Pada hari ulang tahunku yang ke-16, tiga saudara laki-lakiku pulang bersama seorang gadis bernama Siti Kusuma. Mereka mengatakan aku harus memperlakukannya seperti keluarga sendiri. Aku kira tidak banyak yang akan berubah. Tapi beberapa tahun kemudian, semuanya benar-benar berubah. Jason Kurniawan, adik bungsuku, mendorongku jatuh dari tangga karena dia. Anto Kurniawan, kakak tertuaku yang pernah berjanji akan melindungiku selamanya, kini mengusir aku dari rumah. Jadi aku pergi diam-diam. Dan mereka mengira aku hanya sedang memberontak. Mereka bahkan membawa Siti ke Franzia tanpa mencariku. Yang tidak mereka tahu adalah aku telah menandatangani kontrak dengan perusahaan musuh terbesar keluarga kami, sebagai ahli kimia termuda mereka. Tercatat jelas dalam kontrak bahwa aku tidak akan bisa kembali ke rumah lagi. Malam ketika mereka menyadari aku benar-benar telah pergi untuk selamanya, barulah mereka menyesali semuanya.
View MoreSudut Pandang Kellen.Adam memberiku pernikahan paling mewah yang pernah kubayangkan. Acara yang terdapat pada surat kabar dan yang tak pernah terbayangkan oleh diriku yang dulu. Lalu aku hamil. Seorang anak laki-laki. Itu adalah sebuah kejutan, di usiaku, aku tak mengira itu masih mungkin. Tapi dia benar-bena ada. Lembut, indah, dengan mata Adam dan sifat tenangku. Saat dia berulang tahun yang ke-satu, Adam mengadakan pesta ulang tahun besar-besaran. Semua orang datang. Bahkan Keluarga Kurniawan. Adam mengizinkan mereka masuk. Anto tampak lebih tua sejak terakhir kulihat. Pundaknya membungkuk, dan matanya meredup. Rio datang dengan kursi roda. Jason tampak hancur, kurus dan lelah. Mereka tak berbicara denganku. Mereka hanya meninggalkan hadiah kecil di dekat meja. Kartunya bertuliskan, [Semoga kamu memiliki hidup yang paling indah, paling sempurna.] Aku tak membawanya pulang. Aku meninggalkannya di dekat tempat sampah. Karena beberapa hadiah, jika datang terlambat, b
Sudut Pandang Kellen.Sudah sepuluh tahun sejak aku bergabung dengan Grup Wijaya.Selama itu, formula yang aku kembangkan telah membantu mereka menghasilkan keuntungan ratusan miliar. Seluruh pasar dibentuk ulang karena hasil kerja aku.Aku bukan lagi seorang ahli kimia rahasia yang bersembunyi di balik pintu laboratorium, aku menjadi aset paling berharga milik mereka.Dan aku juga pacar Adam.Dia mengatakan bahwa dia jatuh cinta padaku sejak pertama kali melihatku. Mungkin itu benar, mungkin tidak. Tapi dengan menjadi kekasihnya, aku diberikan hal-hal yang tidak pernah didapatkan oleh kebanyakan orang di organisasi ini, yaitu kebebasan dan keamanan.Berkat Adam, aku tidak perlu tinggal penuh waktu di Mankalis. Aku bisa bepergian. Sering kali, dia hanya bertanya ke mana aku ingin pergi selanjutnya, lalu membawaku ke sana.Namun karena dia, dan Grup Wijaya, kita selalu bepergian secara diam-diam. Penerbangan yang tenang dan reservasi yang tidak tercatat.Untuk perayaan sepuluh tahun aku
Sudut Pandang Anto.Aku memejamkan mata sejenak. Saat membukanya, aku melihat Siti. Dia berdiri di gerbang depan, berlama-lama seolah menyembunyikan sesuatu. Siti. Semuanya dimulai saat aku membawanya pulang. Ancaman-ancaman datang tak lama setelah Angga meninggal. Pesan-pesan anonim. Peringatan. Tuntutan. Lindungi Siti, atau Kellen yang akan kena dampaknya. Dan sekarang aku tak bisa berhenti bertanya-tanya, bagaimana jika aku tidak membawa Siti pulang? Bagaimana jika aku tidak percaya aku bisa menangani keduanya? Melindungi Kellen, menjalankan kerajaan ini, menjaga semuanya agar tak runtuh? Akankah Kellen masih ada di sini? Siti menyelinap keluar ke dalam kegelapan, menghilang di balik pagar tanaman. Aku mengerutkan kening. Rasa curiga menyelimutiku. Jadi aku mengikuti. Tak lama kemudian, aku mendengar suara-suara pelan, penuh amarah. “Kamu tidak berhak mengancamku,” desis Siti. “Aku sudah memberimu apa yang kamu minta!” “Dan sekarang aku ingin lebih,” bentak seorang
Sudut Pandang Anto.“Dia menawarkan diri sebagai ahli kimia mereka,” kataku, memaksa kata-kata itu keluar. “Yang termuda dalam catatan.” Rio tak berkata apa-apa. Dia juga tahu apa artinya. Jika Kellen benar-benar bergabung dengan Grup Wijaya, berarti dia hilang. Bahkan jika dia masih hidup, dia tak akan pernah bisa kembali. Pikiranku berputar-putar. Bagaimana kami membiarkan semua ini terjadi? Bagaimana gadis yang dulu kugendong di pundakku bisa menjauh begitu jauh hingga aku bahkan tak menyadari dia pergi? Dan yang lebih buruk, mengapa dia merasa harus melakukannya? Rasa sakit yang dingin dan hampa menggerogoti dadaku. Rio tiba-tiba berdiri. “Aku akan ke Mankalis.” “Apa?” “Aku akan bicara dengan Adam Wijaya. Aku tak peduli apa yang dibutuhkan. Dia adik kita.” “Aku sudah bicara dengannya,” kataku dengan suara pelan. “Hampir mustahil membawanya kembali sekarang. Dan aku takut kita akan membuat Adam marah dan dia malah akan melakukan sesuatu pada Kellen. Jadi kita harus
Sudut Pandang Anto.Aku duduk di ruang kerjaku, telepon digenggam erat di satu tangan. Aku menatap layarnya seolah layar itu akan berkedip kembali menghadapku.Kellen masih tidak menjawab, masih langsung ke pesan suara, sekali demi sekali.Aku benci ide mempekerjakan detektif swasta untuk mencari adikku sendiri. Tapi saat ini, aku tidak punya pilihan.Aku mengembuskan napas dengan keras dan menekan layar. “Joko.”“Pak Anto.”“Aku perlu kamu mencari seseorang.”"Tentu saja. Siti?"Asumsi itu membuat sesuatu di dadaku terasa sesak. “Bukan,” kataku dengan tegas. “Adikku Kellen Kurniawan.”Seketika hening. “…Baik, tentu saja. Beri aku tiga puluh menit. Aku akan telepon kembali dengan apa yang kudapatkan.”Aku memutuskan panggilan dan menuju kamar mandi, mencoba membersihkan ketegangan dari kulitku.Kellen tidak mungkin kenapa-napa. Dia selalu kuat, pintar, dan tangguh seperti duri. Selalu gitu....Ketika Joko telepon kembali, suaranya tidak yakin seperti biasanya. “Pak Anto… Aku tahu loka
Sudut Pandang Anto.Kita baru tiga hari di Franzia ketika Rio mulai bergumam untuk pulang.Sebenarnya, aku juga memikirkan hal yang sama.Ada yang tidak beres dengan perjalanan kali ini. Kami tertawa, minum-minum, sementara Kellen sendirian. Dia terperangkap di laboratoriumnya.Tapi Siti tidak mau pulang. Dia bilang dia ingin merayakan malam tahun baru di sini.“Aku…” Rio mulai bicara, tapi aku memotongnya.Sebagai yang tertua, kata-kataku berbobot. Bahkan Siti jarang sekali menyela ketika aku berbicara.“Siti,” kataku dengan lembut, “Aku masih ada urusan bisnis yang menunggu. Lebih baik kita pulang besok.”Wajahnya meredup. Dia tidak membantah, tetapi kekecewaan di matanya jelas terlihat. “Maaf." Aku menambahkan dan mengulurkan tangan untuk mengacak-acak rambutnya. "Kita bisa ke sini lagi kapan saja, aku janji. Selama aku tidak ada kerjaan."Tapi dia tidak tersenyum. “Kamu janji akan tinggal sampai malam tahun baru,” bisiknya.Dan dia benar, aku memang pernah berjanji. Saat itu aku b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments