Short
Undian yang Menentukan Pernikahan

Undian yang Menentukan Pernikahan

By:  Sea OneKumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
10Mga Kabanata
0views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Setiap malam Natal, pewaris Keluarga Mafia Marsa, Adrian Marsa, harus mengikuti tradisi keluarga, yaitu mengundi sebuah nama untuk menentukan apakah dia diizinkan menikah denganku. Karena aku, Irene Karsa, bukan keturunan mafia. Jika dia tidak menarik kertas undian bertuliskan namaku, dia tidak boleh menjadikanku istrinya. Selama empat tahun, Adrian sudah melakukan undian itu empat kali dan tidak sekali pun namaku yang terambil. Aku selalu mengira dia bertengkar dengan keluarganya karena aku, bahwa dia rela mempertaruhkan posisinya sebagai bos mafia hanya untuk memilihku. Setiap kali dia gagal, dia akan memelukku erat dan berbisik, "Nggak apa-apa. Masih ada tahun depan." Aku mencintainya sampai rasanya menyakitkan. Begitu sakitnya, sampai aku bersedia menunggu ... tahun demi tahun. Tahun ini, aku berkata pada diriku sendiri, "Kalau dia masih juga nggak menarik namaku, aku akan diam-diam menukar hasil undian itu." Aku menyelinap ke depan pintu ruang kerja Adrian, lalu mendengar adik laki-lakinya bertanya, "Bos, setiap tahun sebenarnya kamu menarik nama Irene. Kenapa kamu pura-pura nggak menarik namanya? Apa karena kamu masih belum bisa melepaskan Sera?" Namun, Adrian hanya menjawab dengan suara datar, "Sera membutuhkanku untuk urusan mendesak. Lakukan seperti biasa, tukar nama Irene dengan kertas kosong." Dia pergi tanpa menoleh. Alih-alih menukar, adiknya justru membuang kertas kosong itu ke tempat sampah, meninggalkan kertas bertuliskan namaku di atas meja, lalu bergegas menyusul Adrian. Aku masuk ke dalam. Mengambil kertas kosong dari tempat sampah dan menggantinya dengan kertas yang bertuliskan namaku. Membuang kertas bertuliskan namaku sendiri ke tong sampah. Adrian, aku tidak ingin menunggu dan menikah denganmu lagi. Aku akan memberimu pilihanmu.

view more

Kabanata 1

Bab 1

Adrian kembali setelah menemui Sera dan mendapati aku sudah menunggunya di ruang tamu. Dia melepas mantel, lalu langsung menarikku ke dalam pelukannya, suaranya rendah dan sarat emosi. "Sayangku, sudah nungguin hasilnya sepagi ini?"

Pelayan membawa kertas undian yang dia tarik. Seperti setiap tahun, Adrian memegangnya dengan kelembutan yang sama dan hati-hati, siap membukanya untukku.

Aku menatapnya dengan pikiran kosong. Selama bertahun-tahun ini, aku mengira kekecewaan dalam suaranya setiap kali dia bilang bahwa dia tidak mendapatkan namaku itu nyata. Tidak pernah terbayang olehku bahwa semuanya hanyalah sandiwara.

Dia menangkup wajahku dengan kedua tangan. "Apa pun isinya, cintaku padamu nggak akan berubah. Kamu tahu itu, 'kan?"

Aku tersenyum padanya, tanpa suara, tanpa tenaga. Pelayan membuka kertas itu. Kosong. Tepat seperti yang kutaruh. Aku tetap tenang sepenuhnya.

Alis Adrian berkerut. Dia menyadari ada yang tidak beres, menyadari bahwa aku tidak bereaksi seperti tahun-tahun sebelumnya. Tidak menangis, tidak hancur, tidak memohon agar dia memelukku. Dengan hati-hati, dia berkata dengan lembut, "Irene? Kenapa kamu diam saja tahun ini?"

Jarinya menyisir rambutku. "Kita akan mendapatkannya tahun depan. Kalau aku nggak menarik namamu, aku nggak akan menikahi siapa pun."

Aku tersenyum kecil. "Nggak perlu. Nggak perlu lagi. Kamu ... sebaiknya ikuti saja rencana keluarga dan menikahi Sera."

Adrian terdiam. Ekspresinya menggelap, sedikit demi sedikit. "Irene, kamu benar-benar nggak percaya padaku?"

"Sayang," gumamnya, lembut tetapi tegas. "Ya, para tetua terus bilang menikahi pewaris Keluarga Morel akan mengamankan posisiku. Mereka takut Sera menikah dengan pewaris Keluarga Darmawan dan posisiku akan runtuh dalam semalam."

Dia tertawa pelan, hampir putus asa. "Itulah sebabnya nggak satu pun dari mereka pantas menjadi bos mafia."

Ibu jarinya mengusap pipiku saat dia berbicara, suaranya rendah, tenang, dan sepenuhnya yakin.

"Kekuasaan nggak dibangun dari siapa yang kunikahi. Kekuasaan dibangun dari kasino yang kumiliki, pelabuhan yang berjalan atas namaku, dan uang yang kuputar, cukup besar sampai FBI pun berpikir dua kali sebelum mengetuk."

Dia menghela napas, meraihku. "Aku cuma mencintaimu. Kamu satu-satunya yang ingin kunikahi. Menurutmu, kenapa aku melawan mereka setiap tahun?"

Aku melangkah menjauh dari tangannya tanpa suara. Kemudian, aku bertanya pelan, "Kamu nggak pernah merasa bersalah pada Sera, 'kan?"

Adrian terdiam, lalu tertawa kecil, tak berdaya. "Tentu saja nggak. Cinta nggak bisa dipaksakan. Aku akui, dia sudah banyak berkorban untukku. Lahir sebagai pewaris Keluarga Morel, tapi tetap di sisiku cuma sebagai asistenku."

"Pernah suatu kali dia mabuk, memelukku sambil menangis, berkata hari pernikahanku akan menjadi hari tergelap dalam hidupnya. Tapi dia dan aku sama-sama tahu kebenarannya. Dia tahu aku nggak mencintainya. Dia tahu aku cuma mencintaimu. Dan mungkin satu-satunya alasan aku nggak pernah menarik namamu selama ini adalah ... kehendak Tuhan."

Dadaku mendadak terasa dingin. Tiba-tiba aku mengerti.

Inilah alasan dia menyetujui aturan bodoh "undi nama lalu menikahinya" itu. Jika dia menarik namaku, dia harus menikahiku dan semua orang akan mengira dia melanggar kesepakatan antar keluarga. Masalah, tekanan, dan pertanyaan-pertanyaan yang tak ingin dia hadapi.

Namun, jika namaku tak pernah muncul, dia bisa mempertahankanku, tanpa perlu memasangkan cincin di jariku, tanpa pernah mempertaruhkan posisinya sebagai bos mafia.

Empat tahun penantianku bukanlah kesetiaan. Itu caranya meredam keadaan dengan Sera dan menjaga gelarnya sebagai bos mafia tetap kokoh. Dalam kepalanya, aku sudah disingkirkan. Baginya, aku tak lebih dari alat yang dipakai saat berguna. Maka tak heran dia masih berani menatapku, mengucapkan kata-kata seolah dialah yang paling mencintaiku.

Saat kami baru mulai berpacaran, Sera dipaksa menunda pertunangannya dengannya karena aku. Di sebuah jamuan, orang-orang menunjuk ke arahnya, mengejek karena dia disingkirkan oleh Adrian. Aku berdiri di ujung aula, melihatnya dikerumuni, pucat, sambil mencengkeram gelasnya.

Sedangkan Adrian? Dia hanya meliriknya dingin, lalu menggenggam tanganku dan menarikku pergi. Dulu, aku mengira itu pengabdian, mengira dia memilihku dengan tekad yang tak tergoyahkan. Semua panggilan lembut "Sayangku" itu terasa seperti cinta.

Namun, sekarang sudah jelas. Jika dia menikahi Sera, dia akan kehilangan aku. Jika dia menikahiku, dia mungkin kehilangan gelarnya. Jadi dia memilih untuk tidak menikahi satu pun dari kami dan menyamarkannya sebagai "pilihan Tuhan" lewat undian itu agar dia tak perlu kehilangan apa pun.

Natal selalu menjadi hari penderitaanku. Namun tahun ini ... tahun ini yang terburuk. Meski rasanya menyakitkan, setidaknya kini aku akhirnya melihat kebenarannya. Aku selesai terjebak di sini.

Aku menyelinap ke sudut yang sepi, mengeluarkan ponsel, dan menelepon ibuku.

"Gimana hasil undiannya tahun ini?" tanyanya, suaranya penuh kecemasan. "Kalian bisa menikah?"

"Ibu, aku mau pulang. Aku akan menjalani pertunangan yang Ibu dan Ayah atur."
Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Walang Komento
10 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status