Share

7. Mas?

Penulis: HyFaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-03 22:01:57

Saat Elen tiba di rumah, dirinya langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur terlebih dulu. Memandangi langit-langit kamar, tersenyum simpul.

    Mungkin karena lelah yang sudah sangat dirasakan, perempuan itu akhirnya langsung tertidur tanpa banyak kata.

    "Sayang, hei bangun." Suara dari orang yang sangat disayangi dan juga mendapat tepukan pada kedua pipi secara bergantian, membuat Elen perlahan mengerjapkan kedua mata, lalu mengulas senyum.

    "Kamu udah pulang, Mas? Perempuan yang tadi di rumah sakit ke mana? Kamu tinggal kah?" tanya Elen, seraya menatap sang suami dengan penuh tanda tanya.

    Rehan mengambil posisi duduk tepat di sebelah Elen, mengulurkan tangan kanannya untuk bergerak dan mengusap lembut puncak kepala sang istri.

    "Mas udah bawa perempuan itu balik ke rumah ini kok, Sayang. Dari tadi banget malahan, cuma Mas enggak mau aja bangunin kamu yang lagi tidur pulas kayak gitu."

    "Ya ampun, Mas, kenapa enggak langsung bangunin aja sih? Aku juga enggak apa-apa kok kalau dibangunin sama kamu," ucap Elen, ada rasa tak enak yang menghampiri hatinya.

    Rehan menggelengkan kepalanya pelan, tanpa ada kata lagi yang terucap, ia langsung memeluk tubuh sang istri.

    "Sayang, Mas minta maaf banget ya ke kamu. Karena perbuatan Mas, kamu harus nanggung hal yang pasti enggak enak banget." 

    "Maksud Mas ngomong kayak gitu?" Elen benar-benar tidak mengerti tentang apa yang dikatakan sang suami. Maka dari itu, dirinya menanyakan ulang.

    "Enggak deh." Rehan menggelengkan kepalanya, beberapa menit kemudian laki-laki itu justru mengutarakan pertanyaan yang berhasil mengganti topik pembicaraan di awal. "Sayang udah makan?" 

    Mendapat pertanyaan yang seperti itu dari sang suami, tentu saja membuat Elen langsung menggelengkan kepala. Karena memang dirinya belum memakan makanan apa pun.

    Rehan hanya mengangguk, lalu laki-laki itu langsung berdiri dan melangkahkan kaki untuk menuju ke dapur. Tanpa mengatakan apa pun pada sang istri.

    Kepergian Rehan dari hadapan Elen, membuat perempuan itu mengira jika suaminya akan membuat masakan, tetapi pada kenyataannya hingga hampir satu jam lebih Rehan tak kunjung kembali masuk ke dalam kamar. 

    Bukan apa-apa, hanya saja perasaan Elen tak dapat merasakan ketenangan. Sehingga perempuan itu memutuskan untuk segera bangkit dari posisi duduk, meninggalkan tumpukan berkas yang sengaja ia bawa dari restoran miliknya.

    Kedua kaki jenjang milik Elen mulai menapaki lantai rumah yang mewah itu, bola matanya bergerak kanan dan kiri. Mencari sosok bernama Rehan, yang sedari tadi sudah sangat mengganggu pikiran.

    Hingga dua kaki Elen tiba di ruang dapur, perempuan itu justru tidak mendapati adanya Rehan di tempat tersebut. Bingung. Tentu saja, sebab sang suami yang ia kira tengah memasak justru tidak ada.

    "Mas Rehan ke mana ya? Kok enggak ada," gumam Elen, lalu beranjak untuk meninggalkan dapur itu.

    Kedua kakinya tidak ingin menyerah begitu saja, tetap bergerak untuk mencari laki-laki yang sudah membuat dirinya sangat khawatir itu.

    "Mas Rehan! Kamu di mana, Mas? Kok tiba-tiba ilang gitu aja, tanpa ngasih tau ke aku sih," seru Elen, berharap ia akan mendapat sahutan dari sang suami. Meski, pada kenyataannya nihil.

    Tak ada suara apa pun yang ia dengar, bahkan di dalam rumah tersebut sangat hening. Bertambah rasa heran di kepala Elen. Ke mana suaminya?

    Saat pikirannya kembali dilanda bingung, tetapi kedua telinga Elen dapat menangkap dengan sangat jelas suara tawa yang berasal dari salah satu kamar tamu.

    Tak ada rasa ragu yang menyelinap di dalam benak Elen, apalagi tawa tersebut dari seorang perempuan. Bahkan, tidak ada rasa takut sama sekali dalam diri Elen.

    Kedua kaki Elen perlahan melangkah untuk menuju ke arah kamar tamu itu. Semakin dekat dengan pintu, suara tawa itu semakin jelas, diiringi dengan degup jantung Elen sendiri yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

    Kekuatan untuk berpijak di atas lantai tiba-tiba menghilang begitu saja, kala kedua telinga Elen juga mendengar suara dari seorang laki-laki yang sedari tadi ia cari. Ya, Rehan.

    "Mas?" Bersamaan dengan Elen yang mengeluarkan suara tersebut, tangan kanannya juga membuka pintu kamar tamu itu.

    Bola matanya membulat dengan sangat sempurna, pasalnya ia dengan sangat jelas melihat betapa dekatnya perempuan tersebut dengan sang suami.

    Ada raut wajah gugup yang terpancarkan dari wajah Rehan, bahkan laki-laki itu langsung berdiri dan merapikan pakaian yang tengah dikenakan, entah untuk apa ia melakukan gerakan tersebut.

    "Kamu ada di sini?" tanya Elen, seraya menatap wajah suami yang sangat ia sayangi itu, lalu berpindah menatap wajah perempuan yang terbaring lemah dan kembali bertanya, "Ngapain, Mas?"

   

  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   10. Kembali peduli

    “Mau bangun sampai jam berapa? Saya tau kamu lagi sakit, tapi ya seenggaknya enggak keterusan tidur kayak gini,” ucap Elen, mukanya sangat-sangat tidak bisa dikondisikan, dengan kedua tangan yang sedang bergerak untuk membuka gorden kamar tidur milik Naura.“Saya minta maaf sekali, bukan maksud saya bangun sampai kesiangan seperti ini,” sahut Naura, pure merasa bersalah.Sebenarnya, saat ini Naura tengah merasa bingung dengan apa yang dialaminya, tetapi karena memang yang terjadi adalah seperti itu, maka mau tidak mau Naura harus mengikuti alurnya.Pikiran Naura saat ini sangat kacau, bahkan ia tidak sadar jika saat ini tangan sebelah kanannya cidera. Sampai-sampai dirinya tiba-tiba memiliki niat untuk turun dari atas tempat tidur tersebut.“Aww!” rintih Naura, kala merasakan adanya rasa sakit dan sangat nyeri pada bagian lengan.Sangat sakit, hingga air matanya langsung keluar dengan sangat deras.Meskipun tadi Elen tengah marah dan juga kesal pada perempuan yang bernama Naura, tetapi

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   9. Menyebalkan

    “Kenapa juga sih Mas Rehan bisa-bisanya ngelakuin hal yang kayak gitu? Padahal kan aku sendiri juga enggak pernah main yang aneh-aneh selama nikah sama dia,” gumam Elen, dengan kedua mata yang mengeluarkan air mata. Ya, saat ini Elen tengah menangis. Meratapi kisah hidupnya yang sangat berbeda seperti itu. Mungkin ada benarnya jika ada yang mengatakan, bahwa mencintai seseorang itu tidak perlu terlalu dalam. Jika kejadiannya sudah seperti Elen, maka ujung-ujungnya yang merasakan sakit luar biasa hanyalah diri sendiri.Namun, jika diambil sisi positifnya, maka tidak ada yang salah jika memiliki perasaan setia pada pasangan. Justru, nanti yang akan merasa rugi adalah pasangan tersebut sendiri.Rugi karena telah menyia-nyiakan keberadaan seseorang yang sudah memiliki perasaan tulus, sedangkan memilih perempuan yang baru saja dikenal.“Huft … aku harap jika apa yang aku takutin itu enggak beneran kejadian Ya Allah,” gumam Elen, sebelum akhirnya kedua matamilik perempuan cantik itu terpeja

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   8. Sesak rasanya

    "Sayang, jangan mikir yang aneh-aneh dulu ya, Sayang. Aku bisa ngejelasin ini semua kok ke kamu, jangan marah dulu ya," jelas Rehan, dengan kedua tangan yang mengusap lembut punggung Elen. Namun, perlakuan dari Rehan yang seperti itu, tentu saja membuat Elen merasa sangat heran dan justru merasa ada suatu hal yang sangat aneh. Apalagi, ditambah jemari Rehan yang bergetar secara bersamaan. Menunjukkan jika laki-laki tersebut memang sudah melakukan hal yang tidak-tidak. Untuk mencairkan suasana, Elen memilih untuk berdehem sedikit, seraya perlahan menyingkirkan kedua tangan Rehan dari pundaknya itu. "Kalau apa yang ada di pikiran aku itu salah, coba kamu jelasin, Mas! Kenapa kamu ada di sini dan ketawa-ketawa enggak jelas kayak tadi?" "Aku cuma nemani dia aja kok, Sayang. Enggak lebih, serius." Rehan menatap wajah Elen, dengan menunjukkan tampang yang memohon maaf. "Lebih penting perempuan itu ya, daripada aku? Padahal, kerjaan aku juga banyak, butuh ditemani

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   7. Mas?

    Saat Elen tiba di rumah, dirinya langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur terlebih dulu. Memandangi langit-langit kamar, tersenyum simpul. Mungkin karena lelah yang sudah sangat dirasakan, perempuan itu akhirnya langsung tertidur tanpa banyak kata. "Sayang, hei bangun." Suara dari orang yang sangat disayangi dan juga mendapat tepukan pada kedua pipi secara bergantian, membuat Elen perlahan mengerjapkan kedua mata, lalu mengulas senyum. "Kamu udah pulang, Mas? Perempuan yang tadi di rumah sakit ke mana? Kamu tinggal kah?" tanya Elen, seraya menatap sang suami dengan penuh tanda tanya. Rehan mengambil posisi duduk tepat di sebelah Elen, mengulurkan tangan kanannya untuk bergerak dan mengusap lembut puncak kepala sang istri. "Mas udah bawa perempuan itu balik ke rumah ini kok, Sayang. Dari tadi banget malahan, cuma Mas enggak mau aja bangunin kamu yang lagi tidur pulas kayak gitu." "Ya ampun, Mas, kenapa enggak langsung bangunin aja sih? Aku juga enggak apa-a

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   6. Ardi

    Ardi mendekat dan berbisik pada Elen, tentang apa yang harus dilakukannya setelah ini, karena Ardi merasa takut jika nanti ke depannya restoran itu akan sepi pengunjung. Namun, tidak dengan Elen. Perempuan itu tetap saja santai, ia sama sekali tidak memikirkan tentang bagaimana jika usaha yang ia miliki itu akan sepi dan dampaknya adalah bangkrut. "Yang tadi makan di sini, silakan lanjutkan makannya, ingat ya, dihabiskan. Setelah itu, silakan ke kasir dan ambil makanan dengan bentuk yang sama, seperti yang kalian makan. Ingat juga, membawa bukti transaksi yang tadi, okayy?" "Itu bukan apa-apa, hanya saja saya ingin membayar waktu dan tenaga kalian karena sudah menyaksikan fitnah seperti ini." Elen memberitahukan hal itu, karena ia juga melihat raut muka pelanggannya yang sudah sangat tidak enak. Setelah menjelaskan apa yang ia maksud perihal makanan tersebut, tanpa ada sepatah kata lagi, Elen langsung melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam dapur dan membersihkan semuany

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   5. Pembelaan

    "Ada apa ini?" Suara Elen sangat lembut, tapi tegas. Tatapan perempuan itu juga langsung mengarah pada Ardi. Tangan kanannya mengerti, langsung berjalan mendekat dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada restoran tersebut. Restoran milik Elen memang difitnah, karena dengan sangat tiba-tiba sekali tercium bau daging busuk. Hal itu tentu saja membuat hidung pelanggan terganggu dan ada seseorang yang berani untuk berinisiatif melihat ke ruang dapur. Kebetulan saat itu dapur tengah sepi Alangkah terkejutnya, kala orang tersebut menemukan daging busuk yang berada di wadah. Sudah siap untuk segera dimasak menjadi makanan. Sontak saja dirinya berteriak cukup kencang, seraya mencoba untuk memuntahkan semua isi di dalam perut. Ya, dimulai dari situ, hingga akhirnya semua pengunjung yang ada di situ marah besar, serta banyak juga yang ikut berupaya untuk memuntahkan semua makanan di dalam perut. "Bu kalau ingin mendapat laba besar, jangan dengan cara kotor seperti ini! Sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status