Di dalam ruangan yang sangat tidak asing bagi Helena, dua jelmaan iblis berparas tampan tengah menatapnya penuh amarah. Tentu saja Helena sangat mengenal ruangan di mana dirinya kini berada, sebab cukup lama ia pernah menjadikan tempat ini untuk menampung keluarganya.
Di dalam ruangan ini pula bibi dan adiknya merasa aman berlindung sekaligus berteduh dari teriknya matahari serta dinginnya angin malam. Namun, kehangatan yang dulu dirasakannya sangat berbeda dengan sekarang. Kini aura yang menyapanya ketika menginjakkan kaki di dalam ruangan tersebut sangatlah mengerikan. Bahkan, dinginnya suhu pendingin ruangan seakan mengalahkan tatapan dua orang yang kini terlihat seperti menyidangnya, layaknya tersangka kriminal.
“Apa mau kalian?” tanya Helena tanpa basa-basi.
Walau tubuhnya mulai panas dingin karena tatapan dua orang laki-laki di depannya, tapi Helena tetap memperlihatkan sikap tenangnya. Jantungnya berdetak lebih cepat dibandingkan saat pagi tadi. Bohong naman
Helena meminta kepada Sonya agar ia diizinkan menginap di rumah sahabatnya tersebut, mengingat kondisinya saat ini sangat tidak layak untuk dipandang. Penampilannya kini sungguh mengerikan. Helena tidak ingin Bi Mira dan Mayra terkejut melihat keadaannya jika ia tetap pulang ke rumahnya sendiri. Ia juga tidak mau membuat kedua orang tersebut khawatir dan banyak bertanya tentang yang menimpa dirinya saat ini.Walau tadi Felix menyetubuhinya secara kasar dan brutal, tapi Helena menolak saat Sonya ingin membawanya ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Helena mengatakan kepada Sonya bahwa ia hanya perlu beristirahat dan mengobati luka memar di kedua sudut bibirnya serta mengompres wajahnya yang membengkak. Helena berusaha terlihat baik-baik saja, walau rahangnya selalu terasa ngilu setiap kali ia membuka mulut. Tentu saja penyebabnya tidak lain karena tamparan bertubi-tubi yang diterimanya dari Felix dan cengkeraman kuat tangan Hans.Selama perjalanan menuju rumah Sony
Di saat pikirannya dipenuhi oleh sosok Helena, tiba-tiba Felix mendapat telepon dari orang tuanya dan memintanya untuk segera pulang karena Lisa mengalami kecelakaan. Karena sekretarisnya tidak bisa diandalkan, jadi Felix meminta bantuan kepada Wisnu untuk meng-handle urusan kantor selama ia berada ke Australia.Walau tidak menghirup udara di negara yang sama dengan Helena, Felix tetap saja kesulitan mengalihkan pikirannya dari sosok wanita tersebut. Setelah memastikan keadaan Lisa baik-baik saja, Felix memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Felix berada di Australia hanya tiga hari, sebab ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya terlalu lama dan membuat tanggung jawab Wisnu semakin banyak.Sejak tiba di Indonesia hingga saat ini, Felix telah menenggelamkan diri pada pekerjaannya agar pikirannya terhadap Helena bisa teralih. Sejak perbuatan bejatnya kepada Helena, ia menjadi kesulitan memejamkan mata setiap malam tiba. Rintihan dan isak tangis Helena hingga kini masih bet
Setelah berpikir panjang, akhirnya Helena menerima tawaran yang diberikan oleh Maria. Wanita baik hati tersebut memintanya untuk mengikuti pelatihan keterampilan yang diselenggarakannya, agar kelak bisa mendirikan salon sendiri. Apalagi ia juga diberikan harga spesial atas pelatihan yang akan diikutinya tersebut dari Maria. Ia tidak ingin membuang kesempatan yang nantinya bisa menjadi penunjang masa depannya tersebut. Terlebih pelatihan tersebut hanya memakan waktu selama satu bulan.Kini sudah sebulan Helena mengikuti pelatihan yang diadakan di Jimbaran, Bali. Karena lokasi pelatihannya berada di luar kota, jadi Helena pun harus menginap. Guna menghemat biaya hidup selama berada di Bali, Helena memutuskan untuk tinggal di sebuah indekos yang sudah memiliki fasilitas lengkap dan dengan harga terjangkau.Untung saja kehamilan Helena tidak membuatnya kesulitan dalam beraktivitas. Bahkan, ia tidak mengalami morning sickness seperti yang biasa menimpa para ibu hamil di trime
Setelah Diandra berangkat ke rumah temannya, Helena masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Berhubung kehamilannya masih dirahasiakan, Helena pun terpaksa menyeduh susu khusus untuk ibu hamil di dalam kamarnya sendiri.Usai meneguk habis susunya, Helena menyandarkan punggungnya pada headboard. Dengan penuh kelembutan Helena mengusap perut yang di dalamnya terdapat nyawa lain sedang tumbuh. Ia sangat berharap janin di rahimnya terus berkembang, hingga nanti tiba waktunya untuk dilahirkan dengan selamat.“Tetaplah sehat, Nak,” ucap Helena yang tersenyum tulus. “Jika waktunya sudah tepat, Mama pasti akan memberitahukan tentang keberadaanmu kepada yang lainnya, agar kamu juga mendapat cinta dan kasih sayang dari mereka,” imbuhnya.Karena belum mengantuk, Helena memutuskan untuk membaca majalah tentang kehamilan yang dibelinya sewaktu berada di Bali. “Nanti perutku pasti sebesar ini juga,” ucapnya terkekeh geli. Ia kembali mengusap perutnya sendiri saat melihat gambar seo
Diam-diam Helena memerhatikan Diandra yang terlihat tidak berselera menyantap makanan di piringnya. Sejak usai menghadiri acara perpisahan temannya satu setengah bulan lalu, sikap Diandra sedikit berubah.Awalnya Helena menganggap perubahan Diandra wajar, mengingat cerita sahabatnya dulu yang juga mempunyai keinginan melanjutkan pendidikan di Paris, tapi dilarang keras oleh orang tuanya. Namun, hingga kini sikap Diandra yang dulu belum juga kembali. Bahkan, belakangan ini sahabatnya tersebut lebih sering menghabiskan waktunya menyendiri di dalam kamarnya daripada bercengkerama bersamanya atau dengan yang lainnya seperti dulu. Helena dan yang lainnya juga sering memergoki Diandra melamun di teras belakang. Raga Diandra memang terlihat berada di rumah, tapi tidak dengan jiwanya. Jiwa sahabatnya tersebut seolah sedang berkelana entah ke mana.“Kamu sakit, Dee?” Helena bertanya saat Diandra tidak berselera dan hanya mengaduk makanan di piringnya. “Wajahmu pucat,” imbuhnya.
Helena merasa sangat bahagia ketika mengetahui janin di dalam perutnya sehat dan baik-baik saja. Seperti ucapannya kemarin malam, sebelum jam makan siang tiba ia mengajak Diandra ke rumah sakit untuk sama-sama memeriksakan kandungan masing-masing. Raut wajah murung Diandra kini berubah setelah mengetahui keadaan mahluk kecil di dalam rahimnya yang juga tumbuh sehat dan baik-baik saja. Helena ikut senang saat melihat wajah Diandra perlahan kembali berbinar. Bahkan, bibirnya pun kini sudah mampu membentuk senyuman tipis.“Sebelum pulang, kita makan siang dulu ya, Dee,” ajak Helena saat mereka berjalan menuju parkiran mobil.Diandra mengangguk. “Kebetulan juga perutku sudah lapar,” ucapnya sebelum memasuki mobil.“Ngomong-ngomong, kamu ingin menikmati makanan apa?” Helena bertanya setelah duduk di belakang kemudi mobilnya.Diandra menjawab sambil mulai memasang seatbelt, “Apa saja boleh, kecuali seafood.”“Selain udang, kamu alergi juga sama kepiting, lobs
Tadi pagi Helena berangkat bekerja dengan mengendarai sepeda motornya sendiri. Helena sengaja melarang Diandra yang tadi bersikeras ingin mengantarnya ke salon, mengingat sahabatnya tersebut masih kurang enak badan karena banyak pikiran. Apalagi kemarin malam, Diandra bergadang menyelesaikan desain pesanan butik milik Mbak Santhi. Dengan tegas Helena menyarankan kepada Diandra untuk beristirahat agar kondisi kesehatannya cepat membaik dan pulih, terlebih kini sahabatnya tersebut juga sedang berbadan dua.Dua hari setelah pertemuan mereka dengan Allona yang tanpa disengaja di restoran, wanita paruh baya tersebut menyambangi rumah Helena untuk menemui Diandra. Tidak hanya itu, pemilik butik ternama tersebut rela memohon dan hampir berlutut di kaki Diandra agar sang sahabat bersedia menikah dengan putranya. Beberapa hari lalu Diandra dihubungi oleh ayahnya dan diminta pulang karena Hans serta keluarganya sudah ada di rumahnya. Kehamilan yang diungkapkan Diandra di hadapan orang
Usai dokter memeriksa dan mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja, Helena langsung diizinkan pulang. Sekuat mungkin Helena menahan air matanya saat memasuki pintu rumahnya. Bahkan, saat berbicara dengan Bi Mira yang sangat mencemaskankan keadaannya pun Helena hanya menyunggingkan senyum tipis sebagai tanggapannya. Setelah menjelaskan secara singkat mengenai kondisinya yang sengaja dikarangnya, Helena izin kepada Bi Mira untuk beristirahat. Helena juga telah meminta izin kepada Maria untuk absen bekerja selama dua hari, dengan alasan bahwa dirinya kemarin diserempet mobil sebelum tiba di rumah.“Mama tidak menyangka jika kebersamaan kita sangatlah singkat, Nak. Bahkan, Mama belum mengetahui jenis kelaminmu.” Helena yang kini sedang duduk bersandar pada kepala ranjang mengelus perutnya sambil menangis. Sesampainya di kamar, ia sudah tidak kuasa lagi menahan tangisnya, sehingga air matanya mengalir deras tanpa bisa dibendung dan membasahi pipinya yang masih