"Aku tidak mau memperlihatkan lekuk tubuhku pada bodyguard sialan aku itu! Tidak bisakah aku menikmati waktuku sendiri tanpa keberadaanya?" elak Laura sambil menatap galak Rendra."Rendra, kau menjauhlah saat Laura ingin berenang! Dan pastikan, tidak ada satupun orang yang memasuki area ini!" perintah Erlan pada Rendra.Setelah mengangguk mengerti, Erlan pun meninggalkan mereka.Namun ternyata hal itu menjadi boomerang untuk Laura. Karena Erlan memiliki rencana lain untuknya di kolam renang itu."Tanggalkan pakaianmu sekarang!"Apakah Erlan akan mengajaknya bercinta di sana? Di kolam renang? Tidak mungkin kan?Jangankan di tempat dimana orang lain dapat melihat mereka, di kamar yang lebih private pun Laura tidak akan mau melayani hasrat Erlan lagi.“Jangan gila kamu!” sungut Laura sebelum berenang menuju handrailing pool. Lebih baik ia menyudahi renangnya, dan bergegas menjauh dari suaminya itu.Tapi baru saja kaki Laura menginjak tangga ketiga, Erlan sudah menariknya naik dengan kasa
Pagi harinya, langkah Laura menuju ruang makan dihadang Rendra, tatapan pria itu tak terbaca saat menyarankan,"Sebaiknya anda jangan ke ruang makan, Bu Laura. Kalau anda lapar, saya bisa mengambilkan makanan untuk anda."Laura melipat kedua tangannya di depan dadanya, "Apa ada alasan untuk ini?" tanyanya dengan ketus.Rendra baru akan menjawab ketika terdengar kikikan nyaring seorang wanita, disusul dengan gelak tawa Erlan. Laura paham betul dengan apa yang tengah terjadi di ruang makan keluarganya itu, ia pun tersenyum sinis karenanya,"Hanya karena itu?"Tidak mendapatkan respon dari Rendra, Laura mendorong pria itu ke samping dan melewatinya begitu saja. Tapi lagi-lagi langkahnya terhenti saat Rendra menahan lengannya,"Jangan buat keributan, Bu Laura. Jangan membuat Tuan Erlan murka lagi," cegahnya, dan Laura langsung menghentak lepas tangannya sebelum mendaratkan tamparan kerasnya di pipi Rendra,"Berani kamu menyentuh saya!" geramnya, Rendra sedikit membungkuk saat mengucapk
"Bisa tinggalkan saya sendiri?" pinta Laura pada Rendra.Wanita itu baru bersuara setelah lebih dari satu jam mereka menyusuri tepian pantai dalam keheningan. Hanya suara riuh dari pengunjung lain dan deburan ombak saja yang mengisi keheningan di antara mereka itu."Maaf, saya tidak bisa, Bu Laura. Tuan Erlan menegaskan saya untuk tidak meninggalkan anda dalam kondisi apapun."Lebih tepatnya, Rendra tidak akan membiarkan Laura yang tengah terluka itu sendirian. Ia takut Laura akan memilih cara ekstrim untuk melarikan diri dari Erlan."Saya hanya menyusuri pantai ini saja, Rendra. Saya tidak akan kabur!""BIar saya temani anda, saya tidak akan bersuara jika anda tidak bicara pada saya."Dengan wajah ketusnya, Laura berpaling ke arah lautan lepas, ia membiarkan begitu saja angin pantai merusak tatanan rambut cantiknya.Nampaknya Rendra sulit untuk diajak bekerjasama. Pupus sudah harapan Laura yang berniat mencuri waktu untuk bertemu dengan Chintya, wanita yang akan ia pekerjakan sebagai
Sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya, Laura terus mengarahkan perhatiannya pada padatnya arus lalu-lintas sore itu. Sesekali ia menghela napas panjang saat teringat pada diskusinya dengan pengacara perceraiannya pagi tadi yang benar-benar telah mengacaukan kepercayaan dirinya.Perceraian ternyata tidak semudah seperti yang selama ini ia pikirkan. Menghadapi Erlan dan pengacara hebatnya itu butuh perhitungan yang sangat matang. Jangan sampai bukti-bukti yang telah mereka miliki menjadi senjata mematikan untuk mereka sendiri. Mereka harus memastikan tidak ada cela pada bukti yang mereka miliki yang akan digunakan pengacara Erlan untuk menyerang balik mereka.Laura tersentak kaget dari lamunannya saat pintu tiba-tiba terbuka bersamaan dengan suara raungan Erlan yang terdengar nyaring di ruang kerjanya saat pria itu menerobos masuk,"Apa kamu yang meminta sekretaris bodohmu itu melarangku masuk?""Maaf, Bu Laura. Pak Erlan bersikeras ingin bertemu dengan anda, saya tidak dapat
"Kamu yang jahat! Kamu yang tidak bisa membujuk keluargamu untuk membatalkan perjodohan kita!" sangkal Laura. Saat itu, baik Erlan maupun Laura, mereka telah sama-sama memiliki kekasih. Mereka telah sama-sama menyakiti perasaan kekasih mereka dengan pernikahan kilat itu."Kamu yang salah, Sayang. Kamu wanita dan kamu tidak memanfaatkan hal itu!""Wanita? Apa hubungannya dengan perjodohan itu?""Sebagai seorang wanita, kamu bisa melakukan hal ekstrim untuk mencegah pernikahan kita. Berpura-pura hamil misalnya.""Aku tidak akan melakukan hal hina seperti itu! Kenapa bukan kamu saja yang mengaku telah menghamili Tiara? Bukankah saat itu Tiara memang sedang hamil?"Diingatkan dengan kehamilan Tiara membuat Erlan semakin marah. Jemarinya yang awalnya mengusap lembut pipi Laura kini beralih ke lehernya untuk mencekiknya lagi,"Kamu yang telah menyebabkan Tiara keguguran! Kamu yang menyebabkan Tiara membenciku! Aku sangat membencimu untuk itu!""Kenapa kamu selalu menyalahkanku untuk itu? Bu
Dalam sekejap mata, Erlan sudah membuat Laura berada di atas meja kerjanya, tanpa mempedulikan lagi punggung Laura yang sakit akibat terkena lampu meja yang langsung terjatuh ke lantai dan pecah menjadi beberapa bagian.Dengan sekuat tenaga Laura mencoba melepaskan diri dari Erlan, meski ia tahu Erlan yang sudah seperti kesetanan itu tidak akan melepaskannya sebelum apa yang Erlan inginkan tercapai, dalam hal ini menyetubuhi Laura.Karena jika Erlan memang sangat menginginkannya, maka pria itu akan selalu mendapatkannya, seperti sebelum-sebelumnya. Dan pada akhirnya, Laura hanya dapat merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya, terutama di area pribadinya.Membayangkan akhirnya akan seperti apa, Laura semakin keras berontak, namun semakin keras juga Erlan menahannya di atas meja, hingga Laura tidak dapat bergerak sedikitpun, bahkan untuk menggerakkan kakinya sekalipun."Aku menginginkanmu sekarang! Hari ini masa suburmu kan? Itu bagus supaya segera hadir buah hati kita ke dunia ini.""Le
Alih-alih Laura berhasil mempekerjakan bodyguard untuk dirinya sendiri, Erlan malah telah lebih dulu menugaskan salah satu bodyguardnya untuk mengawasi Laura. Yang langsung diperkenalkan pada Laura sesaat setelah ia memasuki halaman rumah.“Dia istri saya, Laura. Kau harus menjaganya dengan nyawamu sendiri. Jika hal buruk terjadi padanya, atau dia terlepas dari pengawasanmu, maka kau akan mendapatkan kehidupanmu layaknya seperti di dalam neraka!” tegas Erlan.“Apa-apaan ini, Lan?’ tanya Laura setelah berdiri di samping Erlan. Tatapan menyelidiknya terus tertuju pada sosok pria tinggi besar yang baru sekali itu ia temui.“Dia Rendra, bodyguard yang aku tugaskan untuk menjagamu. Ah maaf, lebih tepatnya untuk mengawasimu!” jawab Erlan dengan sinis.Detik itu juga Laura menyadari kalau Rendra akan menjadi mata dan telinga untuk Erlan. Pria itu akan memberitahukan Erlan apapun yang ia lihat dan juga dengar. Tentu saja Laura menolak keras ide suaminya itu,“Itu tidak perlu, Lan. Apa kamu be
"Aku hanya bertemu dengan Vanya dan Naira, kenapa pria itu harus ikut?" tanya Laura sambil meletakkan sendok yang tengah ia pegang dengan kasar di atas piring makannya. "Apa aku harus mengulang semua yang sudah aku jelaskan padamu kemarin, Laura?" Dengan santainya Erlan malah balik bertanya sambil memasukkan makanannya ke dalam mulutnya. "Tidak ada yang perlu kamu takutkan, Lan! Memangnya apa yang bisa dilakukan Vanya dan Naira selain hanya mendengarkan keluh kesahku saja?" "Mereka bisa bersaksi dipengadilan nanti untuk melawanku." "Kalaupun aku berhasil mengajukan perceraian kita ke pengadilan, aku tidak akan melibatkan Vanya dan Naira!" tegas Laura. Erlan meraih serbet makannya untuk membersihkan mulutnya. Sementara matanya tetap terarah pada Laura yang pagi itu terlihat sangat cantik seperti biasanya. Banyak rekan bisnis Erlan yang iri padanya karena keberuntungannya mendapatkan istri secantik dan seseksi Laura. Mereka tidak tahu kalau dibalik wajah cantik itu terdapat jiwa y