-Ketika rasa sedikit demi sedikit mulai disadari, disitulah ujian dimulai-
Ziya dan Nanda makan siang di sebuah warung makan Malioboro. Setelah dari museum, mereka pergi ke Malioboro dan diberi waktu sekitar tiga jam untuk bermain-main. Nanda yang seorang pecinta kuliner mengajak Ziya untuk berburu makanan di sepanjang Malioboro.
Ziya mengikuti saja, ia juga ingin membeli banyak hal yang bisa dibawa untuk oleh-oleh. Ia ingin membeli lumpia dan bakpia nanti ketika mau pulang. Saat ini mereka menikmati sepiring gudheg lengkap dengan tempe goreng serta es teh.
Dari dulu memang Ziya ingin sekali pergi ke Jogja, terutama naik kereta api. Ia sering melihat postingan-postingan di media sosial mengenai keindahan dan keragaman kuliner Jogja. Baru saat ini ia bisa menikmatinya bersama sahabatnya.
“Zee, tadi aku lihat banyak banget foto kamu di kameranya Regar.” Ziya hampir tersedak mendengarnya.
“Gabut aja kali tuh orang, aku kan juga orangnya fotogenik,” balas Ziya sekenanya. Padahal jantungnya sudah berdegup sangat kencang.
“Ih tadi aku udah kirim semua foto kamu dan foto kita ke hp aku hehehe, nih liat,” kata Nanda sambil menyodorkan ponselnya pada Ziya.
“Gercep banget deh,” tak urung Ziya mengambil ponsel Nanda juga. Ia melihat-lihat dan memang benar, ada beberapa potret dirinya berlatar belakang pantai, bahkan potret dirinya di dalam bus pun ada. “Kok serem sih, kek penguntit ini bocah,” ucap Ziya. Nanda menggaruk kepalanya yang tak gatal.
“Iya juga ya, ih tapi kalian kan sahabatan, suka juga kan kamu difotoin kaya gitu, lumayan tau, kayanya Regar suka deh sama kamu.” Ziya memutar bola matanya malas. Tidak mungkin sekali pikirnya.
“Ya udah kirim deh foto-fotonya, mau aku kirim ke Bunda.” Nanda tersenyum lalu mengirimkan semua foto yang terdapat gambar diri Ziya ke ponsel sahabatnya itu.
“Abis ini mau kemana?” Ziya berpikir sambil menggulirkan layar ponselnya dan menemukan beberapa pesan dari adiknya.
“Beli kaos Jogja, ini adikku nitip banyak banget.” Nanda mengangguk, ia juga ingin membeli beberapa kaos untuk dipakainya sendiri.
Setelah selesai makan, Ziya dan Nanda keluar dari warung sambil tertawa-tawa. Tak jauh dari tempat mereka, Ziya melihat Regar duduk sendiri sambil mengusap rambutnya frustasi.
“Zee, aku ke toilet dulu ya, kamu mau ikut atau nunggu sini?” tanya Nanda. Ziya berpikir sejenak.
“Aku nunggu di tempat Regar sana ya,” Nanda tersenyum yang langsung didorong lengannya oleh Ziya. Ia lalu meninggalkan Ziya sambil tertawa.
Ziya menghampiri Regar. Ia sebenarnya malas, tapi daripada menunggu sendirian di depan warung tadi. Ia juga sedikit penasaran mengapa Regar terlihat marah dan frustasi.
“Ngapain mas sendirian di bawah pohon? Kesambet ntar,” celetuk Ziya yang sudah duduk di kursi depan tempat Regar duduk. Regar tergagap lalu mengangkat kepalanya melihat kearah Ziya.
“Eh Zee, udah makan?” tanya Regar. Ziya mengangguk sebagai jawaban. Ia lalu mengeluarkan ponselnya yang bergetar. Pesan adiknya kembali masuk melalui nomor ibunya. Adiknya itu terlalu takut kalau apa yang diinginkannya lupa dibelikan oleh Ziya.
“Selamat sore kakak ganteng, kami dari mahasiswa Universitas X sedang menggencarkan kampanye Peduli Remaja, ini mohon diterima ya,” ucap seorang perempuan pada Regar sambil memberikan setangkai bunga mawar merah. Regar tersenyum sambil berterimakasih. Ia lalu melihat-lihat bunga tersebut yang ternyata ada catatan kecilnya.
“Woylah emang tampangku ada tampang-tampang calon pemakai apa yak,” Ziya memandang Regar yang sibuk mendumal perkara bunga.
“Kenapa sih?” tanyanya.
“Liat, masa aku dikasih bunga tulisannya, ayo jauhi narkoba.” Ziya tertawa mendengarnya. Namanya juga kampanye peduli remaja. Tapi memang aneh sih, ada beberapa orang yang duduk di sekitar mereka, yang diberi bunga tersebut hanyalah Regar.
“Ya udah lumayan kan buat kenang-kenangan, buat pengingat juga kalau kita gak boleh deket-deket sama barang haram itu.” Regar mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia mengerti, tetapi masih kesal juga.
“Nih buat kamu.” Ziya mendelik. Regar yang sadar akan hal itu lalu melepas catatan yang ada pada bunga tersebut. “Nih udah aku lepas, ini biar aku simpen sebagai pengingat seperti katamu, bunganya kamu yang simpen, ya kali aku cowok bawa-bawa bunga,” Ziya dengan ragu menerimanya.
Nanda yang baru selesai dari toilet menghampiri mereka sambil sesekali mengejek sahabatnya yang membawa-bawa bunga mawar. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang melihat mereka sedari tadi.
***
Saat perjalanan pulang, Ziya melihat-lihat foto yang tadi dikirim Nanda. Setelah diamati, ternyata kemampuan fotografi milik Regar memang sudah seperti profesional. Ia tersenyum dan berpikir untuk berterimakasih pada Regar, tetapi ia malu.
Ketika hendak memejamkan matanya, Ziya merasakan ponselnya bergetar pertanda ada pesan masuk. Ia melihat nama Regar tertera pada layar ponselnya.
Regar : Zee, maaf ya, foto-foto kita tadi kehapus dari kameraku, tadi dihapus sama temen-temennya Yumna. Padahal aku belum punya salinannya trus udah susah payah banget ngajakin kamu foto juga.
Ziya terkejut membaca pesan tersebut. Apa yang sebenarnya terjadi? Katanya Yumna sudah memiliki pacar yang levelnya lebih tinggi dari Regar. Tapi mengapa seolah Yumna sangat menyukai Regar sampai tidak menyukai kedekatannya dengan Regar? Ziya segera mengirimkan pesan pada Nanda.
Nan, jangan bilang sama Regar kalau kita udah punya foto-foto yang tadi, foto-foto di kamera Regar dihapus sama temen-temennya Yumna.
Ziya menyadari jika perlakuan Regar padanya sedikit berbeda. Ia tidak mau jika harus terjebak lagi setelah bagaimana usahanya sampai saat ini untuk melupakan perasaannya pada Regar.
Nanda : otw illfeel sama mereka. Segitunya banget ya ampun. Oke aku gak bakalan upload-upload foto kita yang pake kamera Regar.
Ziya lalu menyimpan ponselnya tanpa membalas pesan Regar dan Nanda. Ia merasa jika hari-harinya setelah ini akan terasa berat. Ia sadar jika keberadaannya di sekitar Regar tidak disukai oleh Yumna dan teman-temannya. Ziya tidak mau membuang waktu untuk berurusan dengan mereka.
-Seseorang akan menjadi istimewa di mata orang yang mengaguminya-Kehidupan sekolah memanglah hal yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Bukan, bukan mata pelajaran dan segala tugas-tugasnya yang menyenangkan. Melainkan suasananya.Terkadang banyak anak yang lebih memilih sekolah, akan tetapi jam kosong, daripada libur. Setidaknya ketika jam kosong di sekolah masih bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman. Beda kalau libur, belum tentu boleh main ke luar.Mungkin dahulu, Ziya tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Mau itu sekolah ataupun libur, sama saja baginya. Karena dulu ia tidak memiliki teman dekat untuk sekedar diajak pergi menghabiskan waktu.Tetapi kini, kehadiran Nanda dan Regar membuatnya lebih semangat menjalani hari-hari di sekolah. Terlebih lagi kini mereka sekelas.“Jadi anak-anak, karena kelas kita ini adalah kelas paling unggul, jadi
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Jika mengenalmu adalah sebuah kesalahan, sejujurnya aku tidak akan pernah menyesal-Setiap kenyataan tidak akan selalu mulus seperti yang diharapkan. Terkadang begitu indah kita berharap, tetapi seketika hancur karena kenyataan yang tak sejalan.Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester selama dua minggu. Ziya sampai di sekolah tidak bisa tergolong pagi. Ia melihat beberapa temannya yang anggota OSIS sedang sibuk menjadi panitia orientasi.Ziya mengamati adik-adik kelas barunya. Setahun yang lalu ia juga merasakan hal seperti itu. Ya, sudah setahun. Ziya tersenyum lalu berjalan menuju papan pengumuman yang berada di depan ruang guru.Setiap kenaikan kelas, kelas akan diacak kembali menurut nilai yang didapat oleh masing-masing murid. Jika anak IPA maka yang nilainya bagus-bagus akan berkumpul di kelas IPA 1 dan seterusnya. Begitupun untuk IPS.
-Aku tak pernah mengharap hal yang besar sebelumnya, tapi bolehkah jika aku berharap kelak akan selalu melihat senyum indahmu selamanya?-Liburan semester memang hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pelajar. Waktu yang cukup baik digunakan untuk melepas penat, bercengkerama bersama keluarga, atau untuk sekedar menyenangkan diri sendiri.Tetapi tidak dengan Ziya yang cukup merasa bosan karena justru ditinggal ayahnya ke luar kota. Ibunya ikut sibuk mengurusi acara pernikahan anak tetangga. Sementara dirinya hanya di rumah sendiri karena sudah pasti adiknya akan menghabiskan waktu bermain dengan teman-temannya.Nanda dan keluarganya sibuk mengurus kepindahan Farhan yang akan berkuliah di Jogja. Tidak mungkin sekali ia akan mengajak Regar untuk pergi main. Ya kali hanya berdua, pasti ia akan mendengar banyak gunjingan.Karena sudah cukup lama Ziya hanya tinggal di rumah saja, ia memutusk
-Ketika rasa sedikit demi sedikit mulai disadari, disitulah ujian dimulai-Ziya dan Nanda makan siang di sebuah warung makan Malioboro. Setelah dari museum, mereka pergi ke Malioboro dan diberi waktu sekitar tiga jam untuk bermain-main. Nanda yang seorang pecinta kuliner mengajak Ziya untuk berburu makanan di sepanjang Malioboro.Ziya mengikuti saja, ia juga ingin membeli banyak hal yang bisa dibawa untuk oleh-oleh. Ia ingin membeli lumpia dan bakpia nanti ketika mau pulang. Saat ini mereka menikmati sepiring gudheg lengkap dengan tempe goreng serta es teh.Dari dulu memang Ziya ingin sekali pergi ke Jogja, terutama naik kereta api. Ia sering melihat postingan-postingan di media sosial mengenai keindahan dan keragaman kuliner Jogja. Baru saat ini ia bisa menikmatinya bersama sahabatnya.“Zee, tadi aku lihat banyak banget foto kamu di kameranya Regar.” Ziya hampir tersedak mendeng
-Aku sudah sering merasakannya, jadi tidak salah lagi, ini adalah cinta-Tujuan pertama study tour adalah salah satu pantai terkenal di Jogja. Ziya sangatlah menyukai pantai, tetapi hari ini ia berpikir ulang untuk menyukainya. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang terdiri dari tugas kimia, fisika, biologi, untuk melakukan pengamatan pantai. Tugas anak IPS berbeda dengan anak IPA, anak IPS disuruh untuk mengamati kegiatan ekonomi di sekitar pantai beserta mitos dan sejarah pantai tersebut.Banyak murid-murid yang mengeluh. Pantainya terlalu indah untuk diabaikan demi mengerjakan tugas. Ziya menghela napasnya malas. Nanda menghampirinya mengajak mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Tugas tersebut memang bukanlah tugas kelompok, jadi bisa dikerjakan dengan siapa saja.Ketika sedang asyik mengamati kepiting yang sedang menggali membuat lubang di pasir, ada topi pantai yang mendarat