Home / Romansa / Twogether / 2. CINTA SATU MALAM

Share

2. CINTA SATU MALAM

Author: Vaya Diminim
last update Last Updated: 2024-05-16 22:11:05

“Ayo kita lakukan!” Eden memberi Anna tatapan nakal. “Cinta satu malam.”

Malam itu, Eden memiliki janji makan malam dengan keluarganya di hotel yang sama. Namun semuanya gagal karena sore itu suasana hati Eden terlanjur berantakan setelah bertemu seorang gadis aneh yang menuduhnya sembarangan di dalam lift. Di tambah dengan ibunya yang terus saja membahas masalah pernikahannya yang tak kunjung usai.  Belum lagi ditambah dengan rumor yang sudah beredar hampir satu tahun.

Eden berjalan santai keluar dari lounge – menghindari omelan ibunya sebisa mungkin. Ketika hendak mendekati pintu keluar, suasana lounge menjadi ribut. Dia mengikuti arah pandang semua orang yang tertuju pada sepasang kekasih yang sedang bertengkar hebat tak jauh dari posisinya kini. Matanya langsung membesar ketika mendapati seorang gadis yang sudah membuatnya berurusan dengan polisi tadi siang. Ia menyimak pasangan yang tengah beradu mulut itu.

Tak berselang lama, dia juga melihat seorang pelayan yang membawa nampan mendekati Anna tepat ketika tangan gadis itu terlepas dari cengkraman Kevin. Eden yang menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya, dengan sigap mendekat dan menangkap badan Anna yang hampir menyatu dengan lantai. Dia menariknya kuat hingga Anna jatuh ke dalam pelukannya. 

Anna melepaskan tangan Eden dari pinggangnya dengan kasar. Ia menyeka pipinya lagi. Dia baru saja menunjukkan sisi lainnya pada pria di depannya ini setelah kejadian dua jam yang lalu.

“Berhentilah bercanda Anna,” Kevin kembali berseru. Anna menoleh ke arah Kevin lalu beralih pada Eden yang berdiri di depannya. Dirinya semakin tertantang. “Ayo kita lakukan!” Anna menerima tawaran pria yang bahkan namanya saja ia tak tahu. Tapi sekarang harga dirinya jauh lebih penting dari itu. Anna menarik lengan pria berjas hitam itu keluar dari lounge.

“Kalau kau pergi dengannya, hubungan kita benar-benar berakhir.” Ancaman Kevin membuat Anna berhenti kemudian menatap balik Kevin dengan tajam. Kemudian dia meraih tangan Eden dan mengalungkannya di pundaknya. “Ayo kita lakukan!” katanya dengan keras agar Kevin bisa mendengarnya dengan jelas. Kevin hanya terdiam tak menyangka melihat Anna dan Eden yang berjalan sambil berangkulan.

 “Ouh!” Anna segera melepaskan tangan Eden dari bahunya ketika mereka baru saja keluar dari pintu utama hotel. “Jangan salah paham. Aku tidak akan benar-benar tidur denganmu, jadi jangan menganggapnya serius,” ungkap Anna tegas sambil menunjuk-nunjuk Eden dengan jari telunjuknya yang terangkat. Dia teringat dengan kejadian itu.

“Seharusnya aku yang memperingatkanmu,”

“Tentang apa?” Anna menantang.

“Aku bukan orang kotor seperti yang kau pikirkan, berhentilah menatapku seperti itu!” tegas Eden tak mau kalah. Bukannya merasa lega, Anna malah semakin menatapnya dengan pandangan jijik. “Benarkah begitu?”

“Iya. Aku.bukan.orang.seperti.itu.” Eden menekankan setiap kata-katanya.

“Jadi kau membantu dan membawaku keluar hanya untuk mengatakan itu?” Anna mempertanyakan niat baik Eden yang membantunya beberapa menit lalu.

“Memangnya kenapa lagi? Kau pikir aku benar-benar ingin tidur denganmu?”

“Kau memang terlihat seperti itu,” balas Anna lagi.

“Kalau begitu mari kita pesan satu kamar karena sudah sekalian di sini,” kata Eden semakin memancing Anna. Dia menarik tangan Anna kembali masuk ke dalam hotel. Tetapi gadis itu segera menepis tangan Eden. “Kenapa aku harus menurut denganmu.” Anna memegang pergelangan tangannya yang agak perih karena berusaha melepaskan cengkraman Eden.

“Makanya, tidak bisakah kau berpikir menggunakan otakmu? Sama sekali tidak mengerti dengan situasi sekarang. Bukannya berterima kasih, tapi masih saja menuduh orang sembarangan tanpa bukti. Dan juga dimana letak sopan santunmu?”

Mulut Anna ternganga setelah mendengar Eden yang terkesan merendahkannya. “Apa? Tidakkah perkataanmu agak keterlaluan? Huh. Sembarangan mengatai orang.” Anna merapikan rambutnya yang tidak berantakan dan memasang wajah kesal.

“Sekarang kau menyebutku keterlaluan? Tadi kau membuatku terlihat seperti orang kotor, sekarang kau menyebutku keterlaluan?” Suara Eden meninggi hingga membuat Anna tersentak. “Aku pikir kau akan berterima kasih, tapi lihatlah apa yang kudapatkan.” Eden meneruskan kalimatnya menjadi lebih pelan – bersungut-sungut. Eden tak habis pikir dengan Anna yang selalu saja memutarbalikkan setiap perkataannya. “Sebenarnya aku ingin melakukan hal yang sama padamu, mempermalukan dirimu di tempat umum. Tapi karena aku orang baik, jadi anggap saja kau beruntung hari ini. Aku tidak ingin membuat masalah lebih jauh dengan orang sepertimu.”

“Kau benar tak menyentuhku?” Kali ini Anna bertanya dengan hati-hati. Mulai ada sedikit kepercayaan pada Eden setelah melihat pria di depannya ini begitu putus asa menjelaskan secara berulang pada Anna.

“Sudah berapa kali kubilang?” Eden spontan menggertak Anna hingga gadis berambut sebahu itu mundur selangkah. “Aku tidak pernah menyentuhmu! Itu semua karena gulungan kertas yang dibawa oleh gadis yang berdiri di sampingmu tadi.” Eden berlalu meninggalkan Anna yang mematung di belakang karena mobilnya sudah tiba. Seorang valet baru saja keluar dari mobil dan menyerahkan kunci mobil padanya. Tak lama kemudian, dia kembali mendekati Anna yang masih berdiri di tempat yang sama.

“Oh ya. Mulai sekarang berhentilah menuduh orang tanpa bukti.” Eden memperingatkan Anna, kemudian kembali berjalan menuju mobilnya.

“Anna! ANNA!” Anna menoleh ke belakang. Sayub-sayub dia mendengar suara Kevin. Dia melihat Kevin yang ternyata menyusulnya sedari tadi. Lalu dengan cepat berlari ke arah Eden yang sudah masuk mobil. Untunglah dia sampai tempat waktu. Anna segera membuka pintu mobil. Gerak tangan Eden yang sudah bersiap di balik kemudi terhenti. Tentu saja ia terkejut ketika pintu mobilnya tiba-tiba terbuka.

“Astaga! Apa yang kau lakukan?”

“Mohon bantu aku sekali lagi,” pinta Anna sambil memelas. Dia sudah duduk di bangku penumpang di samping Eden. Tak lupa ia juga sudah mengaitkan sabuk pengaman. Ia melirik ke luar Jendela. Di sana Kevin melihatnya dengan tatapan tak percaya. Eden mengikuti arah pandang Anna.

“Ayo berangkat!” ujar Anna tanpa rasa bersalah sedikitpun, namun ia terlihat agak panik. Ia memaksakan seulas senyum pada Eden. Pria di sampingnya itu hanya bisa menghela nafas. Mobilpun melaju.

Hening sejenak. Tak ada percakapan semenjak mobil melaju hingga akhirnya Anna membuka mulut. “Aku minta maaf dan juga mau berterimakasih padamu,” kata Anna pelan sambil melirik Eden, sementara lelaki itu diam saja tak bersuara.

“Aku mengerti kenapa kau diam saja,” ucap Anna lagi karena tak mendapat balasan dari Eden. Ditatap pun tidak. “Baiklah. Turunkan saja aku di depan sana,” pinta Anna. Tiba-tiba saja dia merasa bersalah.

Eden tetap tak bersuara. Ia menepikan mobil di tepi jalan. Sembarang tempat seperti permintaan Anna. Dia menatap Anna dengan tajam. Berharap gadis itu segera turun dari mobilnya. Anna langsung membuka pintu. “Sekali lagi maaf dan terima kasih,” katanya sebelum turun. Mobil langsung melaju setelah pintu mobil kembali dirapatkan. Anna menghela nafas. Malam yang panjang saat baru saja patah hati setelah mendapatkan sebuah pengkhianatan.

Anna berjalan menuju halte bus yang tak jauh di depan. Perlahan dia mulai menangis sendiri. Tak peduli pandangan orang lain terhadapnya. Dia menyandarkan kepala pada sandaran bangku halte. Menangis dengan keras sambil menutup wajah dengan kedua tangan. Tak merisaukan pandangan orang sekitar yang menatapnya dengan aneh.

“Maaf nona,” suara lembut wanita paruh baya membuatnya berhenti menangis. Dengan cepat Anna menyeka pipinya ketika melihat seorang wanita paruh baya dengan dandanan yang sangat rapi menatap iba padanya. “Ya?” balasnya dengan suara yang agak parau.

“Kalau kau tak keberatan, maukah kau datang ke rumah kami besok malam sebagai balasan permintaan maaf?” ajak wanita itu tiba-tiba.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Twogether   104. ENDING PAGE

    Pagi itu matahari bersinar lebih cerah dari biasanya. Seolah mendukung acara suci yang akan diadakan hari itu. Bahkan cuaca sangat bersahabat. Hari yang dinanti-nanti telah tiba. Ruangan yang sebelumnya kosong kini telah dihiasi dengan berbagai interior berwarna putih. Setiap meja telah tersaji minuman dan juga makanan ringan. Tampak beberapa orang waiter muda mondar mandir menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan. Termasuk Nyonya Arini yang sibuk kesana kemarin menyambut tamu undangan. “Kau gugup?” Ibu Anna merapikan slayer putih miliknya yang tengah menghadap kaca besar. Anna mengangguk pelan sebagai jawaban. Ibu Anna tersenyum hangat. Dia mengerti perasaan putrinya walau tidak sepenuhnya. Karena dulu dia juga pernah berada pada posisi Anna sekarang. “Semuanya akan berjalan seperti yang kau rencanakan nak. Rasa gugup, canggung, atau bahkan takut mungkin kau merasakannya sekarang. Tapi percayalah ini semua perjalanan menu

  • Twogether   103. DUA KELUARGA

    Tiga orang waiters baru saja menyelesaikan sajian makan malam di sebuah ruangan privat hotel bintang lima itu. Akhirnya pertemuan keluarga itu terlaksana. Sesuai perkataan Eden beberapa hari yang lalu. Kedua keluarga saling duduk berhadapan. Anna duduk bersebelahan dengan Eden yang berada di sisi keluarga Anna. Sementara di sisi seberang Eden duduk Nyonya Arini, Tuan Teddy dan juga nenek Eden. Di samping Anna ada ibu, nenek dan juga Ayah Anna. Persamaan kombinasi yang cukup mengejutkan saat mereka pertama kali memasuki ruangan itu. “Terima kasih sudah menjamu kami makan malam Tuan.” Ayah Anna memulai percakapan di meja makan. Dia tampak jauh lebih santai dibanding Ibu Anna dan juga ibu mertuanya. “Ah, tidak usah bilang seperti itu. Anggap saja ini seperti pertemuan keluarga,” sahut Ayah Eden tak kalah ramah. “Mari makan,” tangannya mulai bergerak mengambil mangkuk soto yang tersaji di atas meja. Mereka memang makan di hotel bintang lima, tapi menu m

  • Twogether   102. GEDUNG PERNIKAHAN

    Anna menarik lengan Eden agar pria itu menghentikan langkahnya. “Eden,” panggilnya. Usaha pertamanya gagal, pria yang dipanggilnya itu terus saja berjalan meninggalkan rumah dengan tangan yang masih berpegangan erat.“Eden!” Akhirnya Anna berhasil melepaskan tangannya dari Eden hingga pria itu membalikkan badan. “Kenapa?” katanya dengan suara yang mulai meninggi. Awalnya Anna sedikit terlonjak kaget. Itu pertama kalinya Eden meninggikan suara padanya. Tapi dia tak boleh teralihkan. Masalah utama mereka sekarang adalah ucapan dari Tuan Teddy beberapa menit yang lalu. “Kau tidak boleh seperti itu. Setidaknya kau harus mendengarkan penjelasan ayahmu dulu!” seru Anna balas berteriak. Eden terlonjak kaget saat Anna berseru marah. Keningnya berkerut mencoba memahami situasi saat ini. Jangan bilang kalau gadis di depannya ini setuju dengan pendapat orang tuanya? “Kau setuju dengan rencana ayah?” “Rencana apa?”

  • Twogether   101. GAGAL TOTAL

    “Selamat pagi semuanya,” seru Eden dari depan pintu. Suaranya terdengar penuh semangat, suasana hatinya cerah, secerah mentari pagi di luar sana. Ya. Hari libur adalah kesempatan Anna dan Eden berkunjung ke rumah orang tuanya. Ada hal penting yang harus segera di lakukan. Terlepas dari acara resmi yang memang harus mereka persiapkan. “Oh kalian sudah tiba?” Ayah Eden, Teddy sudah berada di depan pintu menyambut kedatangan Eden dan Anna. “Ibu mana ayah?” Eden melihat sekeliling rumah namun tidak menemukan orang yang dicarinya itu. “Jangan bilang ibu sudah berada di kantor di hari libur ini dan sepagi ini?” Eden menebak asal mengingat kejadian terakhir kali saat pulang ke rumah. “Selamat datang juga Anna,” sapa Tuan Teddy beralih pada calon menantunya itu sambil merentangkan kedua tangan yang disambut sebuah pelukan hangat oleh Anna. Harus Anna akui bahwa Eden memiliki keluarga yang penuh dengan kehangatan jika kita menghilangkan unsur tra

  • Twogether   100. SERANGAN PANIK

    “Jadi kau bekerja dimana tadi?” sela ayah Anna lagi di tengah perbincangan santai mereka yang berhasil membuat Eden tersedak. “Ayah,” sahut Anna mengingatkan. Ayahnya itu sudah bertanya untuk yang ketiga kali. Entahlah apa karena dia tak yakin setelah melihat penampilan Eden atau mungkin dia hanya butuh validasi demi masa depan putrinya itu. “Dokter ayah,” terang Eden sekali lagi. Setelahnya dia meneguk air putih di gelasnya hingga kosong. “Ah iya, dokter. Hebat sekali.” Dan itu adalah pujian yang ketiga kalinya. “Sudahlah ayah, jangan bahas tentang pekerjaan lagi.” “Baiklah. Ayah mengerti.” Ayahnya tersenyum menyudahi interogasi mini untuk calon menantunya itu. “Ngomong-ngomong kapan kita bisa bertemu dengan keluargamu?” Ayah Anna mengedikkan bahu. “Lebih cepat lebih baik bukan?” “Oh tentu saja ayah. Aku akan menjadwalkan secepatnya.” “Bukankah ayah harus bertemu dengan ibu lebih dulu?” An

  • Twogether   99. PRIVATE ROOM

    “Sepertinya suasana hatinya sedang bagus sekali,” gumam Eden pelan. Eden bersandar pada mobilnya yang terparkir di depan gedung apartemen Anna. Senyumnya merekah saat mendapati seorang gadis memasuki halaman gedung. Anna segera berlari dan memeluk pria yang sudah lebih dulu membentangkan kedua tangannya. “Sudah lama? Kenapa tidak menelfonku, kan jadinya kau menunggu lama di sini.” Gadis itu membenamkan kepalanya pada dada bidang milik Eden. Aroma parfum Eden yang khas begitu menenangkan. “Tak masalah. Aku tidak ingin mengganggu waktumu yang berharga.” Kening Anna terlipat. “Kau tau aku pergi menemui siapa?” “Tentu tidak. Tapi kau bilang kau akan menemui orang penting, jadi ya.. aku tak ingin menganggumu.” Anna tersenyum lalu menggenggam tangan Eden. “Mau jalan-jalan sebentar?” “Kau tidak lelah?” tanya Eden sambil merapikan rambut Anna yang sedikit berantakan. Anna menggeleng. “Ada yang ingin kubilang,”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status