Happy reading
============="Kenapa senyum-senyum sendiri begitu Adam?" tanya Karina melihat putranya yang tersenyum sendiri."Tidak ada bu, hanya teringat Nara.""Nara?" Adam mengangguk."Lalu kenapa kau tertawa saat mengingatnya?" tanya Karina lagi."Dia sangat lucu!" ucap Adam tanpa menoleh ke arah Karina."Apa kau kira Nara itu seorang badut!" sinis Karina menatap tajam putranya.Adam yang mendengar nada sinis dari ucapan ibunya pun menoleh ke arah Karina."Oh ayolah ibu, aku tidak sedang mengejek Nara seperti orang lain yang selalu mengolok-ngoloknya." tegas Adam membantah ucapan sang ibu yang seakan menuduhnya."Apa kau menyukai Nara?" tanya Karina to the point."A--apa maksud ibu?" tanya Adam tergagap."Adam, aku ini ibumu, wanita yang mengandung dan melahirkan mu, merawat serta membesarkan mu hingga sampai sekarang ini, tentu saja aku mengerti bagaimana putraku, apa yang di sukainya dan apa yang di bencinya. jadi, kau tak bisa membohongi ibu mu ini nak." jelas Karina panjang lebar.Adam memalingkan wajahnya ke arah lain, sungguh ia tak sanggup menatap ibunya."Jika kau menyukainya, maka segera lah kau mengatakannya, sebelum orang lain merebutnya lebih dulu." titah Karina mengingatkan sebelum ia beranjak pergi dari hadapan Adam.Adam merenungkan semua ucapan Karina barusan, semakin cepat ia mengungkapkannya pada Nara, maka semakin cepat ia memiliki wanita itu menjadi kekasihnya. tapi apa Nara akan menerima cintanya? itulah hal yang di takuti Adam jika Nara menolaknya."Nara, apa benar jika dia kekasihmu?" tanya Rizka yang masih tak percaya.
Nara menolehkan kepalanya melihat ke arah Arfaan yang juga sedang menatapnya. kode kedipan sebelah mata Arfaan membuat Nara bingung."Kami juga sebentar lagi akan bertunangan." ucap Arfaan nyaring sambil matanya tak pernah lepas menatap Nara."Itu, benarkan sayang." ucap Arfaan dengan senyum seringainya.Rizka yang merasa kesal pun menghentakkan kakinya berbalik pergi, semua orang juga pergi dari situ."Nara, jadi benar pria ini kekasihmu?" tanya Nazwa."Waaah, tampan sekali!" puji Mira."Nara jawab dong! tuan tampan ini benar kekasihmu?" tanya Via yang tadinya diam jadi ikut penasaran.Kepala Nara pusing di serbu pertanyaan oleh ketiga sahabatnya. dengan kesal ia menarik kasar tangan Arfaan menjauh dari ketiga sahabatnya."E--eeh, apa-apaan kau ini menarik diriku se-enaknya!" cibir Arfaan kesal."Kau yang apa-apaan, kenapa kau mengatakan hal menjijikkan seperti itu di hadapan banyak orang?" Nara membalas dengan tak kalah sengit."Hei, hello gadis buruk rupa. kau itu sudah ku bantu bukannya berterima kasih, malah marah padaku." ucap Arfaan menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya."Aku tidak pernah meminta bantuan mu, aku sudah terbiasa di hina banyak orang.""Sudah hentikan! begini saja, buat permudah semua ini, karena dari awal aku yang membuat semua kekacauan ini. jadi, sudah terlanjur bagi kita untuk mengubah semuanya, sekarang kita jalani saja apa yang sudah terjadi.""Maksudnya?" tanya Nara tak mengerti."Aduh! ternyata kau itu selain jelek, juga lambat berpikir ya ckck." ejek Arfaan."Baiklah, kita harus melanjutkan sandiwara ini. jika kita adalah sepasang kekasih, kau untuk menghindari hinaan dari para teman-teman dan haters mu dan aku untuk menghindari perjodohan yang selalu di atur ibuku, bagaimana? deal?"Arfaan mengulurkan tangannya tanda agar kesepakatan mereka sah, Nara tampak berpikir akan hal itu. wanita itu menimbang-nimbang apakah pilihannya untuk setuju dengan kerja sama Arfaan membawa keberuntungan atau petaka.Dengan sabar Arfaan menunggu Nara agar menjabat tangannya, Nara masih dia sembari menatap tangan kanan Arfaan yang terulur."Kau setuju tidak?" Arfaan menggoyang-goyangkan tangan kanannya yang terulur.Nara terkesiap akan hal itu, ia mengulurkan tangan kanannya meraih tangan Arfaan untuk berjabat tangan tanda setuju.Mereka berdua saling tatap sambil tangan kanan mereka yang masih saling mengait bersentuhan."Mulai hari ini kau resmi menjadi kekasih ku, kekasih pura-pura!" ucap Arfaan menekankan kata pura-pura.Cepat Nara melepaskan tangannya, ia tatap wajah Arfaan."Baiklah." ucapnya bersikap santai."Sebaiknya kita kembali ke tempat ketiga sahabat mu, karena jika tidak mereka akan semakin kepo." ucap Arfaan yang tanpa permisi meraih pinggang Nara dengan sebelah tangannya."Ee--ehh apa-apaan kau ini! lepas!" teriak Nara tak suka."Ssssssttt, kau ini lupa ya? kita ini kan sepasang kekasih, jadi diamlah.""Tapi tidak seperti ini, kita hanya pura-pura." Nara masih berusaha melepaskan dirinya yang di rangkul Arfaan."Jika ingin sandiwara kita terlihat sempurna, maka diamlah dan ikuti semua yang aku lakukan dan ku katakan. mengerti!" mau tidak mau Nara pasrah mengalah.Percuma rasanya jika ingin berdebat dengan pria arogan itu.Tbc...Duh, kasian banget Abang Adam, ketinggalan 1 langkah lebih cepat Voted dan komennya Semoga sukaTerima kasih.See you ❤️Pagi harinya..."Enggghh," racau Nara sembari menepuk sisi tempat tidurnya.Nara membuka kedua matanya perlahan yang masih terasa berat, akibat efek masih mengantuk."Kosong? dimana Arfaan?" gumamnya bertanya-tanya mencari keberadaan sang suami.Nara bangkit dari tidurnya, tepat saat ia duduk pintu kamar terbuka.Cklek..."Sayang, baru bangun?" Nara menganggukkan kepalanya."Kau darimana saja?""Aku habis sarapan bersama seluruh keluarga.""Apa?" kaget Nara. "Kenapa tidak membangunkan ku juga.""Tidur kamu nyenyak banget, lagian aku yakin kamu pasti masih capek banget. Apalagi terutama bagian itu kamu, pasti masih perih banget." ucap Arfaan khawatir dan terselip nada nakal di ucapannya."Terus ibu, bapak, mama dan papa bagaimana?""Mereka baik seperti biasa."
Arfaan menggendong Nara ala bridal style setelah mereka sampai di depan pintu kamar hotel yang sudah Arfaan pesan. susah payah pria itu membuka pintu karena Nara yang sedang ia gendong, Nara yang mengerti pun membantu sang suami dengan membuka pintunya."Arfaan! Turunkan aku!" teriak Nara merengek."Iya, nanti akan aku turunkan." ucap Arfaan tersenyum jahil.Ia pun meletakkan tubuh ramping Nara di ranjang, kemudian Arfaan berjalan kembali ke pintu dan menguncinya."Akhirnya!" teriak Arfaan nyaring seraya melompat gembira.Nara terkikik geli melihat tingkah suaminya, begitu bahagianya menyambut ritual malam pertama yang sebentar lagi bakal mereka lakukan."Ayo sayang, buka bajunya." titah Arfaan gak ada romantis-romantisnya.Nara tak bergeming dan hanya memperhatikan Arfaan yang kini sudah mulai membuka jas-nya. Jas terbuka seutuhnya dan Arfaan melemparkan
Hari yang di tunggu pun telah tiba, tepat pada hari ini Arfaan dan Nara akan melangsungkan resepsi pernikahan di sebuah hotel mewah.Sementara untuk ijab kabulnya sudah di lakukan di rumah Nara, kini mereka berdua telah resmi menjadi suami istri.Kedua mempelai dan seluruh keluarga, kerabat dan teman-teman Nara begitu bahagia.Kini sepasang pengatin baru itu lagi beristirahat di kamar, resepsi akan di mulai pada sore hari sampai malam hari."Akhirnya!" teriak Arfaan bahagia setelah sampai di kamar.Nara tergelak melihat tingkah konyol suaminya, namun tak di pungkiri rasa bahagia juga di rasakan Nara."Aku bahagia, sangat bahagia!" ungkap Arfaan pada istrinya."Aku juga sangat bahagia Arfaan." balas Nara tersenyum."Sini sayang, deketan sama aku dong." ucap Arfaan melambaikan tangan memanggil Nara agar mendekat padanya.Nara me
Menjelang hari pernikahan Nara dan Arfaan, keduanya terlihat sibuk. tak terasa waktu pernikahan tinggal menghitung hari lagi.Tak hanya Nara dan Arfaan yang sibuk, tetapi semua orang juga tengah sibuk dalam persiapan pernikahan mereka.Seperti kedua orang Nara, mereka memutuskan untuk tetap tinggal di rumahnya sampai hari pernikahan tiba. Terlihat sekali pak Cahyo dan bu Nina tengah sibuk mengabarkan saudara, kerabat, dan para tetangga mereka yang ada di kampung untuk datang ke acara pernikahan Nara di kota.Sudah bisa di pastikan bukan, bagaimana ramainya acara pernikahan Nara dan Arfaan nantinya?Papa Bimo dan mama Santi juga tak mau ketinggalan dengan apa yang di lakukan orang tua Nara.Fitting baju telah selesai Nara dan Arfaan lakukan beberapa hari yang lalu, berbarengan dengan cincin pernikahan mereka yang juga sudah mereka pesan sesuai permintaan.Ah! Rasanya Arfaan sudah tak
Berita pertunangan Nara tentu saja sampai ke telinga Adam, pria kalem yang tampan dan mempunyai rasa terhadap Nara.Pertama kali mendengar kabar jika Nara tengah menjalin hubungan, Adam tetap santai. dan berharap jika mungkin suatu saat nanti ada peluang untuknya mendekati Nara, tapi jika sudah bertunangan seperti ini. Semakin tipis lah harapan sekaligus peluang Adam mendekati gadisnya. Ya, meskipun banyak yang mengatakan istilah, sebelum janur kuning melengkung maka masih ada harapan.Kini Adam harus merelakan penuh perasaannya pada Nara, karena ia yakin suatu saat nanti ia pasti di pertemukan dengan jodohnya."Adam!" panggilan Karina di ambang pintu kamarnya."Mama?!" kagetnya."Boleh mama masuk?" tanya Karina.Kepala Adam mengangguk, Karina masuk ke dalam kamar putranya."Kamu tidak masuk kerja hari ini nak?" heran Karina melihat putranya yang h
Seminggu kemudian...Nara tersenyum melihat penampilannya sekali lagi di cermin, sangat bahagia menyambut malam ini. Karena malam ini adalah hari pertunangannya dengan sang kekasih, Arfaan.Setelah melewati proses perdebatan panjang antara pak Cahyo dan kedua orang tua Arfaan. Pak Cahyo meminta untuk langsung ke pernikahan, sementara orang tua Arfaan ingin melewati proses yang namanya tunangan terlebih dulu.Pak Cahyo pun pada akhirnya mengalah begitu Nara juga menyetujui ke inginan calon mertuanya. berbeda dengan Arfaan, yang anehnya malah lebih menyetujui rencana Cahyo. Jujur Arfaan memang sudah tak sabar agar cepat bersanding dengan Nara di pelaminan."Waaaah, kau terlihat sangat cantik sekali Nara!" puji Nazwa."Iya benar, kau terlihat bak seperti puteri kerajaan." sambung Via menimpali ucapan Nazwa.Dan berlanjur pujian dari Mira. "Gaun acara pertunanganmu saja sang