Bill merasa frustrasi dengan jawaban Silvya. Dan ia pun keluar dari kamar dengan wajah kecewa.
Mark yang melihat Bill keluar tanpa Silvya langsung mengerutkan keningnya.
"Bill? What happened?" Mark bertanya dengan ekspresi penasaran.
"She insists to stay, Mark!"
"What?" Wajah Mark langsung geram mendengar jawaban Bill.
Ia segera berdiri dan hendak masuk ke kamar Silvya, namun lengannya segera ditahan oleh Bill.
"Don't hurt her, Mark!"
"Take her away, Bill! If you can't force her to leave this apartement, I'll do!" tegas Mark.
"Don't touch her, Mark. If you hurt her, I swear to you, you will pay!" ancam Bill dengan wajah yang tidak kalah serius.
"Haha! Listen, Bill! You couldn't meet her without my help! And now, when I give you a chance, you failed to take her away. So
Jim yang baru datang, wajahnya seketika menggelap melihat Bill menggendong Silvya ala bridal style."What are you doing, Bill?" Jim segera merampas Silvya dari gendongan Bill."Do you realize what have you done, Jim?" Bill membalas tatapan Jim yang terlihat marah."Mind your own business, Bill! Get out of my way!" Jim berusaha menerjang Bill yang menghalangi langkahnya.Tapi tangan Bill malah menghadang jalan Jim dengan merentangkan tangannya di pintu masuk."No, Jim. I wont let you use silvya as a bait to Mark!" tegas Bill."As a bait?" Jim mengerutkan keningnya.Bill menunjuk leher Silvya yang berdarah."Silvya? Apa yang terjadi?" Wajah Jim terlihat bingung melihat leher Silvya yang berdarah.Tapi Silvya hanya menggeleng sambil sedikit meringis. Tusukan itu s
"Hello, honey!" Mark terlihat senang melihat wajah Jim muncul di kamarnya.Jim masuk dan duduk di sisi Mark."Mark, I can't let you stay here anymore," kata Jim tiba-tiba."What?" Wajah Mark terlihat terkejut dan tidak senang."Silvya is a kind woman but you treat her like a criminal. What were you thinking, Mark?" Jim menatap Mark meminta penjelasan."Honey, you don't need her to cover our relationship. You can pay someone to pretend to be your wife." Mark menggenggam tangan Jim."So that's why you call Bill to take Silvya from me?" Tatapan Jim mulai terlihat menuduh."Bill? What did Silvya tell you, Honey? Bill come here by him self. I thought it was you!" Mark mulai membela diri.Jim tertawa sinis. Ia tidak menyangka Mark ternyata pandai berdalih. Silvya tidak mungkin berbohong dan Bill tidak mungkin
PRANKK!Tubuh Silvya yang jatuh ke tanah disertai dengan bunyi mangkok pecah yang sedang dibawanya.Mendengar itu, Jim segera keluar dan melihat Mark berdiri di dapur dengan tangan yang berlumuran darah."Mark!!!! What are you doing????" Jim seketika berteriak dan panik melihat tangan Mark berlumuran darah."I'm sorry, I have to kill her, Honey! So you no need to be confused about choosing between us." Mark berkata dengan tatapan dingin. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi penyesalan."What??? Did you kill her??" Mata Jim mendelik dan ia segera berlari ke arah dapur. Dan di sana ia melihat pisau masih tertancap di perut Silvya sementara tubuh Silvya banyak mengeluarkan darah dan tergeletak di lantai marmer."SILVYAAAAAA!!!" Jim seketika berteriak dengan histeris.Ia langsung menelpon ambulance lalu mengambil k
"Jim? Bill?" Keduanya tersentak mendengar suara Silvya yang mulai sadar. Bill yang tubuhnya merasa lemas seperti mendapat energi baru."Silvya? Are you okay?" Bill menggenggam tangan Silvya.Jim hanya diam saja melihat cara Bill memperlakukan Silvya. Jujur saja secara ego ia tidak terima, tapi demi melihat Silvya bahagia, Jim mau berusaha untuk mengalah kali ini.Kejadian hari ini benar-benar membuat Jim sadar bahwa dia memang tidak becus dalam menjaga Silvya. Bill mungkin jauh lebih baik.Ia bahkan bisa menyelamatkan Silvya dari nafsu bejat Rey walaupun akhirnya Bill jadi kecipratan menikmati tubuh Silvya.Silvya menatap Jim dan dengan perlahan ia menarik tangannya dari genggaman Bill."Jim ? Apakah kamu yang membawaku ke rumah sakit?" Silvya lupa beberapa moment yang terjadi tadi pagi."Iya, Silvya. Aku harap kamu segera pulih ya?" Jim berkata
Hari itu, Jim sudah tidak kembali lagi ke rumah sakit lalu ia mulai mengurus surat cerainya. Ia mengalihkan alamat surat menyurat Silvya ke rumah Bill. Karena Silvya sudah tidak mungkin lagi tinggal bersamanya.Sementara itu, hati Silvya mulai tidak tenang ketika menyadari bahwa Jim sudah tidak datang lagi. Bahkan setelah pembicaraannya dua hari lalu, Jim kembali menghilang dan tidak memberi kabar apapun. Yang selalu ada di sisinya hanyalah Bill.Perhatian yang Bill berikan tidak bisa membuat perasaan Silvya lebih baik. Senyuman palsu selalu tersungging di bibir Silvya demi menjaga perasaan Bill."Silvya, I will take care of the hospital discharge process, please wait here," ucap Bill."Okay, Bill!" Silvya tersenyum dan duduk manis di atas ranjang rumah sakit.Bill menggenggam tangan Silvya sebelum ia pergi meninggalkan Silvya.Sepeninggal Bill, Silvya segera bersiap da
Maureen terdiam. Jim mengganti passcode-nya sehingga Silvya tidak bisa masuk ke apartemennya. Apakah kondisi rumah tangga Silvya sudah separah ini?"Baiklah, nanti aku akan bicarakan hal ini dengan Cruise. Sudah, kamu tidak perlu sedih." Maureen mengelus pindah Silvya.Pesanan mereka datang. Keduanya menyantap makanan dalam diam. Pikiran Maureen masih diliputi pemikiran tentang masalah yang mungkin dihadapi oleh Silvya.Setelah makan siang, Maureen ingin mengajak Silvya untuk tinggal di rumahnya, namun Silvya menolak. Ia tidak enak jika harus tinggal serumah dengan Chris dan Maureen. Bagaimanapun ia masih memiliki perasaan dengan Chris. Dan untuk tinggal bersama, jelas itu tidak bagus."Aku turun sini saja, Maureen!" pinta Silvya."Lho! Terus kamu mau tinggal di mana?" Maureen menatap Silvya dengan khawatir.Silvya jadi terdiam."Begini saja, Silvya. Unt
Silvya duduk di lobby menunggu Jim datang. Ia menghitung uang yang ada di genggaman lalu menghitungnya. Ternyata Maureen memberi uang sebanyak dua juta rupiah dan ia tidak memiliki dompet untuk menyimpan, jadi ia pun kembali menggenggamnya.Sebuah mobil sport berwarna merah menyala memasuki halaman kantor Chris. Dan Silvya langsung berdiri lalu keluar.Mobil Jim berhenti di depan lobby. Dan ia langsung turun untuk menghampiri Silvya lalu menggandengnya masuk ke dalam mobil."Mana barangku, Jim?" tanya Silvya to the point ketika melihat mobil Jim kosong."Kita pulang terlebih dahulu, Sayang," ujar Jim tanpa menatap Silvya.Silvya diam dan tidak membantah. Mobil Jim dengan cepat membelah jalan raya menuju apartemennya.Sesampainya di apartemen, Silvya segera masuk ke kamar dan ia melihat barangnya sama sekali belum tersentuh. Ia memutuskan untuk mengemasi barangn
Sepanjang perjalanan itu, Silvya terisak dan memohon belas kasihan dari suaminya. Tapi Jim sama sekali tidak menghiraukan tangisan Silvya. Ia dengan serius menatap jalanan sampai mobilnya berhenti di sebuah rumah megah yang berpagar besi.Jim menunjukkan wajahnya di sebuah kamera lalu pintu besi itu terbuka dengan sendirinya.Silvya menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil terus menangis. Ia lagi-lagi merasa dibodohi. Kenapa ia begitu percaya dengan semua ucapan Jim? Bukankah selama ini Jim selalu membohonginya? Dan ia dengan bodohnya selalu percaya lagi dan lagi ...!"Jim, aku mohon! Ceraikan aku saja, tapi tidak perlu mengirimku ke rumah ini ..." Silvya kembali memohon sambil menangis.Mobil Jim berhenti di halaman rumah Bill dan Jim membuka kedua pintu mobil sport itu secara otomatis ke arah atas."Turunlah, Sayang." Jim berkata setelah sekian lama diam.Tapi Silvya mengge