Share

Pertengkaran

last update Last Updated: 2024-09-30 20:32:51

"Buruan!" nada perintah itu semakin tegas saja Nimas dengar.

"Mas, aku lelah. Suruh Winda bikin nasi goreng sendiri." kata Nimas berusaha menolak, karena dia tidak sudi menjadi pesuruh Winda. Sebab, Nimas sadar ngidam adalah akal-akalan Winda untuk menindas dirinya.

"Bukankah sudah kubilang, jadi istri itu yang penurut. Apa susahnya buatkan nasi goreng doang? Jadi manusia yang berguna sedikit kek!"

"Kalau menurut mas Arjun, Nimas sudah nggak berguna, maka lepaskan aku, Mas. Kehidupan ini terlalu singkat, berbahagialah bersama Winda."

Mata Arjuna berkilat, perkataan Nimas berhasil menghunus hatinya.

Nimas berusaha menopang tubuh agar tak ambruk di depan Arjuna. Sejak Arjuna memperlakukannya bak seorang pelayan, pria itu telah meremas Nimas hingga remuk tak berbentuk. Arjuna yang awalnya menjanjikan kebahagiaan, justru dia sendiri yang sekarang menjadi sumber luka terbesarnya. Menciptakan ribuan tombak beracun yang menancap apik di setiap sisi membuat pola duka pada hidup Nimas.

"Sejak kapan kau jadi pembangkang?" teriak Arjuna sembari meremas bahu Nimas.

Perlakuan Arjuna itu membuat Nimas tersenyum tipis. Ia memang sudah berhenti menangis, tapi kedua mata sendunya tak bisa berbohong karena banyak luka yang membusuk di dalam sana.

"Sudah berapa kali aku katakan. Aku tidak akan melepasmu, Nimas. Jadi, berhenti menyalahkan aku dan Winda. Salahkan juga dirimu yang nggak subur." lanjut Arjuna lagi.

Kali ini Nimas benar-benar tercengang.

"Bersikaplah baik dan jangan pancing amarahku kalau kamu masih ingin kubiarkan bebas berkeliaran. Jika kamu terus saja membangkang, jangan salahkan aku jika harus menguncimu di kamar tamu sepanjang hari!" ancam Arjuna.

Mendengar itu, Nimas tersentak dan hatinya menjadi semakin dingin. Sebab, dia tau kalau perkataan itu bukan ancaman belaka, Arjuna sudah dibutakan oleh cinta menggebunya pada perempuan baru.

🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Layaknya sebuah gasing yang terus berputar tak jauh dari tempatnya, seperti itulah hubungan Arjuna dan Nimas, berputar-putar dengan perdebatan tentang hal yang sama.

Sampai sekarang Nimas belum juga memberitahu Arjuna tentang kehamilannya, lebih tepatnya Nimas sudah tidak berniat memberitahu ayah dari janinnya itu. Sebab, setiap kali Nimas mengajak pria itu bicara, ujungnya selalu berakhir dengan pertengkaran.

Nimas juga sudah mulai merasakan tanda-tanda kehamilan dari kemarin-kemarin. Di tambah ia merasakan perubahan perasaan yang cepat, bahkan ia tak bisa mengontrol tubuhnya.

Ketakutan mulai merayap ke dalam sanubari, menggerogoti hari semakin terasa sesak hingga Nimas merasa tak punya pilihan selain bertahan. Setidaknya sampai dia menemukan tempat tinggal serta pekerjaan baru.

Pagi itu, Nimas yang baru minum susu hamilnya dikejutkan dengan kedatangan Winda ke dapur. Wanita yang pernah sedekat urat nadi itu tersenyum manis pada Nimas.

Dua hari belakangan Nimas merasa hidupnya semrawut karena kehadiran perempuan yang kini justru mendatanginya.

"Bagaimana rasanya diabaikan?" tiba-tiba Winda bersuara di dekat telinga Nimas.

"Enyah kau.." kata Nimas yang hendak berdiri tapi Winda menariknya untuk kembali duduk.

"Beri pujian untukku dong. Aku kan sudah berhasil merebut hati mas Arjun darimu."

"Jauhi suamiku, Winda!"

"Tidak, karena aku mencintainya." saut Winda lantang.

"Cinta?" Nimas berdecak, "Cinta apa yang membuat orang lain terluka, Winda?! Cinta yang terus tumbuh disaat kamu tahu kalau itu adalah sebuah kesalahan. Pria yang kau cintai itu sudah beristri dan dia adalah suami sahabatmu sendiri, dasar jalang!" seru Nimas lepas kontrol. Hormon hamil membuat emosinya labil.

"Kau! Aduh!"

Tak lama berselang tubuh Winda sudah bersimpuh di lantai, dengan mata kepalanya sendiri Nimas melihat perempuan itu menjambak dan menyakiti diri. Belum sempat mencerna keadaan dari arah belakang datang Arjuna dan Rubiah.

"Apa-apaan kamu, Nimas?" Bentak Arjuna yang langsung berjongkok memeriksa kondisi Winda.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?"

Nimas menatap pemandangan itu nanar. Sebab, kini dengan Winda Arjuna bertutur lemah lembut sedang dengannya Arjuna justru berteriak dan membentak.

"Mas, Nimas mendorongku! Pipiku juga ditampar, Mas. Nimas memintaku untuk menjauhimu, tapi aku tidak bisa karena saat ini bayiku... Anak kita membutuhkan mu."

Plak

Plak

Arjuna menampar pipi kanan dan kiri milik Nimas dengan sekuat tenaga. Setelahnya, Arjuna menyeret Nimas dengan tiba-tiba. Mata pria itu memerah karena marah.

Apa yang terjadi membuat Winda menang dengan pembelaan Arjuna. Sebab, diseret oleh orang yang dicintai saat baru saja melawan musuh adalah hal memalukan. Jelas sekali, Arjuna marah atas hal yang tidak Nimas lakukan.

Arjuna seolah tak peduli dengan luka yang Nimas rasakan. Sebab, pria itu hanya takut jika Winda terluka. Ia menyeret Nimas kasar dari dapur sebelum kemudian menyentak lengan wanita itu hingga membuat wajah mereka saling berhadapan.

"Kau keterlaluan, Nimas! Kau memukulnya!" teriak Arjuna.

Nimas mengepalkan tangannya dengan napasnya memburu.

"Katakan kenapa kau memukulnya?" Seolah belum puas menampar kedua pipi istrinya kini Arjuna mencengkram lengan Nimas.

Nilam tersenyum kecut, ia berbalik menatap tajam suaminya. Tatapan keduanya bersirobok, beradu saling menghunus satu sama lain.

"Tentu jika bisa akan ku cincang jalang yang sudah merebut suamiku!" sahut Nimas merendahkan.

Percuma Nimas mengatakan yang sebenarnya jika pada akhirnya Arjuna tidak akan percaya. Mata laki-laki itu telah dibutakan oleh sihir cinta Winda.

"Tutup mulut sialanmu itu, Nimas!" ucap Arjuna, napasnya menderu kentara amarah belum reda.

Nimas bungkam, sejak tiga hari terakhir dia sudah tidak mengenali sosok Arjuna. Suaminya sudah sangat jauh berbeda. Ternyata, manusia memang unik karena mereka memilih hidup dengan duri-duri tajam asal dengan orang dicinta, terlalu lucu namun itu nyata ada.

Arjuna lebih memikirkan Winda dibanding Nimas yang sudah ia lukai dengan ribuan sayatan tak terlihat.

Benar-benar dua sisi yang berbeda, yang satu memikirkan nasib kedepannya yang satu memikirkan istri barunya yang pura-pura tersakiti. Melupakan fakta jika wanita yang disakitinya saat ini adalah pasangan hidup yang sesungguhnya.

🌿🌿🌿🌿🌿

Nimas bangun ketika matahari sudah terbenam, ia merasa persendiannya remuk. Nimas beranjak, menatap sekeliling dimana saat ini dia tengah berada di rumah Rubiah.

Tadi setelah pertengkaran hebatnya dengan Arjuna, Rubiah memaksanya ikut pulang bersama perempuan itu. Nimas yang tak punya pilihan lain menurut. Dipikirnya akan lebih baik jika dia menjauh dari dua manusia tidak punya hati itu.

Masalah yang seharusnya bisa diselesaikan oleh mereka saja, kini melibatkan orang tua dan disini Nimas tidak akan diberikan kesempatan kecuali dibawah perintah.

"Sudah bangun?"

Buru-buru Nimas menoleh mendengar suara asing dari belakangnya.

Beda dengan Nimas yang masih dilanda kebingungan, pria tersebut justru tertawa melihatnya.

Nimas berdiam sejenak.

Dia mengamati pria asing itu dari atas ke bawah.

"Ternyata perempuan kalau bangun tidur itu jelek," tutur pria itu.

"Bisma! Jangan ganggu kakak iparmu itu. Biarkan dia mandi, karena satu jam lagi Arjuna akan menjemputnya." suara Rubiah memudarkan rasa bingung Nimas.

Ternyata pria berambut gondrong itu Bisma, adik iparnya. Sudah lama mereka tak pernah bertemu. Sebab, mereka memang hanya sekali bertemu saat Arjuna melamarnya. Bahkan di hari pernikahan mereka saja Bisma tidak datang. Kata Arjuna, adiknya itu sedang di mutasi.

Jadi, wajar jika Nimas asing dengan sosok tersebut.

Laki-laki bernama Bisma itu lalu berdiri dengan senyum yang masih terpatri di bibirnya. Definisi seorang Bisma menurut Nimas adalah tinggi dan tidak kalah tampan dari Arjuna, tapi kulitnya sedikit lebih gelap.

"Apa kabar, mbak? Akhirnya kita bertemu lagi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Akhir bahagia

    "Bun,..""Keputusanku untuk bercerai sudah bulat Pak Adi yang terhormat, sabarku cukup sampai disini." Zoe berbalik membelakangi suaminya dan hendak berlalu. Tetapi ucapan Adi berhasil mengurungkan niatnya."Apa jika aku menyerahkan diri, kamu bersedia menungguku bebas?"Zoe tertegun sejenak karena ucapan suaminya. Laki-laki yang selama ini begitu tegas dan keras, bagaimana bisa merendah.Yudhistira menatap wajah papanya dengan sendu."Usia kita tidak lagi muda, hidup sampai besok saja belum tentu, mengapa harus menunggu sesuatu yang tidak pasti." Zoe tidak seketika luluh."Bun, Papa mohon!" Adi menekuk lututnya dan menunduk di belakang tubuh istrinya. Tanpa perduli di lihat oleh beberapa anak buahnya, termasuk Yudhistira."Pa." Yudhistira ingin membantu Adi berdiri tetapi Adi menolaknya. "Biarkan bunda mu tahu jika laki-laki ini sangat mencintainya, aku memang pernah salah ucap dengan mengatakan kata seandainya, tetapi ucapan itu hanya sedikit keegoisan. Nyatanya itu tak mengurangi k

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Titik kehancuran

    "Jangan main-main Winda." mata Arjuna terbelalak saat Winda mendekatkan mata pisau di pergelangan tangannya sendiri.Negosiasi perceraian secara baik-baik tidak berjalan lancar. Winda tetap tidak mau Arjuna menceraikannya."Aku hanya perlu mati agar tak semakin sakit hati melihatmu tergila-gila dengan mantan!""Kamu salah paham. Aku ingin bercerai denganmu bulan karena Nimas tapi,..""Karena anak wanita itu, iya kan?"Arjuna mengusap wajahnya merasa frustasi berdebat dengan Winda hanya membuatnya semakin sakit kepala."Vanilla darah dagingku, dia anakku. Itu adalah faktanya." suara Arjuna memelan bersamaan dengan lelaki itu yang melangkah pelan mendekati Winda."Aku nggak perduli, kau yang janjikan kebahagiaan untukku, tetapi nyatanya kau hanya memprioritaskan kepentingan anak itu." Tubuh Winda bergetar, wanita itu terlihat sangat menyedihkan.Konsentrasi Winda mulai goyah, kesempatan itu dimanfaatkan Arjuna untuk menepis pisau di tangan Winda.Pergerakan Arjuna yang cepat mengejutkan

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Perpisahan dan persatuan

    Adi seperti di paksa menelan ratusan pecahan kaca bulat-bulat, tidak hanya mulutnya yang terluka lambungnya pun terkoyak karena terlampau parah luka yang di derita.Ungkapan penyesalan sang istri seperti memukul telak harga dirinya.Adi lupa. Jika pengakuan Zoe setara dengan perkataannya yang menyinggung perihal istrinya yang terlalu lama membuatnya nunggu sehingga usia Zoe mempengaruhi mereka tidak bisa memiliki keturunan.Apa sebenarnya arti kecewa? Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya atau tidak diberi kepastian saat mengawali hubungan?Bagaimana dengan sebuah hubungan, yang dimulai baik-baik antara dua manusia harus disisipkan kebohongan demi mewujudkan sebuah luka dimasa depan?Menikah atas dasar saling menerima. Tidak ada ada yang menolak untuk melangkah ke jenjang yang serius.Namun, setelah belasan tahun, saat seharusnya mereka menikmati masa tua, semua justru menimbulkan perpecahan.Hingga klimaks, di usia pernikahan yang harusnya semakin kokoh.Lontaran kata yang tidak akan

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kemarahan Adi

    Mobil Yudhistira baru saja memasuki area perumahan, ketika iring-iringan mobil pejabat menghalangi jalannya. Tidak perlu mencari tahu siapa yang berada di dalam mewah yang berhasil menghambat perjalanannya. Karena dari mobil berplat nomor pilihan itu keluar seorang pria yang langsung mengetuk kaca mobilnya. Alih-alih membuka jendela, Yudhistira memilih turun, dan menemui Papa sambungnya. Tetapi Adi membuka bagian pintu penumpang. "Kamu tidak mengangkat teleponku." "Apa itu perlu? " Amarah laki-laki itu sudah dipendam sejak kemarin. Jika ia marah sekarang, Bukankah hal yang wajar? Adi menoleh menatap Yudhistira. "Kamu juga tidak ada di kantor. Meeting? " Adi mendecih. "Apakah ada pertemuan di luar, benarkah itu bisnis? " "Aku tidak ingin berdebat dengan mu." Zoe membuka pintu mobil ingin keluar. "Aku belum selesai bicara, Zoe." tegas nada bicara Adi tidak membuat Zoe takut. "Jangan membentak Bunda!" Yudhistira mengingatkan Adi. "Kamu diam!" Adi tak suka ada seseorang yan

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kabar bahagia itu

    Bisma menuntun istrinya untuk duduk di tempat tidur."Mas__"Bisma memandang istrinya." Ya sayang" jawab Bisma tersenyum." Ada yang ingin ku sampaikan" Ujar Nimas menyentuh pipi Bisma." Apa itu?" Bisma menangkap tangan Nimas dan membawanya pada bibirnya untuk di kecup."Mas Bisma sebenarnya_________"Nimas menatap wajah Bisma yang terlihat penasaran dengan apa yang akan di katakan.Nimas membawa telapak tangan Bisma, dan di kecupnya beberapa kali sebelum di bawa keatas perutnya.Nimas mendekatkan bibirnya ke telinga Bisma." Disini ada anak kita" Bisik Nimas lirih, secepat kilat menjauh dari telinga Bisma dan menatap wajah suaminya." Sayang_____"Nimas mengangguk." Aku juga baru sadar setelah melihat vitamin yang dokter resep kan untukku, dan juga aku baru sadar selama kita menikah aku tidak pernah mendapatkan tamu bulananku "" Ya Allah__ Masyaallah!!" Bisma terengah, sedikit panik dan juga kaget. Bisma membalas tatapan mata istrinya dengan raut penuh iba, bibirnya yang bergeta

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Menyadari

    Pagi itu Nimas tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya di bantu Bu Yuri yang sejak subuh sudah datang karena ingin melihat Bisma secara langsung. Nimas yang tengah menata menu di meja terpaku pada kepingan vitamin yang diresepkan untuknya, wanita itu merasa familiar. Nimas mengingat tidak ada pesan apapun dari Mama mertuanya ketika mereka pulang dari rumah sakit. Datangnya sang suami dengan keadaan selamat menyedot perhatian semua orang termasuk dirinya sendiri, Nimas bahkan tidak memikirkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri, terlalu lega, terlalu bahagia orang yang dicintainya pulang dengan keadaan selamat. "Ya Tuhan, mungkinkah?" Air mata Nimas mengalir tanpa bisa dicegah. Buru-buru meninggalkan dapur dan berjalan cepat ke kamar utama. Nimas buru-buru melihat kalender yang ada di kamar mereka, wanita itu terpaku pada barisan angka yang diamatinya, seketika tangisnya pecah sadar jika semenjak dia menikah dengan Bisma, dirinya tidak pernah mendapatkan tamu bulanan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status