Setelah Diandra berangkat ke rumah temannya, Helena masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Berhubung kehamilannya masih dirahasiakan, Helena pun terpaksa menyeduh susu khusus untuk ibu hamil di dalam kamarnya sendiri.
Usai meneguk habis susunya, Helena menyandarkan punggungnya pada headboard. Dengan penuh kelembutan Helena mengusap perut yang di dalamnya terdapat nyawa lain sedang tumbuh. Ia sangat berharap janin di rahimnya terus berkembang, hingga nanti tiba waktunya untuk dilahirkan dengan selamat.
“Tetaplah sehat, Nak,” ucap Helena yang tersenyum tulus. “Jika waktunya sudah tepat, Mama pasti akan memberitahukan tentang keberadaanmu kepada yang lainnya, agar kamu juga mendapat cinta dan kasih sayang dari mereka,” imbuhnya.
Karena belum mengantuk, Helena memutuskan untuk membaca majalah tentang kehamilan yang dibelinya sewaktu berada di Bali. “Nanti perutku pasti sebesar ini juga,” ucapnya terkekeh geli. Ia kembali mengusap perutnya sendiri saat melihat gambar seo
Diam-diam Helena memerhatikan Diandra yang terlihat tidak berselera menyantap makanan di piringnya. Sejak usai menghadiri acara perpisahan temannya satu setengah bulan lalu, sikap Diandra sedikit berubah.Awalnya Helena menganggap perubahan Diandra wajar, mengingat cerita sahabatnya dulu yang juga mempunyai keinginan melanjutkan pendidikan di Paris, tapi dilarang keras oleh orang tuanya. Namun, hingga kini sikap Diandra yang dulu belum juga kembali. Bahkan, belakangan ini sahabatnya tersebut lebih sering menghabiskan waktunya menyendiri di dalam kamarnya daripada bercengkerama bersamanya atau dengan yang lainnya seperti dulu. Helena dan yang lainnya juga sering memergoki Diandra melamun di teras belakang. Raga Diandra memang terlihat berada di rumah, tapi tidak dengan jiwanya. Jiwa sahabatnya tersebut seolah sedang berkelana entah ke mana.“Kamu sakit, Dee?” Helena bertanya saat Diandra tidak berselera dan hanya mengaduk makanan di piringnya. “Wajahmu pucat,” imbuhnya.
Helena merasa sangat bahagia ketika mengetahui janin di dalam perutnya sehat dan baik-baik saja. Seperti ucapannya kemarin malam, sebelum jam makan siang tiba ia mengajak Diandra ke rumah sakit untuk sama-sama memeriksakan kandungan masing-masing. Raut wajah murung Diandra kini berubah setelah mengetahui keadaan mahluk kecil di dalam rahimnya yang juga tumbuh sehat dan baik-baik saja. Helena ikut senang saat melihat wajah Diandra perlahan kembali berbinar. Bahkan, bibirnya pun kini sudah mampu membentuk senyuman tipis.“Sebelum pulang, kita makan siang dulu ya, Dee,” ajak Helena saat mereka berjalan menuju parkiran mobil.Diandra mengangguk. “Kebetulan juga perutku sudah lapar,” ucapnya sebelum memasuki mobil.“Ngomong-ngomong, kamu ingin menikmati makanan apa?” Helena bertanya setelah duduk di belakang kemudi mobilnya.Diandra menjawab sambil mulai memasang seatbelt, “Apa saja boleh, kecuali seafood.”“Selain udang, kamu alergi juga sama kepiting, lobs
Tadi pagi Helena berangkat bekerja dengan mengendarai sepeda motornya sendiri. Helena sengaja melarang Diandra yang tadi bersikeras ingin mengantarnya ke salon, mengingat sahabatnya tersebut masih kurang enak badan karena banyak pikiran. Apalagi kemarin malam, Diandra bergadang menyelesaikan desain pesanan butik milik Mbak Santhi. Dengan tegas Helena menyarankan kepada Diandra untuk beristirahat agar kondisi kesehatannya cepat membaik dan pulih, terlebih kini sahabatnya tersebut juga sedang berbadan dua.Dua hari setelah pertemuan mereka dengan Allona yang tanpa disengaja di restoran, wanita paruh baya tersebut menyambangi rumah Helena untuk menemui Diandra. Tidak hanya itu, pemilik butik ternama tersebut rela memohon dan hampir berlutut di kaki Diandra agar sang sahabat bersedia menikah dengan putranya. Beberapa hari lalu Diandra dihubungi oleh ayahnya dan diminta pulang karena Hans serta keluarganya sudah ada di rumahnya. Kehamilan yang diungkapkan Diandra di hadapan orang
Usai dokter memeriksa dan mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja, Helena langsung diizinkan pulang. Sekuat mungkin Helena menahan air matanya saat memasuki pintu rumahnya. Bahkan, saat berbicara dengan Bi Mira yang sangat mencemaskankan keadaannya pun Helena hanya menyunggingkan senyum tipis sebagai tanggapannya. Setelah menjelaskan secara singkat mengenai kondisinya yang sengaja dikarangnya, Helena izin kepada Bi Mira untuk beristirahat. Helena juga telah meminta izin kepada Maria untuk absen bekerja selama dua hari, dengan alasan bahwa dirinya kemarin diserempet mobil sebelum tiba di rumah.“Mama tidak menyangka jika kebersamaan kita sangatlah singkat, Nak. Bahkan, Mama belum mengetahui jenis kelaminmu.” Helena yang kini sedang duduk bersandar pada kepala ranjang mengelus perutnya sambil menangis. Sesampainya di kamar, ia sudah tidak kuasa lagi menahan tangisnya, sehingga air matanya mengalir deras tanpa bisa dibendung dan membasahi pipinya yang masih
Perlahan tapi pasti, Helena sudah bisa kembali menjalani hidupnya dengan normal. Pertemuannya dengan Felix beberapa bulan lalu di kelab malam yang tanpa disengaja, ia anggap sebagai sebuah kebetulan semata. Kini Helena hanya fokus mengelola usahanya agar semakin banyak bisa menghasilkan uang untuk membiayai kebutuhan hidupnya bersama keluarganya. Sesekali ia menemani Sonya mengunjungi makam Wira untuk melepas rindu kepada salah satu orang terkasih mereka yang telah lebih dulu terbaring damai di peristirahatan terakhirnya.Walau sudah tidak tinggal serumah dengan Diandra, Helena selalu berusaha meluangkan waktunya untuk sahabatnya tersebut. Bahkan, Helena pernah sengaja menutup salonnya, karena ia mengantar sekaligus menemani Diandra berkunjung ke rumah neneknya beberapa bulan yang lalu. Apalagi Helena tahu jika saat ini Diandra tidak mempunyai siapa-siapa yang peduli padanya, selain ia dan Sonya. Seiring berjalannya waktu, perut sahabatnya tersebut pun kian membesar karena ja
Pemandangan langit hari ini tidak seperti malam-malam biasanya yang selalu dihiasi gemerlapnya cahaya bintang dan bulan. Hari ini langit malam terlihat sangat gelap, sehingga menciptakan kehampaan pada relung hatinya. Sambil mengisap rokok dan menikmati kepulan asapnya, Felix menatap nanar pemandangan malam dari balkon apartemennya. Percakapan antara Helena dan Diandra yang didengarnya saat makan siang tadi, kini terus saja terngiang jelas di telinganya. Bahkan, Felix kembali terenyak saat percakapan tersebut terulang jelas di benaknya tanpa diminta.“Rahasia apa yang Diandra maksud tentang pembuatan video penjebakan tersebut?” Felix bertanya pada dirinya sendiri. Pikirannya benar-benar terusik dengan perkataan Diandra tadi. “Apa yang sebenarnya terjadi selama perekaman video tersebut?” tanyanya kembali, sebab kini ia semakin digerogoti oleh rasa penasaran.Usai menghabiskan dua batang rokok, Felix meletakkan puntungn
Felix benar-benar dibuat terenyak setelah melihat rekamanCCTVmilikDragon Clubdan mendengar penuturan dari wanita yang dimaksud oleh Zack. Setelah tadi selesai mengungkapkan alasan sekaligus kecurigaannya, tanpa bertanya lagi Zack langsung memberinya izin untuk melihat rekamanCCTVyang diinginkannya. Berkat bantuan Zack, akhirnya ia mengetahui rahasia dalam perekaman video yang dimaksud oleh Diandra saat makan siang tadi. Ia benar-benar tidak menyangka jika jebakan yang dibuat Diandra untuk Hans telah direncanakan dengan sangat matang dan tersusun rapi. Ternyata video yang diterima oleh Deanita merupakan hasil rekayasa adiknya sendiri. Berarti selama ini Diandra telah berhasil mengelabui mereka semua dengan video rekayasa tersebut. Bahkan, yang paling membuat tenggorokannya tercekat adalah semua tuduhan hinanya kepada Helena. Rasa bersalah semakin menyerangnya tiada henti, terlebih setelah ia berhasil mengurai dan mengetah
Dari rumah duka hingga mengikuti proses pemakaman Yuri, Felix selalu menyempatkan diri memerhatikan Helena yang juga datang melayat. Kini setelah acara selesai, ia bergegas menghampiri Helena yang hendak meninggalkan area pemakaman. Tanpa ragu ia menanggalkan rasa malu sekaligus gengsinya demi bisa berbicara dengan Helena, walau kemungkinan besar wanita tersebut akan menolaknya. Ia pun tidak keberatan jika Helena dengan terang-terangan akan balik mengejek atau melayangkan hinaan atas tindakannya tersebut.“Len,” Felix memanggil Helena setelah mereka tiba di parkiran.Helena dan Sonya saling menoleh setelah mendengar panggilan dari Felix di belakang tubuh mereka. “Son, tunggu aku di mobil ya,” pinta Helena kepada Sonya.Sonya mengangguk setelah menyempatkan diri menoleh ke arah Felix dan melayangkan tatapan penuh selidiknya.“Len,” panggil Felix kembali sambil mende