Share

17. Tunggu Saja

Dari suara pagar rumah yang bergeser, ditambah dengan suara kunci pintu dari ruang tamu, Lintang sudah tahu siapa yang saat ini datang ke rumah yang saat ini ia datangi. Sebuah rumah sederhana, tempat mendiang sang ibu tinggal dahulu kala.

“Sudah malam, kenapa masih di sini?”

Lintang yang sedari tadi hanya meringkuk di sofa panjang depan televisi akhirnya bangkit. Ia duduk, menyandarkan tubuh pada punggung sofabed, dengan kedua kaki terjulur lurus ke lantai. Lintang menoleh pada Anwar yang masuk ke ruang tengah, kemudian duduk pada satu-satunya sofa single yang ada di sana.

“Raga nyariin kamu,” sambung Anwar menjelaskan.

“Apa Biya belum ketemu?” tanya Lintang mengabaikan ucapan Anwar, karena ada rasa sakit tersendiri ketika mengingat Raga. Terlebih dengan kejadian siang tadi di kantor pria itu.

“Lintang—”

“Apa anak kesayangan Bapak itu belum ketemu?” Lintang kembali mengulang pertanyaannya dengan sindiran pada Anwar. “Bapak nggak mungkin nggak tahu Biya ada di mana sekarang. Biya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (14)
goodnovel comment avatar
aisyah siti
kenapa sesedih ini. sy nangis, nangis banget. tanggung jawab
goodnovel comment avatar
Melisa
Bab ini mengandung bawang. Kebayang gak sih gmn jadi lintang Apa ada yg sekuat itu di real life?
goodnovel comment avatar
Eppy Fania
duh perlu koin lagi nin,pepet aja tor,ceritanya,dikit aja pwrlu kainnya masa makin banyak penggemar makin mahal buka babnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status