Share

Unforgettable
Unforgettable
Penulis: Johana Agustin Choandra

BAGIAN 1: PERTEMUAN PERTAMA

“Ayolah Ann…kau kan sahabat terbaikku sejak lama,” ujar Reva sambil memohon pada sahabatnya itu dan memegang erat tangannya dengan tatapan memelas.

“Ahhh t-tetapi bagaimana jika rencana ini gagal?” tanya Anna, mukanya mulai terlihat cemas setelah mendengar permohonan Reva, gadis yang selalu ia anggap seperti saudara kandungnya sendiri.

Kedua gadis itu saat ini sibuk mendiskusikan sesuatu di dalam kamar megah milik Reva, putri tunggal pengusaha kaya raya itu, yang digadang-gadang akan segera dijodohkan dengan anak pemilik perusahaan rumah sakit terbesar di Indonesia, bernama Brandon Athaya Putra. Namun sayangnya gadis itu sudah memiliki seseorang yang ia cintai tanpa sepengetahuan kedua orangtuanya.

“Tenang saja, kau hanya cukup menemuinya untuk kencan selama tiga kali, namun pada pertemuan pertama buat dia tak ingin menemuimu lagi, dan selesai!” ujar Reva bersemangat, sampai-sampai tak menyadari sahabatnya kini semakin terlihat khawatir dibandingkan sebelumnya.

“…” Anna terdiam, sejatinya ia ingin sekali membantu sahabat karibnya yang sedang terdesak itu, namun ia sendiri saat ini sedang berada dalam posisi yang tidak aman. Beasiswa ekslusif yang ia dapatkan beberapa tahun yang lalu untuk memasuki universitas impiannya, kini baru saja dicabut karena nilainya yang tak memenuhi standar akibat dirinya yang sibuk bekerja di luar jam kuliah untuk membiayai keluarganya.

“Gerry tahu soal ini?” tanya Anna, ia ingin tahu apakah kekasih Reva sudah mengetahui mengenai hal ini.

“I-Itu dia Ann, aku ingin perjodohan ini dibatalkan sehingga Gerry tak akan berprasangka buruk terhadapku,” ujar Reva yang kembali terlihat cemas. Anna juga semakin terlihat cemas melihat reaksi sahabatnya itu.

Reva seketika teringat, sahabatnya itu kini sudah menyandang gelar sarjanah kedokteran, ia memiliki kehidupannya sendiri yang jauh lebih rumit, dan saat ini dimintai tolong oleh sahabatnya yang bahkan hidup hanya dengan mengandalkan duit orangtuanya sepanjang waktu.

“Ada apa Ann? Sedang ada masalah ya di tempat kuliah?” tanya Reva, berusaha membuat sahabatnya kembali untuk membicarakan permasalahan kuliahnya dan beralih dari permasalahan yang seharusnya ia hadapi sendiri.

“Sedikit…hanya masalah biaya kok, bukan hal yang penting,” ujar Anna sambil memaksakan senyuman lebarnya di hadapan Reva. 

“Butuh biaya berapa Ann?” tanya Reva.

“E-Eh jangan-jangan, lebih baik kita bicarakan hal yang lain—“

“Tak apa Ann, aku ingin tahu, berapa jumlah yang kau butuhkan?” tanya Reva lagi.

“Eum…sekitar lima belas juta…” ujar Anna, merasa tak enakan memberitahukan hal tersebut.

Tiba-tiba Reva tersenyum, ada sesuatu yang muncul dalam benaknya.

“Ann, aku punya ide…jika kau bersedia membantuku, aku akan membantumu juga untuk mendapatkan uang, sesuai dengan kebutuhanmu, bagaimana?”

Beberapa hari kemudian, Anna yang baru memulai kegiatan magangnya sebagai dokter muda di Rumah Sakit Sentral Medika, kini terlihat sedang sibuk mengurusi beberapa data pasien.

Tiba-tiba tampak teman seperjuangan Anna, Jasmine, berlari dengan wajah khawatir menuju posisi Anna.

“Ann Ann, Gawat! Cepat bantu pasien di ruangan tiga A, keadaannya kritis sekarang, mereka butuh cadangan darah AB yang banyak!” ujar Jasmine pada temannya yang bertugas menjaga kunci-kunci ruangan hari itu.

Anna mengerti, dengan cepat gadis itu membuka etalase mini berisi puluhan kunci dan mengambil salah satu kunci tersebut. Ia segera berlari menyusuri lorong rumah sakit dan hendak melewati belokan untuk sampai di ruangan tempat cadangan darah disimpan.

“BRUKKK!!!” seketika ada sesuatu yang menabrak Anna begitu pun sebaliknya, sampai membuat kuncinya terjatuh di lantai. Perlahan-lahan ia menoleh. Tampak seorang pemuda dengan jas hitam serta dasi merah pada lehernya, berdiri tepat di depannya. Itu adalah Brandon, pemilik perusahaan yang menaungi rumah sakit ini. Namun sayangnya Anna yang merupakan pendatang baru tak pernah mengetahui mengenai informasi tersebut.

Brandon dengan cepat segera mengambil kunci yang berada di lantai lalu memberikannya pada gadis yang ada di hadapannya lalu membaca nama yang tertera pada name tagnya yaitu Anna Zaela Cantika, tepat sebelum gadis itu pergi.

“Terima kasih,” ujar Anna sambil menatap pria di depannya, menerima kunci tersebut, lalu bergegas pergi.  Dalam waktu singkat, Brandon sempat menatap wajah Anna dan seketika terpana dengan kecantikan dokter muda tersebut.

“Nama yang tidak asing,” pikir Brandon, lalu pria itu segera masuk ke dalam mobilnya dan memerintahkan asistennya, Jarvis, untuk mencari seluruh informasi mengenai gadis bernama Anna Zaela Cantika.

Beberapa saat kemudian, Jarvis mendatangi ruangan pribadi Brandon. Ia telah mencari seluruh informasi mengenai gadis bernama Anna tersebut. Pada awalnya ia sangat bingung, karena bosnya tak pernah menyuruhnya untuk mencari informasi seseorang se-detail itu. 

Jarvis menjelaskan jika gadis bernama Anna Zaela Cantika adalah putri sulung dari Bapak Calvin Antoni Patika, Ayahnya dahulu pernah membantu perusahaan Ayah Brandon, Nicholas Amidi Chakra, saat sedang berada di ujung tanduk, namun semenjak omzet perusahaan kembali naik, Nicholas memutuskan untuk mengambil alih perusahaan atas namanya sendiri. Dan putri sahabatnya tadi saat ini sedang bekerja magang sebagai calon dokter di Rumah Sakit milik keluarga Brandon.

“Pantas saja nama itu, aku pernah membacanya dalam arsipan dokumen Ayah, di situ disebutkan jika teman seperjuangannya memiliki kaitan dengan gadis bernama Anna, mereka adalah Ayah dan anak,” pikir Brandon.

“Oke kerja bagus, kamu boleh pergi sekarang,” ujar Brandon pada Jarvis. Ia masih merasakan ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya, lebih tepatnya perasaan bersalah. Ia bisa menikmati seluruh hak perusahaan karena berkat bantuan Ayah Anna. Namun sang Ayah malah tak pernah sedikit pun menyinggung nama Bapak Calvin.

“Oh iya Pak,” ujar Jarvis yang tiba-tiba teringat jadwal Brandon bosnya setelah ini.

“Ada apa Jarvis?”

“Setelah ini Bapak ada janji kencan dengan Reva, putri Bapak Surya dan Ibu Partricia pukul lima sore di Restoran Chantel,” ujar Jarvis, seketika Brandon segera mengecek jam tangannya, jam kini menunjukkan pukul enam tiga puluh sore.

“Okeee okeee saya akan segera ke bawah sebentar lagi…” ujar Brandon sambil menghela napas dalam-dalam, jauh dalam lubuk hatinya ia tak ingin mengikuti kencan tersebut jika bukan karena permohonan kedua orangtuanya yang sangat ingin cepat-cepat memiliki menantu.

Sementara itu Anna di sisi lain sedang bersiap-siap membereskan barang-barangnya, ia hendak pergi untuk mengikuti kencan sesuai arahan Reva.

“Wah buru-buru sekali ya?” tanya Michael, teman seperjuangan Anna yang kebetulan juga sedang berada satu sesi jaga rumah sakit dengan gadis tersebut.

“Iyaaa…” ujar Anna sambil sesekali mengecek handphonenya karena terdapat puluhan pesan dari Reva.

“Ada acara ya?” tanya Michael peduli, kedua matanya terus terpaku pada Anna.

“Iyaaa ni kebetulan lagi ada acara…kalau begitu aku duluan ya,” ujar Anna, matanya terlihat lelah setelah seharian mengurusi dokumen-dokumen pasien hari itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
ESTHER LYDIAWATI
Mantap sekali!!!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status