Share

Twilight of Us
Twilight of Us
Author: Hanni Hann

Bab 1

Author: Hanni Hann
last update Last Updated: 2025-04-21 08:48:20

“Kau tidak akan bisa menyingkirkanku, Gadis bodoh!” hardik pria tua itu menendang tubuh gadis yang tengah terkulai lemas di lantai.

“Masih butuh ribuan tahun untukmu agar bisa membunuhku, Sialan!” tambah pria tua itu. Ia terkikik kemudian berjalan menjauh dari tubuh gadis itu. Tawanya seolah sedang mengejek ketidakberayaan lawannya.

Gadis itu menggeretakkan giginya, dengan tenaga yang tersisa ia berusaha bangkit. Ia tidak lagi memikirkan bercak darah yang memenuhi tubuhnya, “Jika aku tidak bisa membunuhmu, aku akan membawamu mati bersamaku,”

****

Beberapa tahun yang lalu.

“Singkirkan pengkhianat itu. Setelah itu, permintaan mutasi kalian berdua akan ku penuhi,” perintah Edric, seorang pria paruh baya dengan nada datar menatap Ethan tajam. Ia melemparkan beberapa dokumen berisikan data-data tentang target.

Ethan tertegun sejenak, pikir pria itu maksud dari panggilan Edric adalah menyetujui permintaan mutasinya. Namun di saat terakhir pun pria serakah itu masih menginginkan hal lain darinya.

Ethan menggeretakkan giginya, tangannya mengepal. Pria itu mencoba untuk menahan amarah agar tidak menghajar pria di hadapannya. Udara dalam ruangan itu terasa berat, seakan dinding-dindingnya ikut mendengarkan negosiasi mereka. Dengan tetap tenang, ia maju selangkah melirik sekilas dokumen yang ada di meja.

“Tapi … Saya dan Hana sudah menjalankan banyak misi berbahaya. Apa itu masih tidak cukup?” ujar Ethan dengan suara yang sedikit bergetar kembali menatap atasannya.

Sebagai bagian dari organisasi bayangan, Ethan tahu bahwa setiap permintaan memiliki harga yang harus dibayar. Tidak ada yang bisa pergi begitu saja, apalagi agen yang sudah mengetahui kebusukan di lapangan seperti dirinya dan Hana.

Ethan dan Hana dikenal sebagai agen lapangan berbakat dari NOX. Riwayat penyelesaian misi mereka nyaris sempurna. Namun misi mereka terakhir kali hampir merenggut Hana membuat Ethan menyadari bahwa berada terus di lapangan bukan keputusan yang tepat.

“Tidak,” balas Edric dingin, penolakan barusan seakan lebih tajam dari pisau. “Jangan bertingkah seperti kau punya pilihan, Ethan. Disini aku yang menentukan apa yang harus kau lakukan!” tegas Edric dengan raut wajah tak senang.

Ethan meraih dokumen itu dan membacanya sekilas. “Yang benar saja! Bahkan dengan semua misi berbahaya yang telah ku selesaikan masih tidak bisa membuatmu puas?!” batin Ethan menahan amarahnya. Jari jemarinya mencengkram erat dokumen hingga membuat kertasnya sedikit kusut.

Atmosfer dalam ruangan itu seperti berubah dalam sekejap, udara dingin yang dirasakannya seperti menggigit kulitnya meskipun penghangat ruangan itu telah aktif.

Melihat gejolak amarah di dalam diri Ethan, Edric menyeringai tatapannya seolah menertawakan keputusasaan pria yang berdiri di hadapannya saat ini. “Lagi pula … kalian tidak bisa mundur setelah mengetahui banyak hal, bukan?" sindir Edric yang terkesan manipulatif membuat Ethan menelan ludahnya dengan kasar.

Setelah negosiasi itu, Ethan keluar dari ruangan Edric dengan langkah berat berjalan menuju mobil miliknya. Seakan tubuhnya dipenuhi oleh batu-batu yang berat. Alisnya berkerut, pria itu mengepalkan tangannya dengan kuat hingga buku-buku jarinya memutih.

Di dalam mobil, ia menatap jalanan yang sudah dilewatinya ratusan kali. Angin malam berhembus masuk melalui kaca jendela mobil yang sedikit terbuka. Ia melirik foto Joylin dan Jayden yang tergantung di spion mobil. Senyum mereka seperti secercah cahaya dalam kegelapan. Ethan meraihnya perlahan, “Papa janji, setelah ini papa akan sering pulang ke rumah,” gumamnya pelan dengan senyum di wajahnya.

Sesampainya di rumah, “Papa!!” seru Joylin dan Jayden ketika melihat Ethan pulang. Keduanya yang sudah bersiap untuk tidur langsung berlari menyambut Ethan dan memeluknya. Ethan membalas pelukan kedua anaknya dengan hangat, mencium puncak kepala mereka, dan menyuruhnya untuk tidur.

Setelah memastikan kedua buah hati mereka telah tertidur pulas, Ethan menceritakan apa yang ia dapat dari negosiasinya dengan Edric tadi. “Entah kenapa perasaanku tidak enak tentang misi yang Edric berikan. Keparat itu dari awal tidak pernah berniat unt—” ucapnya kesal, tanpa sadar Hana menggebrak meja makan, napasnya terengah seolah tak bisa ia kontrol.

“Tenanglah, atau kau akan membangunkan anak kita,” potong Ethan melirik ke arah pintu kamar anaknya sambil menyentuh tangan Hana untuk menenangkannya. Pria itu kemudian bangkit dari duduknya dan pindah ke samping Hana.

“Percayalah padaku, aku akan kembali dengan selamat. Untukmu dan anak-anak kita,” ujar Ethan menyentuh wajah Hana dengan lembut. Hana mengangguk, lalu memeluk suaminya. Namun, jauh di dalam hatinya Hana merasakan ketakutan. Takut kehilangan satu-satunya sosok yang menjadi sandarannya saat ini.

Beberapa hari kemudian, akhirnya tiba waktunya bagi Ethan untuk menjalankan misi itu. Sebelum pergi, pria itu ingin melihat wajah kedua malaikat kecilnya yang tengah tertidur pulas. Rupanya kehadirannya disadari oleh Joylin dan membuat gadis kecil itu terbangun. “Papa akan pergi lagi malam ini?” tanya Joylin mengusap kedua mata kecilnya sambil memeluk boneka beruang.

Ethan menaruh telunjuk di bibirnya, “Sshh. Jangan sampai Jay terbangun,” bisiknya pada buah hatinya.

“Tidurlah. Papa akan segera kembali membawa kue bluberi kesukaan Joy,” lanjutnya sambil mengusap puncak kepala Joylin dengan lembut. Pria itu berusaha sebisa mungkin untuk terdengar ceria agar tidak membuat putri kecilnya khawatir.

Joylin yang bahagia mendengar janji ayahnya berusaha untuk segera tidur malam itu. Pria itu juga memeluk Hana sebelum meninggalkan rumahnya. “Kembalilah dengan selamat. Aku menunggumu di rumah bersama anak-anak kita,” ucap Hana dengan suara bergetar dan air mata yang jatuh disudut matanya.

Ethan tersenyum hangat, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Hana. Hana berdiri mematung di ambang pintu menyaksikan sosok suaminya yang perlahan menghilang di telan gelapnya malam.

Hana tak bisa tidur pikirannya terus tertuju pada Ethan yang sedang menjalankan misi. Ia terus mondar mandir di ruang tamu sambil menggigit kuku ibu jarinya hingga suara telepon mencuri perhatiannya. Hana menelan ludah dengan kasar, lalu meraih gagang telepon dan menempelkannya ke telinga. “Hana! Ethan— sesuatu telah terjadi pada Ethan!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Twilight of Us    Bab 7

    Joylin tersentak kebelakang mendengar suara tembakan itu lalu menatap ke arah Erico sebelum akhirnya berlutut untuk mengecek kondisi pria itu. "Meninggal," batin Joylin dengan mata yang membelalak setelah memeriksa denyut nadi orang itu. Gadis itu menggeleng pelan, sorot matanya suram.Tak ada denyut nadi. Melihat isyarat Joylin, Jayden seolah tak percaya. Padahal tinggal sedikit lagi dan sebuah fakta akan terkuak. Hal itu menyulut amarah Jayden. “Sial! Apa yang baru saja kau lakukan?! Kita hampir mengetahui siapa pengkhianatnya!” bentak Jayden menarik kerah baju Erico. Urat di dahinya cukup untuk menjelaskan seberapa murka dirinya saat ini.“Kalian terlalu membuang-buang waktu!” bentak Erico dengan pistol yang masih berasap di genggamannya melepaskan genggaman Jayden dengan kasar, lalu berjalan dengan santai menuju mobil.Jayden mengepalkan tinjunya dengan Erat hingga urat di tangannya timbul karena kejadian barusan. Baginya, tindakan Erico sangat mencurigakan. “Bedebah sialan! Apa s

  • Twilight of Us    Bab 6

    Setelah bertahun-tahun melewati pelatihan yang berat dan misi percobaan yang nyaris merenggut nyawa, keduanya akhirnya diterima sebagai anggota resmi NOX pada usia dua puluh tujuh tahun.Bagi orang lain mungkin pencapaian ini tidak berarti apa-apa, tapi bagi mereka— yang datang dengan membawa luka dan dendam— ini adalah pencapaian luar biasa yang didapatkan bukan hanya menggunakan hasil keringat, tapi juga darah dan air mata.Saat ini mereka ditugaskan sebuah area gudang tua terbengkalai untuk mengambil kembali dokumen internal NOX yang telah dicuri bersama dengan agen bernama Erico.Berbeda dengan si kembar yang datang karena balas dendam, Erico datang dari kehidupan yang nyaman dan berkecukupan.Namun rutinitas itu memicu rasa bosan di dalam dirinya hingga membuatnya memilih dunia bayangan yang penuh adrenalin—sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.Malam yang pekat dan dinginnya udara yang menusuk menemani mereka dalam menjalankan misi ini. Di sana, di dalam gudang tua itu lang

  • Twilight of Us    Bab 5

    Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya bel yang menandakan usainya kegiatan di sekolah berbunyi. Suasana senja hari itu indah seperti biasanya, daun-daun berguguran suara angin, serta kicauan burung menambahkan kesan yang damai.Joylin mengajak Jay pulang jalan kaki melewati pinggiran sungai dan membahas ini dengan santai sebelum tiba dirumah. Informasi yang mereka temukan masih mengganjal dipikiran Jayden. “Joy, Aku akan mengambil jalan yang sama dengan Papa dan Mama,” ucap Jayden langsung ke intinya.“Kalau begitu aku jug—” perkataan Joylin terpotong oleh sorot mata Jayden yang tajam. “Tidak … Jangan bercanda seperti itu! Aku tak menyukai candaan mu itu, Jay!” bentak Joylin sambil mengguncang kasar tubuh Jayden. Tangannya mencengkram erat kerah baju Jayden dan menatapnya dengan mata yang memerah. Nafasnya saling memburu hingga akhirnya air matanya mengalir membasahi pipinya, “Kau benar-benar keterlaluan!” desis Joylin sambil menyeka air matanya.Gadis itu menutupi wajahnya dengan

  • Twilight of Us    Bab 4

    Jayden menatap dalam adiknya, “Kau mimpi tentang Papa dan Mama lagi?” tanya Jayden khawatir. Pemuda itu memberikan segelas air untuk Joylin yang masih duduk di sofa dengan napas yang tersengal.“Aku …,” ucap Joylin, tangannya sedikit gemetar saat menerima gelas itu. “Merindukan Papa dan Mama,” lanjutnya dengan suara bergetar sambil menggigit bibir bawahnya.“Cerita padaku. Jangan menyimpannya sendirian,” ucap Jayden memeluk Joylin, dahinya berkerut. Ia tahu persis bagaimana beratnya mereka melewati hari-hari setelah kejadian itu terlebih lagi untuk Joylin yang selalu menunggu kepulangan Ethan dan Hana yang kala itu telah meninggalkan mereka berdua selamanya.Joylin meletakkan gelas yang dipegangnya di sebuah meja kecil yang berada tak jauh dari posisinya saat ini. Pandangannya tiba-tiba saja tertuju pada frame foto yang ada di meja itu. “Foto ulang tahun kita yang ke sepuluh, sekaligus ulang tahun terakhir kita bersama Papa dan Mama,” gumam Joylin meraih foto itu.“Sudah bertahun-tah

  • Twilight of Us    Bab 3

    Sarah melangkahkan kakinya ke arah pintu depan setelah mendengar nada ketukan yang tidak asing baginya. Jantungnya berdegup tidak karuan, hatinya terus menerka-nerka apakah suami dan iparnya berhasil pulang dengan selamat atau justru malah sebaliknya.Matanya terbelalak ketika melihat sosok suaminya yang penuh debu dan beberapa bercak darah di beberapa bagian tubuh kekar itu. “Nathan! Apa yang terjadi? Dimana Hana dan Ethan?” tanya Sarah sambil mengguncangkan tubuh suaminya. Tanpa aba-aba, Nathan memerangkap Sarah dalam pelukannya, tangis yang sedari tadi ditahan oleh Nathan akhirnya pecah juga.Tanpa bertanya lebih lanjut, Sarah seolah mengetahui apa yang terjadi namun hatinya seakan menolak mempercayainya. Dadanya kembang kempis seolah jantungnya sebentar lagi akan meledak, pupil matanya terlihat bergetar, “Tidak … tidak mungkin,” lirih Sarah, kepalanya menggeleng pelan.Nathan memeluk tubuh Sarah dengan erat, “Aku gagal, Sarah. Ethan dan Hana … Aku tak dapat menyelamatkan mereka,”

  • Twilight of Us    Bab 2

    Dunia Hana seakan hancur, wanita itu jatuh terduduk dengan tatapan kosong. “Tidak … Ethan … tidak mungkin,” gumamnya sambil mengacak-acak rambutnya. Air matanya jatuh dengan derasnya, dadanya yang sesak membuat nafasnya tersengal-sengal.Dengan cepat Hana mengambil beberapa barang dan membangunkan kedua anaknya. “Joy, Jay, kita akan ke rumah Paman Nathan dan Bibi Sarah. Mama harus ke kantor sekarang,” ucap Hana berusaha tetap tenang dan menyembunyikan kesedihannya.Joylin dan Jayden yang kala itu sudah menginjak usia sepuluh tahun telah terbiasa dengan hal ini. Ketika ayah dan ibu mereka mendapat panggilan dari kantor, mereka akan dititipkan di rumah paman dan bibinya.Perjalanan mereka menuju rumah Nathan dan Sarah diselimuti keheningan. Hanya suara mesin mobil yang menemani perjalanan. Joylin dan Jayden yang masih mengantuk tertidur di kursi belakang.Hana berusaha tetap fokus dalam menyetir, dadanya masih sesak. Sesekali kristal bening itu jatuh dari sudut matanya. Ia berusaha mena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status