Share

Bab 8

Setelah kejadian mengerikan malam tadi, aku terus merenung, penawaran Pak Kusno, mimpi dan kenyataan yang saling berhubungan, bahkan nyaris sama dan sangat nyata.

"Makanannya kok cuman diaduk-aduk, Bang?" Aku tersentak mendengar teguran Ratna, cepat kuangkat wajah, tersenyum padanya.

"Nggak enak ya?" tanyanya lagi, aku menggeleng cepat.

"Enak kok! Siapa bilang nggak enak, nih abang makan," sahutku mulai menyuap kembali nasi dengan sayur sop yang entah kenapa terasa begitu hambar. Bukan, bukan karena masakan istriku yang tidak enak, tetapi kemelut jiwa ini yang membuatku mati rasa.

"Dek, abang lagi nggak nafsu makan sebenarnya," ucapku, sontak Ratna mendekat, dia meletakkan tangannya di keningku.

"Abang nggak sakit 'kan?" Dia terlihat cemas, aku menggeleng.

"Nggak kok, Sayang. Adek makan aja ya, abang ke teras dulu, ngerokok," ucapku yang akhirnya diamini Ratna, gegas aku bangkit dari kursi meja makan, melangkah keluar dengan secangkir kopi dan asbak rokok serta bungkusnya.

Sebenarnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status