Share

6. Ardi

Penulis: HyFaa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-03 21:59:29

    Ardi mendekat dan berbisik pada Elen, tentang apa yang harus dilakukannya setelah ini, karena Ardi merasa takut jika nanti ke depannya restoran itu akan sepi pengunjung.

    Namun, tidak dengan Elen. Perempuan itu tetap saja santai, ia sama sekali tidak memikirkan tentang bagaimana jika usaha yang ia miliki itu akan sepi dan dampaknya adalah bangkrut.

    "Yang tadi makan di sini, silakan lanjutkan makannya, ingat ya, dihabiskan. Setelah itu, silakan ke kasir dan ambil makanan dengan bentuk yang sama, seperti yang kalian makan. Ingat juga, membawa bukti transaksi yang tadi, okayy?"

    "Itu bukan apa-apa, hanya saja saya ingin membayar waktu dan tenaga kalian karena sudah menyaksikan fitnah seperti ini." Elen memberitahukan hal itu, karena ia juga melihat raut muka pelanggannya yang sudah sangat tidak enak.

    Setelah menjelaskan apa yang ia maksud perihal makanan tersebut, tanpa ada sepatah kata lagi, Elen langsung melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam dapur dan membersihkan semuanya. Seraya memberi pengarahan pada bagian dapur, untuk lebih dibanyakin porsinya, tetapi hanya untuk kali ini saja supaya pelanggan puas.

    Diikuti oleh Ardi, Elen berjalan menuju ruang kerjanya, melihat banyaknya proposal pengajuan menu baru yang menumpuk di atas meja kerja. 

    "Waw! Ini banyak sekali yang punya ide untuk makanan barunya," ucap Elen, berdecak kagum pada semua karyawannya itu. Sangat tidak menyangka, jika ia memiliki karyawan yang sangat pintar.

    "Ini nanti saya akan pilih beberapa, yang menurut saya menarik, tapi setelah itu kamu evaluasi dengan bagian dapur ya, apakah bisa dan sanggup untuk membuat menu-menu baru itu," ucap Elen, yang detik itu juga langsung dijawab dengan anggukan kepala oleh Ardi.

    Sebenarnya, Elen ingin melihat-lihat menu baru itu sekarang, tetapi ia justru sudah terlanjur malas. Sehingga ia putuskan untuk membawa berkas tersebut ke rumahnya saja, tetapi tentu saja ia meminta bantuan pada Ardi.

    Untung saja, Ardi akan selalu siap sedia jika Elen meminta pertolongan apa pun. Katanya, "Ibu jangan sungkan buat nyuruh saya ya, Bu. Karena saya juga dapet gaji itu dari Ibu, jadi saya akan siap sekali jika Ibu membutuhkan saya."

    "Iya Ardi, saya tau itu kok, tapi kan kalau emang saya bisa dan lagi enggak malas, pasti saya sendiri yang bakalan lakuin," sahut Elen, seraya tertawa pelan.

    Mereka berdua berjalan untuk segera tiba di tempat parkir, sesekali Elen tersenyum pada beberapa pelanggan yang menjadi saksi dirinya mempertahankan nama baik restoran miliknya itu.

    "Makanannya dimakan sampai abis ya, soalnya saya paling enggak suka sama orang yang buang makanan dengan gampang banget tuh," ucap Elen, pada salah satu pelanggan yang tempat duduknya tak jauh dari pintu keluar. Tangan kanan Elen juga bergerak untuk mengusap pelan pundak dari orang tersebut.

    "Pasti, Bu, apalagi ini makanannya enak banget. Sayang kalau sampai enggak habis," sahut pelanggan tersebut, yang membuat Elen merasa sangat bangga pada dirinya sendiri.

    Bukan hanya Elen saja yang merasa bangga, tetapi Ardi juga bangga pada atasannya itu. Bahkan, laki-laki tersebut secara diam-diam menaruh rasa pada Elen.

    Hanya saja, karena status dari Elen yang sudah memiliki suami, tenth saja membuat Ardi sadar diri dan menjaga jarak dengan Elen.

    Memang, Ardi memiliki rasa, tetapi tidak sampai hal itu membuat laki-laki yang memiliki paras tampan hilang akal. Ardi masih memiliki pikiran, jika sampai ia melakukan hal itu, berarti dirinya adalah orang yang sangat merugi.

    Sebenarnya banyak sekali perempuan lain di belahan dunia ini, tetapi jika hati sudah ingin satu orang saja, lantas apa yang bisa kita lakukan, selain menerima?

    'Bu, andai saja Ibu belum menikah, mungkin saya akan terus mencoba buat deketin Ibu,' ucap Ardi, tetapi itu hanya bisa dilontarkan di dalam hati saja.

    "Makasih banyak ya Ardi, udah mau bantuin saya. Sebenernya sih saya lebih ke malas buat ngangkat itu, makanya saya minta tolong ke kamu aja," ucap Elen, saat mereka berdua sudah berada di tempat parkir dan berkas yang diinginkan oleh Elen supaya dibawa pulang pun sudah masuk ke dalam mobil.

    "Tidak apa-apa, Bu, saya malah suka kalau Ibu ngerepotin saya terus-menerus," sahut Ardi, sembari tersenyum sangat manis.

    Manis sekali senyum itu, hingga Elen juga beberapa detik sempat terpana, tetapi ia seketika tersadar jika apa yang ada di dalam hatinya saat ini bukan hak yang baik.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   10. Kembali peduli

    “Mau bangun sampai jam berapa? Saya tau kamu lagi sakit, tapi ya seenggaknya enggak keterusan tidur kayak gini,” ucap Elen, mukanya sangat-sangat tidak bisa dikondisikan, dengan kedua tangan yang sedang bergerak untuk membuka gorden kamar tidur milik Naura.“Saya minta maaf sekali, bukan maksud saya bangun sampai kesiangan seperti ini,” sahut Naura, pure merasa bersalah.Sebenarnya, saat ini Naura tengah merasa bingung dengan apa yang dialaminya, tetapi karena memang yang terjadi adalah seperti itu, maka mau tidak mau Naura harus mengikuti alurnya.Pikiran Naura saat ini sangat kacau, bahkan ia tidak sadar jika saat ini tangan sebelah kanannya cidera. Sampai-sampai dirinya tiba-tiba memiliki niat untuk turun dari atas tempat tidur tersebut.“Aww!” rintih Naura, kala merasakan adanya rasa sakit dan sangat nyeri pada bagian lengan.Sangat sakit, hingga air matanya langsung keluar dengan sangat deras.Meskipun tadi Elen tengah marah dan juga kesal pada perempuan yang bernama Naura, tetapi

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   9. Menyebalkan

    “Kenapa juga sih Mas Rehan bisa-bisanya ngelakuin hal yang kayak gitu? Padahal kan aku sendiri juga enggak pernah main yang aneh-aneh selama nikah sama dia,” gumam Elen, dengan kedua mata yang mengeluarkan air mata. Ya, saat ini Elen tengah menangis. Meratapi kisah hidupnya yang sangat berbeda seperti itu. Mungkin ada benarnya jika ada yang mengatakan, bahwa mencintai seseorang itu tidak perlu terlalu dalam. Jika kejadiannya sudah seperti Elen, maka ujung-ujungnya yang merasakan sakit luar biasa hanyalah diri sendiri.Namun, jika diambil sisi positifnya, maka tidak ada yang salah jika memiliki perasaan setia pada pasangan. Justru, nanti yang akan merasa rugi adalah pasangan tersebut sendiri.Rugi karena telah menyia-nyiakan keberadaan seseorang yang sudah memiliki perasaan tulus, sedangkan memilih perempuan yang baru saja dikenal.“Huft … aku harap jika apa yang aku takutin itu enggak beneran kejadian Ya Allah,” gumam Elen, sebelum akhirnya kedua matamilik perempuan cantik itu terpeja

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   8. Sesak rasanya

    "Sayang, jangan mikir yang aneh-aneh dulu ya, Sayang. Aku bisa ngejelasin ini semua kok ke kamu, jangan marah dulu ya," jelas Rehan, dengan kedua tangan yang mengusap lembut punggung Elen. Namun, perlakuan dari Rehan yang seperti itu, tentu saja membuat Elen merasa sangat heran dan justru merasa ada suatu hal yang sangat aneh. Apalagi, ditambah jemari Rehan yang bergetar secara bersamaan. Menunjukkan jika laki-laki tersebut memang sudah melakukan hal yang tidak-tidak. Untuk mencairkan suasana, Elen memilih untuk berdehem sedikit, seraya perlahan menyingkirkan kedua tangan Rehan dari pundaknya itu. "Kalau apa yang ada di pikiran aku itu salah, coba kamu jelasin, Mas! Kenapa kamu ada di sini dan ketawa-ketawa enggak jelas kayak tadi?" "Aku cuma nemani dia aja kok, Sayang. Enggak lebih, serius." Rehan menatap wajah Elen, dengan menunjukkan tampang yang memohon maaf. "Lebih penting perempuan itu ya, daripada aku? Padahal, kerjaan aku juga banyak, butuh ditemani

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   7. Mas?

    Saat Elen tiba di rumah, dirinya langsung merebahkan tubuh di atas tempat tidur terlebih dulu. Memandangi langit-langit kamar, tersenyum simpul. Mungkin karena lelah yang sudah sangat dirasakan, perempuan itu akhirnya langsung tertidur tanpa banyak kata. "Sayang, hei bangun." Suara dari orang yang sangat disayangi dan juga mendapat tepukan pada kedua pipi secara bergantian, membuat Elen perlahan mengerjapkan kedua mata, lalu mengulas senyum. "Kamu udah pulang, Mas? Perempuan yang tadi di rumah sakit ke mana? Kamu tinggal kah?" tanya Elen, seraya menatap sang suami dengan penuh tanda tanya. Rehan mengambil posisi duduk tepat di sebelah Elen, mengulurkan tangan kanannya untuk bergerak dan mengusap lembut puncak kepala sang istri. "Mas udah bawa perempuan itu balik ke rumah ini kok, Sayang. Dari tadi banget malahan, cuma Mas enggak mau aja bangunin kamu yang lagi tidur pulas kayak gitu." "Ya ampun, Mas, kenapa enggak langsung bangunin aja sih? Aku juga enggak apa-a

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   6. Ardi

    Ardi mendekat dan berbisik pada Elen, tentang apa yang harus dilakukannya setelah ini, karena Ardi merasa takut jika nanti ke depannya restoran itu akan sepi pengunjung. Namun, tidak dengan Elen. Perempuan itu tetap saja santai, ia sama sekali tidak memikirkan tentang bagaimana jika usaha yang ia miliki itu akan sepi dan dampaknya adalah bangkrut. "Yang tadi makan di sini, silakan lanjutkan makannya, ingat ya, dihabiskan. Setelah itu, silakan ke kasir dan ambil makanan dengan bentuk yang sama, seperti yang kalian makan. Ingat juga, membawa bukti transaksi yang tadi, okayy?" "Itu bukan apa-apa, hanya saja saya ingin membayar waktu dan tenaga kalian karena sudah menyaksikan fitnah seperti ini." Elen memberitahukan hal itu, karena ia juga melihat raut muka pelanggannya yang sudah sangat tidak enak. Setelah menjelaskan apa yang ia maksud perihal makanan tersebut, tanpa ada sepatah kata lagi, Elen langsung melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam dapur dan membersihkan semuany

  • Ulat Bulu Penghancur Rumah Tanggaku   5. Pembelaan

    "Ada apa ini?" Suara Elen sangat lembut, tapi tegas. Tatapan perempuan itu juga langsung mengarah pada Ardi. Tangan kanannya mengerti, langsung berjalan mendekat dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada restoran tersebut. Restoran milik Elen memang difitnah, karena dengan sangat tiba-tiba sekali tercium bau daging busuk. Hal itu tentu saja membuat hidung pelanggan terganggu dan ada seseorang yang berani untuk berinisiatif melihat ke ruang dapur. Kebetulan saat itu dapur tengah sepi Alangkah terkejutnya, kala orang tersebut menemukan daging busuk yang berada di wadah. Sudah siap untuk segera dimasak menjadi makanan. Sontak saja dirinya berteriak cukup kencang, seraya mencoba untuk memuntahkan semua isi di dalam perut. Ya, dimulai dari situ, hingga akhirnya semua pengunjung yang ada di situ marah besar, serta banyak juga yang ikut berupaya untuk memuntahkan semua makanan di dalam perut. "Bu kalau ingin mendapat laba besar, jangan dengan cara kotor seperti ini! Sa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status