narkoba apa manusia? Kenapa bisa membuatku resah begini? Di saat sedang sibuk memandangi foto Jingga, tetiba aku ingin sekali menghubunginya. Walau mobil sudah menuju ke arah pul
POV AuthorJingga membersihkan apartemennya dengan riang, sejak tadi senyuman lebar tak henti menghiasi wajah cantiknya. Kini di pikiran gadis itu hanya ada satu nama yaitu Aksa, Aksa, dan Aksa.Keanehan ini terjadi karena seusai sarapan bareng tadi Aksa meminta Jingga untuk bersiap-siap karena siang nanti Aksa akan mengajak Jingga pergi kencan tapi sebelum itu terjadi terpaksa Aksa harus ke suatu tempat dulu karena masih ada urusan.Meski agak kecewa karena Aksa gak langsung pulang bersamanya dari restoran, tetap saja Jingga bersemangat karena Aksa bilang 'rindu' pada Jingga.Mengingat itu semua, gadis cantik berpipi chubby itu terus saja bersenandung saking senangnya. Dia jadi berpikir, kenapa Bu Zela tidak menjodohkannya dari zigot saja sama Aksa biar gak usah ketemu Nadia apalagi Maura."Bersama bayangmu kasih, seakan-akan kuterjaga dari mimpi-mimpi. Uwwwooo Oh Aksaku Sayang!" Jingga terkekeh sambil terus bergumam gak jelas. Gadis itu terus saja berjoget mengikuti irama lagu semb
Jingga baru saja selesai berganti baju saat ia dikejutkan oleh kedatangan Aksa yang tiba-tiba saja membuka pintu apartemen secara paksa. Tanpa melihat Jingga yang bingung karena wajah Aksa yang terlihat emosi, lelaki itu langsung menuju ke arah pantry lalu membuka kulkas untuk mengambil sebotol air es dingin."Mas, kenapa? Mas haus?" tanya Jingga cemas. Aksa tak mengindahkan pertanyaan Jingga, dia lebih fokus meminum air es itu hingga tandas tapi sialnya rasa panas yang membakar tubuhnya sama sekali tidak mereda. Malah hasratnya semakin tak tertahan dan dia bingung bagaimana cara melampiaskannya. "Mas, hey? Mas baik-baik saja?" Sekali lagi Jingga melangkah lebih dekat ke arah Aksa untuk memeriksa keadaan suaminya. Gadis itu bahkan sengaja berdiri di depan Aksa meski Aksa melarang dengan memberi kode."Ga, stop! Tolong jangan dekati saya dulu. Maaf, saya minta waktu untuk menyendiri, kita jalannya sore saja, maaf," ujar Aksa seraya mengacungkan tangan sebagai tanda berhenti.Sejujurn
POV AuthorMaura meninggal. Itulah yang pertama kali Aksa dengar dari telepon sahabatnya ketika dia baru saja terbangun dari tidur akibat kelelahan setelah pergumulan bersama Jingga tadi siang ketika dia masih di bawah kendali obat perangsang.Panggilan dari Riko sudah terputus, tetapi tubuh Aksa masih terasa kaku, rasa kantuknya hilang begitu saja setelah mendengar info itu. Perlahan tapi pasti pikirannya melayang pada Maura. Pagi tadi, Aksa masih mengingat jelas bagaimana perbuatan Maura yang hampir saja mau membuatnya khilaf. Pria itu mendorong Maura karena hampir memanfaatkan kelemahannya dan tanpa memperdulikan Maura yang meraung, Aksa gegas pergi meninggalkan apartemen. Namun, walau Maura meninggal jelas ini bukan murni salahnya. Riko bilang Maura meninggal karena percobaan bunuh diri, dia memakan obat berlebihan dan menyayat nadinya sendiri.Lalu, yang tak Aksa nengerti. Kenapa Maura berbuat nekat seperti itu? Apakah karena telah ditolak Aksa, Maura jadi begini?Aksa menyugar
POV JinggaAku tidak tahu apa yang terjadi padaku jika Mas Aksa tidak menyelamatkanku tepat waktu. Mungkin saat ini bukan hanya harga diriku yang hilang tapi ragaku juga.Takut, gemetar dan trauma. Mungkin tiga kata inilah yang mampu menunjukan kondisiku sekarang. Setelah aku tiba-tiba dibawa ke gang sempit yang minim penerangan dan hampir diperkosa, aku bahkan tak mampu lagi bergerak dan berbicara dengan benar. Rasanya sekujur tubuhku lemas dan aku tidak bisa lagi berpikir karena otakku kosong. Hanya air mata saja yang bisa aku keluarkan sebagai ekspresi begitu syoknya aku dengan apa yang kualami. Beruntung, Mas Aksa paham betul dengan apa yang terjadi padaku. Dengan sigapnya dia lalu membawaku ke tempat aman tentunya setelah melumpuhkan si penjahat dan melaporkannya ke pihak yang berwajib.Sejujurnya, percobaan perkosaan ini bukan pertama kalinya aku alami. Dulu pamanku yang bejat di kampung pernah mencoba melakukan yang sama untungnya aku berteriak sehingga perbuatan biadab itu bi
Sekian menit berlalu tanpa arti, keheningan masih setia menyelimuti kami. Aku dan Mas Aksa seakan sibuk dengan pikiran masing-masing tanpa ada yang berani memulai bicara. Terhitung, dari selama kami duduk berhadapan, aku hanya melihat lelaki itu sibuk memutar-mutar bolpoin di tangannya dengan gelisah. Menyaksikan kondisi awkward ini sekarang aku paham, kenapa Bu Zela membiarkan kami bicara empat mata. Ternyata alasannya adalah karena Mas Aksa ini tipe yang tertutup dan tidak mudah membuka rahasianya pada orang lain. Apalagi yang akan aku dan Mas Aksa bicarakan ini bisa dibilang masalah rumah tangga kami gak mungkin Bu Zela ingin ikut campur. Namun, kalau dia diam terus begini semalaman gimana? Bisa mati kutu aku. Agh, aku tak tahan lagi. Mataku sudah berat dan kepalaku pening, mungkin lebih baik kusudahi saja acara bongkar-membongkar rahasia daripada tengah malam begini kami malah terlibat suasana canggung kayak gini. Bisa jadi Mas Aksa memang berat mengungkapkannya. Aku hanya perlu
Pagi ini aku merutuki diri karena bangun kesiangan. Semua ini akibat aku yang salah set alarm, seingatku aku sudah menyetelnya dengan benar semalam tapi ternyata karena ngantuk aku malah set di jam 6.00 pagi bukan jam 4.00.Astaghfirullah! Apakah mungkin ini dikarenakan efek gak jadi 'ena-ena' sama Mas Aksa tadi malam? Sehingga buat men-setting alarm saja kurang fokus? Ah, Jingga sadarlah! Aku mendesah berat sambil berjalan keluar kamar dengan menenteng tas kuliahku.Jujur, harus kuakui sampai detik ini aku masih kecewa karena kena prank Mas Aksa. Usai mengobrol dan ciuman panas yang terjadi antara kami, otakku yang gesrek ini sempat mengira kalau aku dan Mas Aksa bisa langsung menikmati ibadah syurga untuk kedua kalinya tapi ternyata Mas Aksa malah memintaku tidur. Alasannya sih bijak, katanya dia takut aku sakit dan terlambat masuk kelas pagi ini. Ya, iya sih kalau lihat alasannya itu benar banget tapi kalau liat hasratku yang terpendam kayaknya itu ganggu banget.Dahlah. Pasrah.