Gelisah memikirkan apa yang akan terjadi hari ini, semalaman Mikaela tidak dapat tidur dengan nyenyak. Zania, cewek yang paling tidak ingin ia temui, tidak kembali ke kamarnya lagi sejak semalam. Cewek itu pasti terluka. Mikaela akan meminta maaf pada Zania nanti walau dengan rasa pengecutnya.
Sekarang ia harus mandi terlebih dahulu, menyembunyikan penampilannya yang berantakan karena menangis semalam. Mika akan menceritakan pada Siska dan Tiwi besok, begitu sampai di Jakarta.
Mikaela bangun dari tempat tidur, Tiwi dan Siska sudah terlebih dahulu bangun. Sebenarnya dia sudah bangun dari subuh, tetapi Mikaela memang sengaja pura-pura tidur dan bangun paling akhir karena tidak ingin kedua temannya melihatnya dalam keadaan kacau.
Dengan rambut yang masih acak-acakan, Mikaela terduduk di r
Daffa bersiul ria sambil menyisir rambutnya di depan cermin. Menyenandungkan lagu-lagu cinta, memperbaiki dandanannya. Ia memakai kaos biru polos, sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih pucat."Wah anak mama udah rapih aja, mau kemana?" Ema tiba-tiba masuk ke dalam kamar Daffa, mengejutkannya."Ma, Daffa udah gede, kalau mau masuk ketuk dulu pintunya.""Habis pintunya nggak dikunci.""Kalau Daffa lagi ganti baju gimana?""Kamu banyak ngomong ya sekarang sayang? Lagi bahagia ya?"Ema mengelus lengan anaknya yang makin lama makin berisi."Kamu juga gemukan sayang." lanjut Ema.
Satu Minggu berlalu tanpa kepastian dari Darren. Dia menghilang, pergi ke Singapura dan tidak menghubungi Mikaela sama sekali.Mikaela turun dari mobilnya, berbicara sebentar kepada pak supir. Seragam sekolah sudah terpakai rapih, sangat pas ditubuhnya. Dia sudah naik ke kelas XII sekarang."Mikaaaaaa."Tiwi berlari menghampiri Mikaela lalu memeluknya."Gimana liburan Lo?""Asik banget Tiwi, gue jalan-jalan ke Bali.""Yeee itu kan sama gue, bukan itu, seminggu ini gimana?""Biasa aja, gue cuma di rumah, palingan jalan sama Daffa. Lagian Lo ngilang kemana sih? Gue telpon, diluar jan
Kesal, marah, kangen. Hal itu yang dirasakan Mikaela ketika mendengar suara bariton seorang cowok disebelahnya. Tanpa menengok ia tau siapa yang ada disampingnya sekarang.Dengan cepat Mikaela berdiri, pergi dari tempatnya berteduh. Tidak peduli jika dirinya harus basah kuyup karena hujan yang sudah lumayan deras mengguyur jalanan.Ia menyetop taksi yang lewat begitu saja dan masuk ke dalam taksi itu, sempat dia menengok ke belakang hanya untuk melihat cowok yang membuat dirinya tidak dapat bernafas dengan normal.Dan ternyata Darren hanya diam di tempat tanpa mengejarnya. Menyesal Mikaela sudah merindukan cowok itu. Nyatanya Darren tetap tidak peduli padanya.Lagipula kenapa Mikaela melarikan diri? Tentu saja karena cowok itu muncul
"I miss you so bad, I'm not lying."Mikaela tertegun dengan apa yang Darren lakukan. Cowok itu dengan lembut mengatakan bahwa ia merindukan Mikaela, ditelinganya.Bulu kuduk Mikaela meremang, seperti ada perasaan yang meluap-luap dalam dadanya, apalagi tangan Darren sedang memeluknya dari belakang. Mikaela tidak dapat bersikap dengan normal."Do you miss me?" tanya Darren, masih dengan posisi yang sama.Mikaela menelan ludah, sangat susah baginya menjawab pertanyaan Darren ketika dalam posisi saat ini. Ia hanya bisa mengangguk-anggukan kepalanya, sudah tidak dapat berkonsentrasi menyuci piring lagi. Ia taruh piring itu di wastafel, tangannya masih penuh dengan buih-buih busa sabun cuci piring.
Begitu membaca pesan dari Daffa, Mikaela langsung berlari keluar tanpa menggunakan jaket dengan rambut yang masih setengah basah. Ia memakai baju tidur lengan pendek yang membuat kulitnya tertembus dinginnya angin malam."Masuk ke dalem aja kak, di luar dingin banget." Ajak Mikaela sambil mengusap-usap lengannya setelah melihat Daffa yang sepertinya juga ikut kedinginan."Disini aja, aku cuma sebentar." Jawab Daffa menatap Mikaela lekat sambil tersenyum.Hawa tajam seperti es semakin menusuk-nusuk kulit, Mikaela merasakan sesuatu yang aneh pada Daffa. Tatapan cowok itu berbeda dari biasanya. Tatapan yang sangat terluka.Daffa tidak mau membuang banyak waktu, dia harus mengatakannya sekarang juga.
Hari Minggu yang cerah, secerah hati Mikaela. Hari ini ia sudah membuat janji dengan Darren untuk pergi bersama. Walaupun Mikaela harus merengek-rengek sebelumnya agar Darren bersedia pergi kencan dengannya.Tidak masalah, yang penting hati Mikaela senang karena akhirnya Darren meng-iya-kan permintaan Mikaela.Cewek itu sudah menge-roll rambutnya sejak malam dan berdandan secantik mungkin. Dia menunggu Darren di ruang tengah bersama ayahnya. Dua hari ini ayah Mikaela tidak bekerja, dia seharian menemani Mikaela di rumah dan itu menambah kebahagiaan Mikaela."Pa, papa kerja lusa ya?""Iya, papa mau ke Bandung." Ayah Mika sedang membaca koran sambil menyeruput kopi panasnya."Hmmmm...
Begitu Darren berlari meninggalkan Mikaela dan mengendarai mobilnya dengan asal, cewek itu langsung berpamitan kepada anak-anak didiknya dan menyetop taksi untuk mengikuti Darren.Dia juga merasa cemas dengan keadaan Daffa, apalagi Darren terlihat kacau dan ketakutan setelah mendapat telpon dari ibunya.Ternyata Darren pergi ke salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta, Mikaela yakin Daffa dilarikan ke rumah sakit itu.Mikaela tidak bisa menyamai langkah Darren yang berlalu dengan cepat. Dia hanya mengetahui jika Darren pergi ke ruang IGD dan Mikaela tidak dapat sembarangan masuk ke dalam. Jadi dia putuskan untuk menunggu Darren di lorong.Dengan sangat cemas Mikaela menunggu, sudah kurang lebih 30 menit bolak balik ia melihat jarum
Bagai tersambar petir disiang bolong, Mikaela tidak percaya apa yang baru saja Darren katakan padanya. Darren memintanya untuk menerima Daffa."Ma..maksud kakak?""Maksud gue cukup jelas Mika. Ikut gue ke rumah sakit sekarang. Bilang sama Daffa kalau Lo juga cinta sama dia.""Aku nggak cinta sama dia kak.""Belajar buat cinta lagi sama dia."Plak.Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi Darren. Mikaela sangat marah, tega sekali Darren mengatakan hal itu padanya."Kakak pikir hati aku ini apa?""...."