Hai teman-teman!! Setelah lama nggak upload, kita akan mulai upload lagi. Doakan segalanya lancar dan dimudahkan, ya. Aamiin. Semoga suka!
"Ya tentu saja Ra. Terlihat dari mata kamu yang layu dan sedikit pucat." Aku sedikit terkejut saat David menyentuh pipi kananku dan membelainya halus. Tanpa disadari dengan reaksi yang aku berikan, aku langsung mundur dan sedikit menjauhkan wajahku dari genggaman tangan David. 'Sungguh aku merasa aneh' …. Entah kenapa aku merasa sedikit tidak nyaman saat dia menyentuh wajahku? Padahal aku sering disentuh oleh Yuda, baik kepalaku bahkan wajahku. Mungkin itu yang dimaksud dengan perasaan nyaman saat orang yang kita cinta menyentuh kita. David sedikit terkejut saat melihat reaksiku. Dia terlihat menunjukkan raut wajah tidak enak padaku. "Ma..maaf Ra? Aku nggak maksud buat kamu nggak nyaman. Maaf banget ya Ra?" Dia menyatukan kedua tangannya dengan terus mengucapkan kata maaf. Akupun merasa tidak enak kepada David karena reaksiku yang aku rasa berlebihan. Aku menggelengkan kepalaku dan menyentuh lengan David dengan tangan kananku. "Nggak apa-apa kok Vid. Aku aja yang berlebihan, ngg
"Kamu terlihat cantik, Ra." ucap David tiba-tiba. Saat itu aku sedang mengarahkan wajahku di depan kipas angin. Aku pun menoleh ke arahnya yang sedang tersenyum manis. …. Ya, mungkin benar apa yang dikatakan oleh banyak orang. Jika seseorang sedang mencoba mendekati orang yang disukai, mereka akan berusaha untuk merayunya. Dan ini pun yang mungkin sedang dilakukan David kepadaku. Aku sedikit merinding mendengar ucapannya. Aku hanya membalas senyuman David tanpa berkata apa-apa, serta kembali menoleh ke arah kipas angin. "Oh ya, kalo kamu lagi libur gini, pasti seperti ini ya?" "Iya." jawabku singkat tanpa menatap wajahnya. Aku masih menikmati udara dari kipas angin sambil memejamkan mata. Entah karena aku mulai merasa tidak nyaman, atau memang hanya masih merasakan gerah ditubuhku. "Rajin ya kamu Ra. Mungkin, kalau boleh, kapan-kapan aku ikut bantuin ya Ra?" "Nggak usah, Vid. Main aja ke tempatku. Nggak usah bantuin. Hehe… kamu kayak Yuda juga, bukannya jadi tamu yang baik malah
"Adik aku cewek Ra. Dia baru masuk SMA setahun yang lalu." Aku mengangguk.Beberapa detik kemudian, ponsel milik David bunyi menandakan ada seseorang yang meneleponnya. David dengan sedikit ragu-ragu mengangkat telepon tersebut. "Bentar ya, Ra.""Iya Vid, angkat aja dulu." jawabku mempersilahkan.Entah kenapa David begitu gugup saat mendapatkan panggilan telepon tersebut. Dia pun keluar dari restoran Ayahku, tapi aku masih bisa melihatnya dari balik kaca jendela. Sesekali dengan menatapku dan tersenyum kecil. Aku pun membalas senyumannya.….Sembari menunggu David selesai menelepon, aku mengambil ponselku dan mengirimkan pesan kepada Yuda."Hari ini kamu kesini nggak?"Drrt… drrt…"Iya Ra. Tapi mungkin sekitar jam 7an Ra. Kenapa? Kamu udah kangen? Hehe…"Ck…Aku tersenyum melihat pesan dari Yuda."Iya aku kangen. Kangen nyuruh-nyuruh kamu Yud. Hahaha…"Drrt… drrt…Yuda memberikan emot sedih.Kembali ku tersenyum geli. Aku pun membalas dengan memberikan emot tertawa terbahak-bahak."Ra
Musim kemarau. Musim yang membuat sore hari terasa lebih panas dari biasanya. Juga membuat sebagian orang lebih menyukai berada di dalam ruangan hanya untuk menghindari sengatan matahari. Panas matahari tetap terasa di bumi ini, walaupun sekarang waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Panas hari ini tidak menghentikan semangat seorang wanita berambut panjang yang saat ini dia kuncir, untuk setia menunggu seorang pria yang selalu membuat dia bahagia. Seorang pria dengan tinggi rata-rata pria dewasa di Indonesia yaitu 170 cm, bermata abu-abu gelap, dan memiliki lengkungan di pipi sebelah kiri yang dapat dilihat ketika dia tersenyum. Dan pria itu kini sudah berada di belakang punggung wanita tersebut. Dia memberikan senyuman termanis untuk si wanita yang telah lama menunggunya. "Maaf ya, lama," ucap si pria dengan menunjukkan lengkungan indah di wajahnya. "Okay ... kalau mau dimaafin, traktir aku siomay Bang Jali ya?" Si wanita beruc
Yura Anggraini. Gadis berusia 19 tahun dengan tinggi 156 cm dan memiliki rambut hitam panjang sebahu. Tidak lupa pula mata besarnya yang berwarna hitam pekat, hidung mancung, dan juga kulit sawo matang khas kulit Indonesia. Dia memiliki seorang ayah yang sangat mencintainya. Seorang ayah tangguh dan setia. Ayahnya memiliki usaha kecil yang sudah dibangun selama 10 tahun yaitu usaha tempat makan, Sari Rasa. Usaha tersebut didirikan di rumah yang mereka tinggali. Rumah berukuran 21 meter persegi yang terdiri dari 2 tingkat yaitu tingkat 1 untuk usaha tempat makan dan tingkat 2 barulah untuk tempat mereka tinggal. Yura berkuliah di Universitas Harapan Bangsa Fakultas Ekonomi dengan jurusan Manajemen Sumberdaya Manusia dan kini ia sudah berada di semester 6. Masa-masa kuliah ia lewati dengan baik, memiliki teman-teman yang baik, dan juga Yura masuk ke dalam 10 mahasiswa terbaik di jurusannya. Yura memang anak yang cukup pintar. Dia masuk di Univer
Yuda POV: Sore ini sangatlah panas. Aku segera berlari keluar ruangan. Berlari melewati lorong-lorong kelas di Fakultas Teknik. Kemudian aku berhenti tepat di depan lift, menunggu lift terbuka untuk mengantarku ke lantai dasar. Hari ini perkuliahan sedikit lebih lama dari biasanya. Karena aku sudah semester 6, jadi lebih banyak yang aku kerjakan. Dan sebentar lagi aku akan masuk ke semester 7, di mana akan ada banyak praktik dan juga harus mulai memikirkan judul skripsi. Huft .... Aku bersandar di dinding lift sambil sesekali melihat arlojiku. "Dia pasti sudah menunggu dari tadi." Ting! Pintu lift terbuka. Segera kukeluar dari lift dan berlari menghampirinya. Aku melihat temanku sedang mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah. Wanita berambut hitam panjang yang ia kuncir, mata besar dan pipichubby. Ups ... dia tidak suka dibilangchubby. Sekali lagi aku berlari dan
Flashback: Tiga minggu setelah ospek. Yura POV: Aku mulai menjalani hari-hariku sebagai mahasiswi. Mulai untuk mempelajari hal-hal baru dalam hidupku. "Nih!" Temanku tiba-tiba saja memberiku sebotol minuman. Aku mengerutkan dahi, merasa bingung. "Aku kan nggak pesen ini, Lis." "Oh, tadi ada cowok yang minta tolong ke aku untuk kasih ini ke kamu, Ra," jawabnya. "Dia ganteng kok, langsung terima aja udah ... haha." "Apaan sih, Lis!" Aku hanya menggelengkan kepala mendengar ucapannya. "Serius Lis, ini dari siapa?" "Aku juga nggak tahu Ra, tiba-tiba aja dia minta tolong ke aku untuk kasih ini ke kamu." Tunjuk Lisa ke arah botol minum yang kini aku pegang. "Cie-cie ... siapa tuh, Lis?" Temanku yang lain tiba-tiba datang meledekku. Aku sedikit malu akan ledekan yang temanku lakukan. "Udah Put jangan diledekin, mukanya udah merah tuh!" Sekarang Lisa ikut meledekku. Mereka berdua tertawa bersama.
Ssssh .... Suara air shower menyala. Membasahi tubuh yang kini hanya diam mematung. Merasakan dinginnya air yang mengalir dari kepala sampai sela-sela jari kaki. Merilekskan pikiran yang sedari tadi bekerja. Mencoba untuk menenangkan hati yang sudah dicoba untuk ditenangkan. Pikiran selalu mengatakan 'tidak apa-apa' tetapi hati tidak bisa menerima pendapat tersebut. Hingga hanya menciptakan air mata yang terus keluar. ... Jam 9 malam. "Lama banget mandinya, Nak?" tanya seorang pria paruh baya pada wanita yang baru saja menyelesaikan mandinya. "Tadi pulang kuliah panas banget Yah, jadi Yura mandinya lama. Hehe ...," jawab Yura sambil berjalan ke arah sofa, menghampiri ayahnya yang sedang menonton TV. "Ada berita apa Yah?" "Biasa, politik bikin ruwet," jawab Ayah Yura sambil menyesap secangkir kopi hitam. "Kuliah gimana hari ini, Ra? Lancar?" Kini perhatian Ayah berpindah ke Yura. "Iya lancar Yah, cuma tia