Helena mengembuskan napas dengan keras setelah tiba di dapur, karena ia tidak mendapati satu pun bahan makanan yang bisa diolah. Bahkan, di dalam kulkas pun isinya hanya camilan dan beberapa kaleng soft drink. Dulu urusan dapur dan persediaan bahan makanan memang menjadi tanggung jawabnya, walau uang yang digunakan untuk membeli tetap berasal dari kantong Felix. Tanpa membuang banyak waktu, Helena bergegas menuju supermarket yang letaknya masih satu gedung dengan apartemen Felix. Ia ingin membeli beberapa jenis bahan makanan yang mudah dimasak dan cocok dengan kondisi Felix saat ini.
Setibanya di supermarket, Helena langsung menuju tempat bahan makanan yang ingin dibelinya. Mengingat Felix tidak terlalu pemilih dalam urusan makanan, jadi ia memutuskan ingin membuat sup ayam dicampur dengan beberapa jenis sayuran untuk laki-laki tersebut. Selain bagus untuk kondisi Felix saat ini, jenis makanan tersebut pun tidak mem
Usai menutup salon dan pegawainya sudah pulang, Helena bergegas ingin memasuki rumah. Hari ini ia ingin menjenguk Diandra yang kemarin malam telah melahirkan seorang putri di sebuah rumah sakit. Sebenarnya tadi siang ia ingin ke rumah sakit untuk melihat keadaan sahabatnya tersebut, tapi salonnya tidak bisa ditinggal karena pengunjung yang datang cukup ramai. Tidak mungkin juga ia membiarkan pegawainya seorang diri melayani pengunjung yang datang dan ingin melakukan perawatan di salonnya.“Len,” panggil seseorang dari luar pintu pagar saat melihat Helena di halaman rumah.Mendengar ada yang memanggil namanya, Helena pun langsung menoleh ke sumber suara. Ia menunggu laki-laki yang belakangan ini hampir setiap hari mendatangi rumahnya. “Ada apa?” tanyanya.“Kamu sudah dapat menjenguk Dee di rumah sakit?” Felix bertanya setelah berdiri di hadapan Helena.Helena menjaw
Malam ini Helena sangat sulit memejamkan mata. Usahanya yang dari tadi mencari posisi nyaman saat berbaring agar matanya bisa terpejam ternyata sia-sia. Helena akhirnya memilih berbaring telentang dan menatap langit-langit kamarnya yang sangat miskin cahaya. Pikirannya kini hanya dipenuhi oleh paras bayi mungil yang dilahirkan Diandra secara normal dan sehat. Tangannya secara refleks menyentuh permukaan perutnya yang datar dari luar piama tidurnya. Dengan lembut ia mengelus perutnya tersebut berulang kali. Kedua sudut matanya pun tanpa ia sadari telah basah oleh cairan bening yang tanpa permisi merembes.“Harusnya aku yang lebih dulu merasakan euphoria melahirkan sekaligus menjadi seorang ibu, Dee,” Helena bergumam lirih. Tenggorokannya kini mulai tercekat akibat cairan bening yang kian lancar mengalir dari kedua sudut matanya.“Dua kali aku gagal menjaga darah dagingku sendiri. Baru menjadi calon ibu saja aku sudah tidak b
Sambil menunggu Helena kembali dari mengantar Mayra ke sekolah, Felix bersantai di teras belakang seusai membersihkan diri. Rencananya hari ini ia akan meminta waktu Helena sekaligus mengajaknya keluar, tentu saja untuk membahas lebih rinci tentang pengakuan wanita tersebut kemarin malam yang dirasa belum sepenuhnya. Agar waktunya bersama Helena tidak terinterupsi, ia juga sudah menghubungi sekretarisnya dan mengatakan bahwa dirinya akan ke kantor setelah jam makan siang berlalu. Untungnya tidak ada rapat dengan klien pagi ini, sehingga ia bisa lebih leluasa menggunakan waktunya untuk menuntaskan urusannya bersama Helena.“Ternyata kamu masih di sini, Fel. Kamu tidak ke kantor?” Helena bertanya setelah tiba di teras belakang dan melihat Felix sedang berdiri sambil menatap kosong kebun kecilnya yang basah oleh guyuran hujan kemarin malam.Sepulangnya dari mengantar Mayra sekolah, Helena diberi tahu oleh Bi Mira bahwa Felix masih b
Usaha Felix dalam meyakinkan Helena agar kembali bersedia membuka hatinya, lambat laun membuahkan hasil. Perlu waktu hampir delapan bulan untuknya meluluhkan hati Helena yang mengeras karena ulahnya dulu. Setelah Helena berhasil luluh, akhirnya wanita itu pun bersedia menjadi kekasihnya. Hal tersebut tentu saja membuat Felix sangat bahagia dan bersyukur.Tanpa terasa kini sudah empat bulan Felix dan Helena resmi menyandang status sebagai pasangan kekasih. Perbedaan yang sangat menonjol dari hubungan keduanya kini dengan dulu adalah tidak adanya kontak fisik berlebihan. Tentu saja yang mencetuskannya Helena sendiri. Walau dirasa berat bagi Felix jika mengingat jam terbangnya dulu bersama Helena, tapi ia tetap menyetujuinya. Apalagi ia telah berjanji terhadap dirinya sendiri akan memulai sekaligus menjalani hubungan yang sehat dengan Helena, tanpa berdasar pada nafsu semata.Selama ini Felix belum memberitahukan secara jujur perihal identitas
Akhirnya Felix tiba juga di vila milik keluarga Narathama. Karena ada urusan mendadak di kantor, tadi ia terpaksa menunda keberangkatannya ke Bali beberapa jam dari waktu yang sebelumnya telah ditentukan. Ia pun pergi seorang diri karena yang lainnya termasuk Helena sudah berangkat bersama terlebih dulu. Saat tiba di vila yang akan menjadi tempatnya menginap selama beberapa hari, ia tidak menemukan keberadaan Helena. Bahkan, yang lainnya pun juga tak terlihat, kecuali Deanita.“Sudah selesai urusanmu, Fel?” tanya Deanita yang berjalan dari arah dapur sambil membawa secangkir teh.Felix menjawabnya dengan anggukan kepala. “Yang lainnya di mana, Dea? Kenapa sepi?” tanyanya penasaran.“Selesai mendekorasi halaman belakang, katanya mereka ingin berjalan-jalan di dekat vila, kecuali Jerry, Papaku, dan Tante Allona. Mereka sedang beristirahat sebentar di kamar masing-masing. Aku dan Jerry juga bar
Setelah seminggu pulang dari menghadiri perayaan ulang tahun Hara di Bali, Helena mulai memikirkan tentang ajakan Felix yang sempat diberikan padanya. Karena merasa yakin, akhirnya Helena menyetujui ajakan Felix pergi ke Australia setelah laki-laki tersebut tidak keberatan dengan syarat yang ia ajukan, yaitu Mayra harus ikut bersama mereka. Tidak mungkin bagi Helena meninggalkan Mayra di rumah walau ada Bi Mira yang menemaninya, apalagi Felix mengatakan akan berada di Australia kurang lebih selama seminggu.Semua ketakutan yang sempat memenuhi benak Helena tidak menjadi kenyataan. Awalnya Helena sangat merasa takut jika kedatangannya dan Mayra tidak diharapkan oleh keluarga Felix di Australia. Namun, kenyataan yang dilihat dan diterimanya sangat jauh dari bayangannya. Keluarga Felix yang terdiri dari ayah, ibu, dan kakak semata wayangnya, menyambut kedatangan mereka dengan ramah sekaligus hangat. Bahkan, ibunya Felix dan kakaknya secara bergantian memberikan pel
Felix mengerutkan kening ketika melihat penampilan sekretarisnya setelah ia menginjak lantai tempat ruangannya berada. Ia perhatikan kemeja yang digunakan Mariska setiap harinya terlihat kian sesak di tubuhnya, terutama di bagian dada. Roknya pun semakin pendek, jauh di atas lutut dari biasanya, sehingga memperlihatkan paha putihnya. Tidak hanya itu,make upyang dipoles sang sekretaris juga terlihat sangat berbeda dari biasanya. Bahkan, pewarna bibir yang dibubuhkan pun lebih mencolok dibandingkan sebelumnya. Felix hanya mengangguk dan memasang ekspresi wajah datar ketika menanggapi sapaan Mariska yang nada suaranya sengaja dibuat selembut mungkin.“Pertemuan nanti dengan Bu Lavenia, cukup saya dan Wisnu saja yang akan mengadirinya. Kamu selesaikan saja pekerjaanmu yang masih memenuhi permukaan meja kerjamu,” Felix memerintahkan dengan nada tegas.“Ve bisa sakit perut menertawakanku saat melihat penampilan Mariska y
Felix sangat terkejut saat melihat kemunculan Lisa secara tiba-tiba di kantornya. Ketakutan yang selama ini selalu menghantuinya pun akhirnya akan menjadi kenyataan. Sejak kepulangannya beberapa bulan lalu dari Australia, ia memang mengetahui jika Helena dan Lisa sering saling menghubungi. Bahkan, hubungan keduanya pun terbilang cukup akrab sekaligus dekat. Namun, Helena tidak pernah menyinggung seputar rencana kedatangan Lisa ke Indonesia. Walau Lisa belum mengetahui siapa Mariska yang sebenarnya, tapi tetap saja kekecewaan sekaligus kemarahan sang kakak sudah terbayang di benaknya.Lisa bukan tipe wanita yang suka teriak-teriak sambil melontarkan segala macam umpatan atau sumpah serapah ketika marah, melainkan kakaknya tersebut akan bersikap dingin padanya dan mendiamkannya tanpa batas waktu. Cukup sekali Felix dibenci oleh sang kakak, walau peristiwa menyakitkan tersebut bukan semata-mata karena perbuatan atau kesalahannya. Saat itu posisinya juga sama sepert