Kejadian saat Eden menurunkan Anna secara paksa di tengah jalan ternyata membawa sebuah kesalahpaham besar yang membuat Anna tak dapat melepaskan diri dari Eden. Sebuah janji manis terucap dari sang ibu membuat Anna secara tidak langsung telah terikat. Tapi semuanya tidak gratis. Mampukah Anna menepati janji sang ibu dengan cara bertahan? ataukah dia harus menyerah demi ego dan harga dirinya?
View More“Masih ada janji rapat dengan klien?” tanya Eden pada asisten yang bertugas di kantor. “Seharusnya sudah tidak ada lagi,” jawabnya lagi sendiri. “Anda punya janji, ya? Tak biasanya anda terlihat sesenang ini, bahkan tersenyum,” asisten yang sudah bekerja lama dengan Eden menyadari perubahan suasana hati bosnya. “Oh? Benarkah?” “Apa sesuatu yang baik terjadi pada anda?” pertanyaan asisten itu tiba-tiba membuat potret wajah Anna melintas di benaknya sekilas. Sudut bibirnya otomatis melengkung tanpa disadari. Apakah gadis itu yang membuatnya merasakan suasana hati yang senang itu? “Hmm….. mungkin karena hari ini aku tak punya banyak kerjaan?” balas Eden sambil tersenyum centil. Dia bangkit, bersiap untuk pulang. “Kalian juga bisa pulang lebih awal,” lanjutnya lagi sambil meraih melangkah keluar ruangan. “Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini,” kata Eden pada seluruh pegawai kantornya lalu melenggak keluar meninggalkan asisten yang masih
Anna mengemasi seluruh barangnya dari loker. Entahlah. Nafasnya terasa berat. Kenapa pula dia harus melakukan hal bodoh waktu itu. Tidak. Sebenarnya ini semua karena wanita gila itu. Tidak. Semua ini karena Kevin, laki-laki brengsek itu. Sampai kini masih sangat menyebalkan jika harus membahas Kevin. Anna membanting pintu lokernya dengan keras. “Makanya, kenapa kau melakukan hal bodoh seperti itu?” Ela muncul dari balik pintu loker yang membuat Anna terlonjak kaget. Dia ketakutan setengah mati setelah melihat raut wajah Ela yang datar dan tatapan kosong. “Astaga kau mengejutkanku!” pekik Anna. “Aku hampir saja kehilangan sepuluh tahun umurku,” celetuk Anna asal. “Eh tidak! Aku tarik ucapanku barusan,” Anna menggeleng-geleng menyesali ucapannya barusan. Dia meyakini setiap kata adalah doa, tetapi tetap tak bisa mengontrol setiap kata yang meluncur begitu saja dari mulutnya. “Makanya.” Anna menimpali Ela. “Ah, sudahlah. Yeay! Akhirnya aku punya waktu libur,” bala
“Nenek baik-baik saja, sebaiknya kau segera kembali ke kota,” ucap ibu Anna. Sambil memasang wajah kecewa, Anna berkata pelan, “tidak masalah bu, aku bisa kembali besok,” “Bagaimana dengan nak Eden?” Ibunya justru mengkhawatirkan Eden. Banyak hal yang dipertimbangkan Ibu Anna saat melihat Eden pertama kali. Potongan wajah nan tegas, wajah bersih, tinggi dan berpakaian rapi. Jelas dia bukan berasal dari keluarga biasa sama halnya seperti mereka. “Aku akan bicara dengannya nanti bu, kau tidak usah khawatir.” Anna memeluk ibunya sekali lalu berbalik meninggalkan ibunya di pintu kamar rumah sakit. Langkah Anna terhenti ketika mendapati seorang pria jangkung yang turut berjalan mendekatinya. “Kau mau kemana? Ayo makan bersama,” ucap Eden sambil mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan kantong berisi makanan. “Aku tidak tau ibumu suka yang mana, jadi aku beli semuanya,” lanjut Eden lagi. Anna bisa melihat ketulusan yang terpanca
Gadis yang mengenakan skirt jeans sebatis itu segera berlari memasuki lobi utama rumah sakit. Dipikirannya kini hanya ada sang kakek. Anna tiba di lobi utama. Begitu pula dengan Eden yang sudah berdiri di sampingnya. “Di sana!” Eden mengajak Anna menuju meja informasi. Menanyakan ruangan nenek Anna.“Terima kasih!” kata Eden pada salah satu perawat yang berjaga. Dia segera membawa Anna yang sangat cemas dan penuh kekhawatiran. Gadis itu mengatupkan kedua tangan di bawah dagu dengan mata yang sudah berkaca-kaca sedari tadi.“Aku yakin nenekmu akan baik-baik saja,” ujar Eden mencoba menenangkan Anna yang tak menjawab. Akhirnya mereka tiba di lorong yang di sebutkan perawat tadi. Tepat saat itu Anna melihat ibunya keluar dari salah satu kamar.“Ibu!” serunya. Sontak ibunya terlonjak kaget ketika melihat putrinya sudah berdiri di depannya. Anna segera berlari menghampiri wanita paruh baya itu. “Bagaimana dengan nenek?” tanya Anna setelah memeluk ibunya sekali lagi. Dengan cepat Anna juga
“Maaf sudah membuat keributan di pagi hari,” kata Eden sambil membungkukkan badan. Kini dirinya dan Anna bersiap untuk pergi. Eden berjanji akan mengantar Anna pulang hari ini. “Dan juga terima kasih untuk sarapannya,” lanjut Eden. “Tidak usah sungkan. Lagi pula kau kan kekasih Anna,” balas Sherin sambil menatap Anna. Jauh dalam lubuk hati Anna, dia merasa bersalah karena sudah membohongi Sherin seperti ini. Tetapi dia terpaksa harus berbohong karena tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan oleh Ibu Eden. Bisa-bisa dia juga mendatangi Sherin secara tiba-tiba. Anna menggeleng-geleng untuk membuyarkan pikirannya. Membayangkan saja sudah membuatnya geli. “Mungkin aku akan pulang malam lagi, jangan lupa makan malam,” pesan Anna sebelum meninggalkan Sherin. “Jangan pulang malam, lebih baik pulang pagi saja,” celetuk Sherin mengusili Anna sambil memicingkan sebelah mata. Lihatlah wajah Anna yang mulai memerah. Dia kesal bercampur merona. “A
Gadis dengan rambut berantakan itu mengerjap. Anna tersentak. Dia berbalik dan betapa terkejutnya dia yang mendapati Eden tengah tertidur di sampingnya. Dia langsung bangun dan duduk. Sambil kebingungan, Anna bangkit dan meraih tas yang tergeletak di lantai. Anna merapikan rambut dan berjalan keluar rumah secara diam-diam. Sesekali dia melirik Eden yang masih terlelap. Anna menyandarkan badan ke pintu ketika sudah berada di luar. Lalu dia bergegas berlari menuju lift. Namun gerak kakinya terhenti tepat ketika pintu lift terbuka. “Tunggu!” katanya sambil memiringkan kepala, menyadari sesuatu. “Ini kan rumahku, kenapa aku yang kabur seperti ini,” ujar Anna berbalik menuju apartemennya. Dia berdiri mematung menatap Eden yang masih terbaring di lantai. Berusaha memikirkan apa yang terjadi semalam dan kenapa Eden bisa tertidur di rumahnya. Kenop pintu berbunyi lalu diputar. Beberapa kali kode keamanan berbunyi nyaring karena kata sandi yang dimasukkan s
Raut wajah Anna berubah tegang semenjak mereka duduk di restoran pasta yang katanya paling enak di kota. “Tidak usah tegang begitu,” bisik Eden pelan. Dia melirik buku-buku kuku Anna yang sudah memutih karena gadis itu terus saja menekannya agar rasa tegang yang menyelimutinya bisa sirna. “Bagaimana aku bisa tenang. Aku yang diawasi seperti ini membuatku sangat tidak nyaman,” Eden menyentuh tangan Anna yang terletak bebas di atas meja. “Abaikan saja! Tidak akan ada yang terjadi, dan itu hanyalah ibuku yang penasaran. Lupakan saja! Anggap saja kita hanya makan berdua seperti biasa. Jangan anggap ada orang lain di dalam ruangan ini selain kita,” ungkap Eden dengan suara nan lembut. Perlahan tangan Anna melonggar. Aliran darahnya kembali lancar dan warna kuku bukunya kembali normal. Entahlah karena dia merasa sedikit lebih tenang karena kalimat Eden atau mungkin karena sentuhan Eden yang tiba-tiba menjadi romantis. Anna menarik
Tawaran Eden berhasil mengukir senyuman di wajah Anna. Anna tau Eden tidak serius, tapi tetap saja tawarannya sangat tiba-tiba untuk seseorang yang baru saja dipecat dari pekerjaannya. “Sudah agak baikan?” Eden menemani Anna yang duduk di halte bus. Anna bersikeras untuk pulang sendiri sore itu. Tentu saja pria itu menolak. Dia tak ingin kejadian yang lama terulang lagi. Semua ini bermula saat Eden menurunkan Anna di tepi jalan sambil menganis pula. Angin berhembus cukup kencang sore itu, ditambah mobil dan bus yang berlalu lalang. Penghuni halte yang silih berganti saat bus tujuan mereka berhenti tepat di depan halte. Eden melirik Anna yang masih menutupi seluruh wajahnya dengan kedua tangan. Tak lama dia menurunkannya tangan dan menampakkan wajahnya yang sudah basah dengan air mata. Dengan sigap Eden menyodorkan sapu tangan. Miliknya yang kedua kali. Sebelah tangan Anna meraih sapu tangan Eden. Mengusapkannya ke pipi dan seluruh wajah.
Anna merapikan beberapa baju di rak sambil berjalan mengelilingi toko yang ramai dengan pelanggan. Kemudian dia kembali berdiri di dekat ruang ganti. “Siapa gadis yang bernama Anna?” teriak salah seorang wanita yang berdiri sambil berkacak pinggang di pintu masuk toko. Dia cantik, dengan rambut blonde bergelombang. Gayanya sangat anggun mengenakan dress dan heels. Begitu pula suaranya yang keras. Suaranya memenuhi langit-langit hingga mengundang perhatian seisi pelanggan bahkan setiap orang yang lewat.Anna terbelalak ketika namanya disebut. Dia langsung menghampiri wanita itu dengan wajah bingung. Namun wanita itu menatap Anna dengan garang. Seperti Anna telah mencuri sesuatu darinya.“Oooo jadi kau gadis yang selingkuh dengan suami saya, iya?” kata wanita itu lagi dengan suara lantang. Mulai terdengar riuh di sekelilingnya. Ada pula yang menatap jijik pada Anna.“Maaf bu, saya tidak mengerti dengan apa yang ibu bicarakan,” balas Anna masih berusaha tenang. Sesekali melih
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments