Share

Chapter 6

Aulia POV:

Aku selalu memperhatikanmu, melihat pesona indah yang selalu terpancar dalam dirimu. Efek yang membuatku tidak bisa lepas jauh darimu.

Aku selalu tidak sabar menunggu hari esok datang. Hari di mana aku akan melihatmu dan kamu akan melihatku. Hari dimana kamu merangkulku, bersuara merdu di telingaku.

Kamu…

Seseorang yang ku kagumi sejak lama, sejak ku mulai mengenal cinta.

Aulia POV end.

Angin pagi ini terasa lebih dingin dari hari biasanya. Bahkan saat musim hujan tiba, rasanya tidak sedingin ini.

Dinginnya udara begitu terasa menusuk sampai ke relung hati seseorang yang tengah berdiri tak bergeming. Menunggu seseorang lain yang akan datang menyapanya, seperti hari-hari biasa.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara rantai sepeda yang begitu familiar. Disana terlihat seorang pria berpakaian casual dengan tas dipundaknya, mengayuh sepeda menuju seorang wanita yang sedang berdiri didekat pintu sebuah rumah. Memberikan senyuman manis kepada si wanita yang sudah menunggunya.

"Ayo Ra!" ucap si pria ketika sampai didepan si wanita.

Yura POV:

Aku lalu naik ke sepeda Yuda, dengan sebelumnya membalas senyumannya.

Didalam perjalanan kita masih terdiam, tanpa ada yang mau memulai pembicaraan. Membuat suasana menjadi canggung karena kesunyian ini.

Perjalan menuju kampus akan melewati tempat penjual siomay yang kemarin kita datangi. Tempat tersebut masih terlihat sepi karena siomay Bang Jali baru buka sekitar jam 10 pagi, sesuai jam istirahat anak sekolah.

Akupun mulai mengingat kembali kejadian kemarin. Kejadian di mana membuat hatiku terluka. Seperti bekas luka karena tergores ujung kertas yang tajam, walaupun tidak berdarah tapi sangat terasa sakitnya.

Aku tahu bahwa salah satu yang membuat hatimu sakit adalah cinta. Seperti halnya rasa cinta yang aku berikan untuk ibuku. Saat aku kehilangannya membuat hatiku sangat sakit, hingga aku merasa marah pada semua orang.

Tapi, ini mungkin terasa berbeda, bahkan lebih sakit saat aku kehilangan ibuku. Hanya saja tetap terasa tidak nyaman di hati ini.

...

Beberapa saat kemudian, kita sampai di fakultas ekonomi. Yuda kemudian mengayuh sepedanya lagi ke arah fakultas teknik sambil melambaikan tangan.

Aku masih menatapnya yang pergi menjauh dariku. Memikirkan kejadian kemarin yang membuat kita menjadi sedikit berbeda.

"Apa kita akan berbeda?" gumamku yang masih menatap Yuda.

Merasa bersalah atas pengakuan 'cinta' yang aku lakukan, memicu rasa takut dalam hatiku.

Aku harus mulai menyadari dan merelakan hal itu. Menyadari bahwa kita hanya akan menjadi teman dan merelakan Yuda bersama yang lain.

Setelah Yuda menghilang dari pandanganku, aku lalu berbalik untuk pergi masuk ke kelasku. Sampai tiba-tiba ada orang lain yang menabrakku dari belakang. Aku kemudian menoleh dan melihat orang itu.

"Maaf Ra, aku tadi nggak hati-hati jalannya." ucap seorang pria, Ardi. Dia teman satu fakultas dan jurusan denganku, hanya saja saat ini dia mengambil jurusan manajemen operasional.

"Kamu nggak apa apa, Ra? tanyanya.

Aku hanya sedikit terkejut karena Ardi tiba-tiba menabrakku. "Oh, nggak apa-apa kok Di. Aku baik-baik aja."

"Sekali lagi maaf ya, Ra." ucap Ardi lagi sambil menyatukan kedua tangannya.

"Iya aku maafin Di, tapi besok-besok jangan jalan sambil main ponselmu!" Aku melihat Ardi sedang menggengam ponselnya.

"Iya, tadi terlalu fokus lihat jadwal hari ini, sampai meleng jalannya." Ardi tersenyum padaku dan aku membalas senyuman itu.

Kemudian kita masuk bersama ke gedung fakultas ekonomi dan berpisah.

Yura POV end.

Di dalam toilet fakultas ekonomi, Yuda sedang mencuci wajahnya di wastafel. Merasa bodoh akan hal yang dia lakukan tadi.

"Kenapa aku diam saja tadi?" ucap Yuda sambil terus menyiramkan air diwajahnya.

Beberapa menit kemudian Yuda keluar dari toilet dan berjalan menuju ruang kelasnya. Dia masih terus merutuki perbuatannya itu.

….

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Semua mahasiswa berbondong-bondong pergi menuju kantin untuk makan siang.

Seperti biasa, Yuda dan Yura akan makan bersama. Memakan bekal yang dibawakan oleh Yura. Mereka tidak hanya makan berdua saja, tapi juga bersama Ari dan Lia. Saat ini mereka berada di fakultas ekonomi.

"Wih… bawa apa nih hari ini?" ucap Ari melihat bekal yang di bawa oleh Yura.

"Tadi tempat makan Ayahku menunya lagi ikan, jadi aku bawa ikan nila cabai ijo sama tumis jamur buncis." ujar Yura, sambil membuka satu persatu bekal makanannya.

"Aku datang...!" Lia datang membawa 4 es teh dan Ari langsung membantu Lia mengambil minuman tersebut dari nampan.

"Wah kayaknya enak nih…" ucap Lia setelah melihat bekal makanan yang dibawa Yura.

"Iya Li, kamu boleh coba kok." ucap Yura.

Lia duduk disamping Yura, sedangkan Ari berada didepan Lia dan disampingnya adalah Yuda yang tentu saja berhadapan langsung dengan Yura.

"Jadi pengin main ke rumah Yura deh!" Ari berucap sambil mengaduk makanannya.

"Bilang aja kamu pengen makan gratis!" Lia meledek sang kekasih.

Ari tertawa dan mengelus rambut Lia lembut. "Apa sih, sayang…"

Lia pun tersenyum manis kepada Ari.

Yura dan Yuda yang melihatnya hanya tersenyum kecil. Sebenarnya ini adalah hal biasa yang mereka lihat, dan biasanya mereka akan meledek kemesraan yang dilakukan oleh dua temannya itu. Tapi kali ini berbeda, hanya senyuman yang bisa mereka tunjukkan.

Ari dan Lia sebenarnya merasa bahwa hubungan pertemanan Yura dan Yuda bukanlah hubungan pertemanan biasa. Hubungan mereka sudah mirip seperti sepasang kekasih, tapi Ari dan Lia hanya tidak ingin mencampuri urusan mereka. Membiarkan mereka untuk menyadarinya sendiri.

….

Terkadang seorang teman harus tahu akan batasan yang harus mereka tahu.

AFRIL

Jangan lupa share cerita ini ke semua teman kalian, ya! Bilang kalau ada cerita ketjeh disini. Semoga senang bertemu Yura dan Yuda!

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status