Share

8

-Aku sudah sering merasakannya, jadi tidak salah lagi, ini adalah cinta-

Tujuan pertama study tour adalah salah satu pantai terkenal di Jogja. Ziya sangatlah menyukai pantai, tetapi hari ini ia berpikir ulang untuk menyukainya. Di tangannya terdapat beberapa lembar kertas yang terdiri dari tugas kimia, fisika, biologi, untuk melakukan pengamatan pantai. Tugas anak IPS berbeda dengan anak IPA, anak IPS disuruh untuk mengamati kegiatan ekonomi di sekitar pantai beserta mitos dan sejarah pantai tersebut.

Banyak murid-murid yang mengeluh. Pantainya terlalu indah untuk diabaikan demi mengerjakan tugas. Ziya menghela napasnya malas. Nanda menghampirinya mengajak mengerjakan tugas tersebut bersama-sama. Tugas tersebut memang bukanlah tugas kelompok, jadi bisa dikerjakan dengan siapa saja.

Ketika sedang asyik mengamati kepiting yang sedang menggali membuat lubang di pasir, ada topi pantai yang mendarat di kepala Ziya. Ziya menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa yang melakukannya. Ternyata Regar yang kini sedang berdiri di sampingnya sambil tersenyum manis. Ziya mengamati sekeliling mencari Nanda tetapi tidak ada.

“Nanda lagi beli es kelapa muda tadi, apa kamu gak kepanasan?” Ziya hendak melepas topi yang dipakainya tetapi ditahan oleh Regar. “Pakai aja, takutnya nanti orangtua kamu pangling pas pulang gara-gara anaknya gosong di pantai.” Ziya menghela napas pasrah. Ia memang kepanasan daritadi tapi ditahannya.

“Ini tadi kamu beli?” Regar tertawa mendengar pertanyaan Ziya.

“Ya belilah, masa nyolong di pantai terbuka gini.” Ziya bersungut-sungut mendengarnya. Ia lalu membuka sling bagnya dan mengeluarkan dompet.

“Berapa harganya? Biar aku ganti.” Regar terkesiap. Ia tidak menyangka Ziya berpikir begitu. Ia ikhlas membelinya untuk Ziya.

“Apaan sih topi doang, duitnya buat beliin aku es kelapa muda aja nanti.” kata Regar sambil merebut dompet di tangan Ziya lalu memasukkannya lagi ke tas milik Ziya.

“Udah gak usah, ayo tak ajak ke tikar sana, istirahat bentar Zee, ayo Regar ikut juga, udah aku beliin es kelapa muda buat kalian.” Nanda menarik tangan Ziya dan mengajak Regar. Ia memang sengaja membeli untuk Regar sekalian. Nanda menyindir Ziya sambil menepuk-nepuk topinya. Ia memang sudah persiapan membawa topi dari rumah, tidak seperti Ziya yang bahkan tidak kepikiran sama sekali untuk membawa topi. Ziya memutar bola matanya malas melihat tingkah sahabatnya itu.

***

Pantai memang selalu identik dengan es kelapa muda. Hal tersebut dilatarbelakangi dahulu banyak pohon kelapa tumbuh di sepanjang garis pantai. Selain itu, terik matahari yang bersinggungan langsung dengan pasir pantai membuat orang-orang yang berjalan di atas pasir merasakan dahaga yang lebih dari biasanya. Sehingga es kelapa muda menjadi salah satu jawaban paling efektif untuk meredakannya.

Setelah menghabiskan es kelapa muda utuh, Ziya, Nanda, dan Regar kembali untuk mengerjakan tugasnya. Sebenarnya tugas mereka tinggal sedikit lagi selesai, setelah itu ingin bermain-main di pantai karena waktu yang diberikan sekolah tinggal satu jam lagi. Setelah dari pantai, mereka akan pindah ke sebuah museum di Jogja.

“Sini kalian aku fotoin,” ucap Regar yang sedari tadi memang membawa kamera kemana-mana.

“Gak ah, jelek banget aku,” Ziya menolak karena ia malu difoto oleh laki-laki. Padahal biasanya kalau sama Nanda dimanapun dan kapanpun mereka akan berfoto ria.

“Tenang aja, sekarang udah jamannya edit foto kok, bisa dipercantik nanti,” Ziya mencibir.

“Kenapa sih kamu dukung banget kita buat foto-foto?” tanya Ziya sambil menulis jawaban untuk soal terakhirnya yang belum dikerjakan. Sementara Nanda menjadi penonton setia melihat pertengkaran dua muda mudi yang tampaknya tengah dimabuk asmara.

“Ya karena aku tahu itu yang kalian butuhi saat ini wahai para perempuan, background pantai, OOTD bagus, kurang apa lagi coba, udah ah, mumpung ada fotografer gratis juga,” paksa Regar sambil mendorong Nanda ke arah Ziya untuk mengambil pose. Nanda pasrah saja, begitupun dengan Ziya.

Mereka asyik berfoto-foto, tak jarang juga mereka berfoto bersama dengan meminta tolong teman lain untuk mengambil gambarnya. Dasar perempuan, bagaimanapun menolaknya tadi, kalau sudah berhadapan dengan  kamera secara langsung juga akan terus mengambil gaya seolah tiada habisnya.

“Sini gantian kalian berdua aku fotoin,” ujar Nanda sambil merebut kamera di tangan Regar. Regar tersenyum bangga karena kepekaan Nanda yang cukup tinggi. Sementara Ziya pasrah saja, toh jika ia menolak pasti masih akan terus dipaksa. Ia sudah cukup lelah untuk berdebat.

Nanda tersenyum melihat beberapa hasil jepretannya sambil mengirimkan hasilnya ke ponselnya. Menurut Nanda, sahabatnya itu sangat cocok apabila disandingkan dengan Regar. Sifatnya yang kalem bisa mengimbangi Regar yang cukup pecicilan. Tetapi ia tak bisa apa-apa selain mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya tersebut.

“Eh Nanda, sekalian fotoin aku sama Regar ya, Ziya bisa tolong minggir dulu?” ucap seseorang yang entah datang dari mana. Ziya menegang mendengarnya. Regar mengepalkan tangannya menahan amarah. Sementara Nanda sudah ingin melemparkan kamera yang dipegangnya pada orang yang menginterupsinya tadi. Yumna. Seseorang yang pernah disukai Regar, dan juga dewi dari SMA mereka.

“Wah, ada pangeran dan putri bersanding, mereka berdua sangat cocok.” Kasak-kusuk terdengar dari beberapa orang yang melintas di sekitar mereka. Nanda maju mendekati teman-teman Yumna yang tadi menemani Yumna.

“Nih kalian fotoin aja, aku mau lanjut ngerjain tugas,” ucap Nanda lalu menarik tangan Ziya menjauhi mereka. Regar memandang kepergian mereka dengan tatapan hampa dan amarah yang menumpuk pada Yumna dan teman-temannya. Regar merasa bahwa akhir-akhir ini Yumna sangat gencar mendekatinya. Padahal dahulu ia seperti sampah di mata Yumna.

“Ayo foto bareng dong kalian berdua, ya ampun cocok banget,” celetuk salah satu guru yang berada di dekat mereka. Regar hanya bisa pasrah karena banyak mata yang memperhatikan mereka. Setelah mendapatkan beberap gambar, Regar merebut kameranya dan berlari meninggalkan mereka untuk mencari Ziya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status