Share

Tak ada dukungan.

Penulis: Muhammad Yunus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-30 20:30:19

"Apa susahnya kamu tinggal terima Winda jadi adik madumu? Kamu juga kenal dia, gimana baiknya dia, royalnya dia. Ibu juga nggak asal kasih izin kalau Arjun nikahnya sama wanita sembarangan”.

Luntur semangat Nimas kali ini. Niat hati ingin mengadu pada ibu mertuanya, tapi yang ada dia malah dicecar habis-habisan.

"Tapi, Bu.."

"Dengar ya, Nimas. Selama ini ibu sudah sabar menunggu kamu hamil, sedangkan semakin hari ibu makin tua. Jadi, apa salah kalau ibu ingin menimang cucu?" cecar Rubiah yang tak membiarkan Nimas membantah. Lagian kan laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu itu adalah hal yang lumrah.

Pandangan Nimas memburam karena pelupuk matanya mulai terisi air mata yang siap mengalir. Kini tidak seorang pun yang berpihak padanya. Nimas bahkan belum sempat memberi tahu suami dan mertuanya soal dirinya yang hamil.

Tak cuma Arjuna yang enggan mendengar apa yang ingin Nimas sampaikan, Rubiah juga demikian, kata-kata Nimas selalu dipotong sebelum perempuan itu selesai bicara.

Nimas dapat melihat tatapan kurang suka Rubiah kala dia kembali menangis. Setiap orang akhirnya berubah seiring dengan berjalannya waktu. Sebab, dulu Rubiah tidak begitu. Wanita yang melahirkan Arjuna itu turut menyayangi Nimas.

Namun, karena Nimas yang tak kunjung hamil, lambat-laun sikap Rubiah mulai berubah tak acuh pada Nimas. Hal itu pun dibarengi dengan perubahan Arjuna yang mulai enggan membawanya pergi ketika ada acara keluarga.

"Ibu kok datang gak bilang-bilang?"

Nimas bergeming, karena suara lembut yang dulu selalu disambut senyum hangat olehnya mulai detik ini akan menjadi suara paling dibenci dalam hidupnya.

Sedangkan suara milik Winda disambut pekikan bahagia oleh Rubiah.

"Wahhh mantu ibu, bagaimana kabar penerus?"

Nimas mengabaikan keduanya dan memilih pergi ke kamar tamu tempatnya kini menumpahkan segala lara, tapi baru saja kakinya sampai di depan pintu suara Arjuna mengejutkannya.

"Kok kamu jadi nggak sopan begitu? Ibu datang bukannya langsung dibuatkan minum kok malah langsung ditinggal pergi. Kamu juga melupakan tugasmu sebagai istri. Pagi ini kamu bahkan tidak masak sarapan untukku dan Winda. Sudah dong marahnya, kamu itu sudah bukan anak kecil." protes Arjuna tanpa perduli dengan hati Nimas yang terbelah karenanya.

Mendengar ucapan Arjuna, mau tidak mau Nimas memutar tubuh guna melihat laki-laki yang sudah menyakiti hati serta mentalnya sejak kedatangannya membawa istri baru semalam.

"Winda juga istrimu, minta saja dilayani olehnya!" balas Nimas sedikit berani.

"Kamu kenapa sih? Dosa besar kamu menolak poligami sedang agama kita saja memperbolehkan! Mau menyalahkan syariat?"

"Poligami juga ada syaratnya mas, bukan asal tambah istri!" timpal Nimas.

"Tertulis jelas di Pasal 3 ayat (2) UU Perkawinan dan di Pasal 56 ayat (1) KHI. Apa perlu aku jabarkan satu persatu isinya kepada mas?"

Arjuna kicep. Soal undang-undang istrinya jelas lebih tahu karena Nimas memang jebolan akademi hukum, tapi sebagai laki-laki tentu Arjuna merasa diremehkan dengan ucapan Nimas.

"Surgamu masih di bawah kakiku, Nimas. Jadi, jangan bangga karena bisa melawan suami! Coba kamu belajar dari Winda, biarpun memiliki jabatan tinggi di kantor, dia masih memiliki rasa hormat terhadapku sebagai suaminya."

Kali ini Nimas yang bungkam.

Rasanya hatinya terasa sakit sekali, karena Arjuna dengan tega membanding-bandingkannya dengan Winda. Lagipula, kurang hormat apalagi dia selama ini?

Dibanding Winda, dia lebih lama menemani Arjuna. Ibarat kata, keduanya sudah mengenal baik luar dalam. Jadi, mana bisa disamaratakan dengan orang baru?

Air mata kembali menjadi teman perempuan itu. Nimas nelangsa, bertahan menyakitkan, pergi tak ada tujuan.

"Di dunia nggak cuma kamu perempuan yang dipoligami suaminya, malah banyak di luaran sana yang tahu diri meminta suaminya menikah lagi demi keturunan!"

Mata Nimas berkilat mendengar cemoohan Arjuna, karena kali ini pria itu menghinanya sangat dalam.

"Aku memang bukan perempuan satu-satunya yang dipoligami, Mas, tapi aku salah satu dari mereka yang menentang poligami tanpa izin istri pertama. Sumpah demi Allah, aku nggak ridho. Aku nggak rela untuk itu kamu lebih baik ceraikan aku."

"Jadi perempuan jangan sok! Sudah mandul, songong pula!!" ujar Winda yang datang bersama Rubiah mendekati suami istri yang bertengkar.

"Tutup mulutmu, Winda! Aku nggak mandul, sekarang aku ..."

"Kalau nggak mandul harusnya kamu sudah jadi ibu. Sudah bertahun-tahun loh, kamu menjadi istri mas Arjun. Aku yang baru enam bulan aja sudah isi." cetus Winda memotong kalimat Nimas dengan tatapan mengejek sedangkan tangan kanan perempuan itu mengelus perutnya sendiri.

Sebenarnya Arjuna agak terkejut mendengar permintaan cerai dari Nimas, tapi fokusnya buyar karena Winda ikut masuk kedalam obrolan mereka.

Nimas membuang muka karena merasa geram dengan Winda yang sok ikut campur. Seandainya dia tidak ingat kalau sedang mengandung, tentu akan Nimas ladeni Winda meski harus bergulat sekalipun.

"Kalian ini apa-apaan sih kok malah jadi ribut?" Rubiah melirik Nimas yang sekarang enggan melihat mereka. Kemudian, dia memberi kode kepada Arjuna untuk membawa Winda beranjak.

Walaupun kurang suka dengan emosi Nimas yang meledak-ledak, tetapi Rubiah tidak bisa mengabaikan status Nimas yang lebih unggul dari Winda.

"Kemana?" tanya Rubiah saat melihat Nimas akan beranjak.

"Cari makan Bu, Nimas lapar."

"Sekalian belikan Arjun dan Winda ya. Ibu pulang dulu. Kalian yang akur."

Belum sempat Nimas menimpali, Rubiah sudah pergi.

******

Sesudah makan siang, Nimas yang sedang merenung di kamar tiba-tiba didatangi oleh Arjun. Pria itu ikut duduk di samping istrinya tanpa mau menatap ke arah Nimas.

"Sampai kapan pun aku nggak akan ceraikan kamu. Jadi, jangan ulangi lagi omonganmu yang bodoh itu kayak tadi."

"Kalau gitu, kamu harus ceraikan Winda." tantang Nimas.

"Jangan bikin aku marah, Nimas!" ujar Arjuna kembali emosi. Kali ini wajahnya sudah menatap ke arah Nimas dan tangannya tanpa sadar menarik kasar tangan wanita itu.

"Terus maumu apa, Mas? Jangan tamak!" ujar Nimas berusaha melepaskan cengkraman tangan Arjuna.

"Kamu atau Winda tidak akan ada yang aku lepaskan!" bentak Arjuna kian emosi karena istrinya tidak bisa diajak bicara baik-baik.

"Egois!" desis Nimas.

"Terserah kamu mau bilang apa. Kamu itu istriku. Jadi, tetap lakukan tugas dan kewajibanmu sebagai seorang istri!" dengan napas yang naik turun, Arjun menunjuk kening Nimas.

"Sekarang keluar, buatkan Winda nasi goreng. Anak kami ngidam nasi goreng buatanmu!"

"Apa?"

Di balik pintu kamar bercat coklat Winda tersenyum penuh kemenangan. Tangannya mengusap lembut perutnya dengan sayang. Mulai saat ini, dia akan terus menggunakan alasan ngidam untuk membuat istri pertama Arjuna sengsara.

Sama seperti yang dikatakan Nimas, Winda juga salah satu orang yang tidak mengharapkan poligami. Oleh karena itu, kalau Arjuna tidak bersedia menceraikan Nimas, maka dia yang akan membuat Nimas pergi dari kehidupan Arjuna.

Winda melangkah cepat meninggalkan pasangan suami istri yang tengah adu mulut itu dan membiarkan keduanya semakin bertengkar. Akan lebih baik lagi kalau Nimas terus memancing amarah Arjuna. Sebab, kalau laki-laki itu lepas kendali dan menyakiti Nimas, maka itu akan lebih menyenangkan hatinya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Akhir bahagia

    "Bun,..""Keputusanku untuk bercerai sudah bulat Pak Adi yang terhormat, sabarku cukup sampai disini." Zoe berbalik membelakangi suaminya dan hendak berlalu. Tetapi ucapan Adi berhasil mengurungkan niatnya."Apa jika aku menyerahkan diri, kamu bersedia menungguku bebas?"Zoe tertegun sejenak karena ucapan suaminya. Laki-laki yang selama ini begitu tegas dan keras, bagaimana bisa merendah.Yudhistira menatap wajah papanya dengan sendu."Usia kita tidak lagi muda, hidup sampai besok saja belum tentu, mengapa harus menunggu sesuatu yang tidak pasti." Zoe tidak seketika luluh."Bun, Papa mohon!" Adi menekuk lututnya dan menunduk di belakang tubuh istrinya. Tanpa perduli di lihat oleh beberapa anak buahnya, termasuk Yudhistira."Pa." Yudhistira ingin membantu Adi berdiri tetapi Adi menolaknya. "Biarkan bunda mu tahu jika laki-laki ini sangat mencintainya, aku memang pernah salah ucap dengan mengatakan kata seandainya, tetapi ucapan itu hanya sedikit keegoisan. Nyatanya itu tak mengurangi k

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Titik kehancuran

    "Jangan main-main Winda." mata Arjuna terbelalak saat Winda mendekatkan mata pisau di pergelangan tangannya sendiri.Negosiasi perceraian secara baik-baik tidak berjalan lancar. Winda tetap tidak mau Arjuna menceraikannya."Aku hanya perlu mati agar tak semakin sakit hati melihatmu tergila-gila dengan mantan!""Kamu salah paham. Aku ingin bercerai denganmu bulan karena Nimas tapi,..""Karena anak wanita itu, iya kan?"Arjuna mengusap wajahnya merasa frustasi berdebat dengan Winda hanya membuatnya semakin sakit kepala."Vanilla darah dagingku, dia anakku. Itu adalah faktanya." suara Arjuna memelan bersamaan dengan lelaki itu yang melangkah pelan mendekati Winda."Aku nggak perduli, kau yang janjikan kebahagiaan untukku, tetapi nyatanya kau hanya memprioritaskan kepentingan anak itu." Tubuh Winda bergetar, wanita itu terlihat sangat menyedihkan.Konsentrasi Winda mulai goyah, kesempatan itu dimanfaatkan Arjuna untuk menepis pisau di tangan Winda.Pergerakan Arjuna yang cepat mengejutkan

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Perpisahan dan persatuan

    Adi seperti di paksa menelan ratusan pecahan kaca bulat-bulat, tidak hanya mulutnya yang terluka lambungnya pun terkoyak karena terlampau parah luka yang di derita.Ungkapan penyesalan sang istri seperti memukul telak harga dirinya.Adi lupa. Jika pengakuan Zoe setara dengan perkataannya yang menyinggung perihal istrinya yang terlalu lama membuatnya nunggu sehingga usia Zoe mempengaruhi mereka tidak bisa memiliki keturunan.Apa sebenarnya arti kecewa? Ditinggal pas lagi sayang-sayangnya atau tidak diberi kepastian saat mengawali hubungan?Bagaimana dengan sebuah hubungan, yang dimulai baik-baik antara dua manusia harus disisipkan kebohongan demi mewujudkan sebuah luka dimasa depan?Menikah atas dasar saling menerima. Tidak ada ada yang menolak untuk melangkah ke jenjang yang serius.Namun, setelah belasan tahun, saat seharusnya mereka menikmati masa tua, semua justru menimbulkan perpecahan.Hingga klimaks, di usia pernikahan yang harusnya semakin kokoh.Lontaran kata yang tidak akan

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kemarahan Adi

    Mobil Yudhistira baru saja memasuki area perumahan, ketika iring-iringan mobil pejabat menghalangi jalannya. Tidak perlu mencari tahu siapa yang berada di dalam mewah yang berhasil menghambat perjalanannya. Karena dari mobil berplat nomor pilihan itu keluar seorang pria yang langsung mengetuk kaca mobilnya. Alih-alih membuka jendela, Yudhistira memilih turun, dan menemui Papa sambungnya. Tetapi Adi membuka bagian pintu penumpang. "Kamu tidak mengangkat teleponku." "Apa itu perlu? " Amarah laki-laki itu sudah dipendam sejak kemarin. Jika ia marah sekarang, Bukankah hal yang wajar? Adi menoleh menatap Yudhistira. "Kamu juga tidak ada di kantor. Meeting? " Adi mendecih. "Apakah ada pertemuan di luar, benarkah itu bisnis? " "Aku tidak ingin berdebat dengan mu." Zoe membuka pintu mobil ingin keluar. "Aku belum selesai bicara, Zoe." tegas nada bicara Adi tidak membuat Zoe takut. "Jangan membentak Bunda!" Yudhistira mengingatkan Adi. "Kamu diam!" Adi tak suka ada seseorang yan

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Kabar bahagia itu

    Bisma menuntun istrinya untuk duduk di tempat tidur."Mas__"Bisma memandang istrinya." Ya sayang" jawab Bisma tersenyum." Ada yang ingin ku sampaikan" Ujar Nimas menyentuh pipi Bisma." Apa itu?" Bisma menangkap tangan Nimas dan membawanya pada bibirnya untuk di kecup."Mas Bisma sebenarnya_________"Nimas menatap wajah Bisma yang terlihat penasaran dengan apa yang akan di katakan.Nimas membawa telapak tangan Bisma, dan di kecupnya beberapa kali sebelum di bawa keatas perutnya.Nimas mendekatkan bibirnya ke telinga Bisma." Disini ada anak kita" Bisik Nimas lirih, secepat kilat menjauh dari telinga Bisma dan menatap wajah suaminya." Sayang_____"Nimas mengangguk." Aku juga baru sadar setelah melihat vitamin yang dokter resep kan untukku, dan juga aku baru sadar selama kita menikah aku tidak pernah mendapatkan tamu bulananku "" Ya Allah__ Masyaallah!!" Bisma terengah, sedikit panik dan juga kaget. Bisma membalas tatapan mata istrinya dengan raut penuh iba, bibirnya yang bergeta

  • Turun Ranjang: Dikhianati Suami, Dimanjakan Adik Ipar    Menyadari

    Pagi itu Nimas tengah menyiapkan sarapan untuk keluarga kecilnya di bantu Bu Yuri yang sejak subuh sudah datang karena ingin melihat Bisma secara langsung. Nimas yang tengah menata menu di meja terpaku pada kepingan vitamin yang diresepkan untuknya, wanita itu merasa familiar. Nimas mengingat tidak ada pesan apapun dari Mama mertuanya ketika mereka pulang dari rumah sakit. Datangnya sang suami dengan keadaan selamat menyedot perhatian semua orang termasuk dirinya sendiri, Nimas bahkan tidak memikirkan apa yang terjadi pada dirinya sendiri, terlalu lega, terlalu bahagia orang yang dicintainya pulang dengan keadaan selamat. "Ya Tuhan, mungkinkah?" Air mata Nimas mengalir tanpa bisa dicegah. Buru-buru meninggalkan dapur dan berjalan cepat ke kamar utama. Nimas buru-buru melihat kalender yang ada di kamar mereka, wanita itu terpaku pada barisan angka yang diamatinya, seketika tangisnya pecah sadar jika semenjak dia menikah dengan Bisma, dirinya tidak pernah mendapatkan tamu bulanan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status