LOGINAku menatap kontrak pernikahan Keluarga Varsali yang didorong ayahku ke seberang meja. Tanpa ragu, kutulis nama saudari tiriku, Dina, lalu kusodorkan kembali. Ayahku terdiam membeku. Kemudian, matanya menyala dengan antusiasme konyol, seolah-olah baru saja memenangkan lotre. "Kenapa kamu kamu mau memberikan kesempatan sesempurna ini pada adikmu?" Di kehidupan sebelumnya, pernikahanku adalah bahan tertawaan semua orang di sekitarku. Aku si penyihir kecil liar berambut merah yang berani masuk ke dunia Cassius Varsali, pewaris sekaligus pemimpin Keluarga Kriminal Varsali. Aku tak pernah sempurna, apalagi patuh. Dia menyukai gaun bak dewi, aku memakai rok mini dan menari di atas meja. Dia menuntut keintiman yang misionaris, tradisional, dan patuh, aku ingin berada di atas, menungganginya, tenggelam sepenuhnya. Di sebuah gala, para istri kalangan atas mentertawakan rambutku, gaunku, dan keliaranku. Kupikir setidaknya dia akan berpura-pura membelaku, tetapi dia tidak melakukannya. "Maafkan dia. Dia belum ... terlatih dengan baik." Terlatih. Seperti anjing. Sepanjang kehidupan terakhirku, aku tercekik di bawah aturannya, membengkokkan diriku hingga berdarah agar pas dengan bentuk yang dia inginkan, sampai malam rumah kami terbakar. Saat aku membuka mata lagi, aku kembali ke momen ketika pertama kali mengetahui perjodohan itu. Aku menatap kontrak di hadapanku. Kali ini? Kurasa para pria klub malam lebih cocok untukku. Namun, saat Cassius menyadari pengantinnya bukan aku, dia menghancurkan setiap aturan yang selama ini dia pegang teguh.
View MoreAsap mengepul di udara malam ketika Lorenzo melangkah maju, cerutu setengah terbakar menggantung di bibirnya. Dia bersiul pelan, terdengar terhibur. "Wah, wah. Lihat aku sekarang, benar-benar melakukan pekerjaan mafia."Cassius mengangkat pistolnya, membidik Lorenzo tepat di dada. "Kamu berani mendekatinya tanpa izinku?"Aku langsung melangkah ke depan, melindungi Lorenzo dengan tubuhku. "Kalau kamu memang mencintaiku, biarkan aku pergi bersamanya!"Cassius membeku, ketidakpercayaan dan keniscayaan saling bertabrakan di matanya. "Kamu selalu menentangku, Ariel," gumamnya. Ironis. Dulu dia menyeretku keluar dari klub itu seperti trofi, dan sekarang dia harus menyaksikan pria lain melakukan hal yang sama."Ya," kataku, suara tetap tenang. "Kita seperti api dan es, Cassius. Dua dunia yang tak akan pernah bisa bertemu."Aku menarik napas, lalu kata-kata itu tumpah. "Penolakanmu untuk memeriksa rekaman keamanan, untuk mengonfirmasi apa pun denganku, memaksaku meminta maaf pada wanita yang t
Tangan Cassius menyambar dan mencengkeramku. Suaranya rendah dan kasar, bergetar oleh keputusasaan yang tak lagi bisa dia sembunyikan."Ariel, pulanglah bersamaku. Aku janji, nggak ada aturan lagi. Nggak ada larangan, nggak ada lagi menyeretmu ke ruang pengakuan. Aku nggak akan menyakitimu lagi. Aku akan berubah. Aku bisa mengubah semuanya."Aku menarik tanganku dan menatapnya dengan tenang, setenang air yang diam. "Cassius, janji-janjimu nggak pernah bernilai apa pun."Rahangnya menegang dan dia kembali mencengkeram pergelangan tanganku. "Ariel. Jangan lakukan ini."Saat itu juga, tangan lain melingkari pinggangku dan menarikku ke dada yang hangat. Suaranya santai, malas, tetapi sarat ejekan. "Cassius, bukannya kamu yang selalu berkhotbah soal pengendalian diri? Tata krama seorang pria sejati? Menyentuh wanita seperti ini ... bukan pemandangan yang bagus, 'kan?"Cassius terdiam. Tatapannya terpaku pada tangan Lorenzo di pinggangku, pada caraku bersandar padanya begitu alami, pada baga
Setelah festival musik, aku menuju ke kasino.Malam terbentang seperti tinta di langit, sementara kasino berkilau dengan cahaya keemasan, sebuah labirin yang dirajut dari uang, hasrat, dan ambisi. Suara dadu beradu, udara di sekitar meja blackjack seolah-olah menyedot napas, seperti mampu menelan jiwa, dan dentingan cip saling beradu, bergema seperti genderang kematian yang samar tetapi terus hadir.Di satu meja bakarat raksasa, kerumunan berdesakan paling rapat dibandingkan tempat lain.Aku mengenakan gaun beludru hitam dengan belahan tinggi hingga pinggang. Cahaya menelusuri setiap lekuk tubuhku, menarik tatapan seperti ngengat ke api.Satu putaran kartu lagi. Aku menopang dagu di telapak tangan, jari-jari mengetuk meja dengan malas, setengah mengantuk, bahkan tak repot melirik kartu bawah.Dealer menelan ludah, suaranya bergetar. "Pemain menang."Gunungan cip didorong ke arahku.Bisik-bisik menyebar di antara kerumunan."Dia menang tujuh kali berturut-turut.""Ini ... bukan pemain b
Cassius bahkan tak sempat mengambil mantel.Dia menerjang menuruni tangga marmer, rahang menegang, mata memerah setelah semalaman tanpa tidur. Mobilnya sudah menunggu di luar, siap membawanya langsung ke landasan udara pribadi Keluarga Varsali.Dia masuk dengan cepat ke kursi belakang. Tepat saat mobil hendak melaju, Dina menghalang di depan kendaraan, kedua tangan menekan kap, maskara luntur membasahi pipinya."Cassius, aku mohon!" isaknya, suara bergetar. "Aku sudah menunggu berhari-hari. Aku mohon ... hentikan ini. Berhentilah menyakiti Keluarga Veksana. Jangan hukum kami lagi ...."Kaca jendela turun.Napas Dina tersendat, secercah harapan menyala untuk pertama kalinya setelah berhari-hari."Cassius," bisiknya, memaksakan senyum gemetar. "Akhirnya kamu berubah pikiran ya? Aku bisa bicara dengan kakakku. Aku bisa membawanya pulang ke ...."Cassius bahkan tidak menatapnya.Suaranya seperti bilah pisau yang diseret perlahan di atas baja."Tabrak."Sopir tak ragu sedikit pun dan mengin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.