“Aku merubah penawaranku.” Ungkap Jeremy di depan pintu kamar Alle, pria itu telah menjadi tour guide yang baik malam ini, Alle menikmati keindahan pulau juga makanan-makanannya.
“Apa lagi, Jeremy? Aku tidak ingin kabur bersamamu.” Alle mendengus kesal, dua jam yang dihabiskan oleh keduanya membuat mereka bertambah akrab.
“Bukan, bagaimana jika kita bekerja sama menggagalkan kencan mereka. Aku akan mengganggu Vale dan membawanya jauh dari Earl, dan kau bisa menggunakan waktumu bersama Earl, kau harus lebih licik dari Vale jika ingin mendapatkan Earl, kau harus bisa memonopoli Earl dengan statusmu.” Jeremy bersemangat mengatakannya, membuat Alle tertawa, lalu mengulurkan tangannya pada Jeremy.
“Deal?”
“Deal.” Jeremy menyambut uluran tangan Alle dan berkata yakin.
“Selamat malam, besok pagi aku akan menculik Vale, dan kau lakukan bagianmu pada Earl.” Jeremy mengedipkan matanya genit dan mengacak gemas rambut Alle yang hanya terkekeh dan memukul ringan lengan pria itu.
Sekali lagi Earl hanya bisa mengepalkan tangannya melihat kejadian di depannya, sudah sejak dua jam yang lalu dirinya kembali, namun Alle belum pulang ke kamarnya, hingga akhirnya dia mengajak Vale untuk makan malam terlebih dahulu, lalu saat pulang dia sekali lagi melihat kedekatan Jeremy dengan Alle yang entah kenapa membuatnya emosi.
“Earl,” panggil Alle begitu menyadari kedatangan Earl. Membuat Earl tersenyum tipis, dengan langkah lebarnya mendekat pada pada Alle dan menggenggam tangan wanita itu dan mengajaknya masuk.
“Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana dengan Vale?” Tanya Alle bingung, karena dia pikir Earl tentu akan bersama Vale dan membiarkannya sendiri.
“Kenapa pertanyaanmu seolah-olah tidak menginginkanku? Atau kau ingin bermalam bersama pria lain?” Nada marah Earl membuat Alle hanya bisa mengernyit bingung, tidak mengerti kenapa pria itu terlihat marah padanya. Dia menanyakan hal yang wajar kan?
“Bukan begitu. Kupikir ... kau dan Vale memang akan menikmati waktu kalian di sini, aku ... aku yang akan menikmati waktuku sendiri di sini, karena ini bukan honeymoon seperti yang dikatakan Mommy.” Perkataan Alle seolah menjadi tamparan keras untuk Earl, membuat Earl memejamkan matanya saat rasa bersalah itu kembali menyelimutinya dan mengantarkan rasa sesak.
“Jangan berpikir seperti itu, Xa. Tentu saja ini akan tetap menjadi honeymoon kita. Seperti kesepakatan kita, permintaan pertamamu, jika kita akan berlaku layaknya suami istri, Vale, aku akan tetap berusaha menemaninya dan membuatnya bahagia, kau tidak perlu memikirkan tentang Vale.” Earl membelai rambutnya dengan tatapan lembut, namun tetap saja, ucapan pria itu berhasil melukainya sekali lagi, walaupun pria itu berjanji untuk menepati permintaannya, namun tetap saja, Vale akan selalu menjadi bayang-bayang menyakitkan untuknya.
“Apa aku bisa memegang ucapanmu? Jika ini akan tetap menjadi honeymoon kita? Aku tidak ingin ada Vale di dalamnya.” Alle menatapnya tegas, menuntut kepastian pada Earl yang hanya bisa memejamkan matanya.
“Ya, apapun yang kau inginkan, masalah Vale, biar aku yang mengurusnya.”
“Kau hanya akan berperan menjadi suami Allexa Aldene tanpa memikirkan wanita lain. Janji?” Tanya Alle membuat Earl mengangguk kaku, sekali lagi seolah kehilangan sosok Allexa yang ia kenal.
“Iya, Xa? Honeymoon seperti apa yang kau inginkan?” Tanya Earl membuat Alle tersenyum tipis.
“Besok, aku ingin menghabiskan waktu dua puluh empat jam bersamamu, tanpa ponsel dan apapun yang berhubungan dengan dunia luar. Hanya ada kita. Aku dan dirimu. Janji?” Alle mengacungkan jari kelingkingnya, membuat Earl tersenyum kecil dan mengacak gemas rambut Alle, menyambut pinky promise yang biasa dia lakukan bersama Alle saat sekolah dulu.
“Aku berjanji akan menuruti semua permintaan Allexa Aldene.” Earl mengucapkan kata keramat itu, membuat Alle tertawa lepas, janji yang selalu Earl ucapkan sejak mereka menjadi anak sekolah.
Tawa lepas Alle membuat Earl juga ikut tertawa, rasanya sudah lama tidak melihat All tertawa begitu lepas, membuat hatinya yang sejak tadi diselimuti emosi seketika menghangat dengan kebahagiaan yang tidak bisa ia ungkapkan, tanpa sadar, jika kebahagiaan hatinya tercipta begitu sederhana, karena tawa dari seorang Allexa Aldene. Wanita yang bertahun-tahun menjadi sahabatnya, sahabat yang tidak boleh ia cintai, karena jika dia mencintainya, maka dia akan kehilangan wanita itu. Tanpa sadar, jika sang hati telah berkhianat, namun Earl terus mengabaikan apa yang dia rasakan pada seorang sahabatnya yang kini menjadi istrinya.
***
Langit masih terlihat gelap, namun Alle terlihat sudah bangun, wanita itu menatap pada Earl yang masih tertidur lelap di ranjangnya. Dia lalu mengambil ponsel Earl, ada dua puluh panggilan tak terjawab dari Vale sejak semalam, juga puluhan chat dari gadis itu. Saat membaca pop up pesan itu membuat Alle tersenyum, ternyata Vale mencari Earl yang mengatakan akan tidur bersamanya, namun Earl justru menghilang. Tanpa ragu lagi, Alle menonaktifkan ponsel Earl, menyimpannya untuk dirinya sendiri lalu membuka balkon untuk menikmati suasana pantai di pagi hari yang dinginnya masih cukup mencekam.
Sebuah pesan masuk dari seseorang membuat Alle tersenyum, Jeremy mengatakan dia sudah mengurus Vale, hal itu membuat Alle tersenyum, biarlah dirinya menjadi egois kali ini, untuk kebaikan dirinya juga Earl.
Alle lalu memutuskan kembali ke kamar, membangunkan Earl untuk menikmati hari bersama pria itu.
“Earl, bangun. Aku ingin melihat sunrise.”
“Sebentar, Xa. Masih terlalu pagi.” Earl justru semakin mengeratkan selimutnya, membuat Alle mendecak kesal dan beranjak dari sana, membuat Earl langsung membuka matanya dan menarik lembut tangan Alle.
“Iya, iya, aku bangun. Ayo kita melihat sunrise.” Earl mengacak gemas rambut Alle, membuat Alle tersenyum senang dan menarik tangan pria itu untuk segera ke kamar mandi.
“Tidak ada ponsel untuk hari ini.” Ungkap Alle membuat Earl mendesah pasrah.
“Biarkan aku memakainya satu kali untuk menghubungi ...”
“Dan tidak ada orang lain selain kita.” Alle memutus ucapan Earl, membuat Earl mendecak kesal dan mengalah, mungkin Vale akan mencarinya dan marah besar padanya, tapi dia tidak bisa mengingkari janjinya pada Alle dan membuat wanita itu kecewa. Melihat wajah berseri-seri Alle saat dirinya membuka mata membuatnya ikut merasa senang dan bahagia.
***
Vale terbangun di tempat asing yang membuatnya langsung terkesiap waspada, wajahnya terlihat pias, menyadari jika dia tidak di kamarnya, lalu dia beranjak dari sana, melihat ke sekeliling untuk kembali memastikan, dan kenyataannya memang benar, dia tidak di cottage-nya.
‘Apakah Earl memberikan kejutan untukku karena sejak semalam dia tidak menjawab panggilanku?’ Vale menggumam dalam hati, memikirkan kemungkinan yang membuat hatinya sedikit tenang.
“Have you wake up, my lady?” Suara itu membuat Vale langsung membalikkan badannya, dan mendapati Jeremy yang tersenyum lebar ke arahnya.
“Brengsek! Apa yang kau lakukan?!” Vale berteriak marah, membuat Jeremy justru terkekeh semakin keras.
“Apa yang kulakukan? Tentu saja menghabiskan waktu yang panjang bersamamu, bukankah kau datang ke sini untuk menemuiku? Tentu aku harus menjamu dan melayanimu dengan baik. Seperti membawamu ke pulau di mana hanya ada aku dan dirimu, seperti saat ini.” Jeremy mendekat, berusaha membelai rambut Vale, namun Vale langsung menepisnya dan menatap benci pada Jeremy.
“Pulangkan aku ke pulau!” Teriak Vale marah, membuat Jeremy justru tertawa keras.
“Ini di pulau sayang, pulau indah di mana kita akan merajut kisah cinta kita. Hanya ada aku dan dirimu, dan tidak ada yang bisa kau lakukan untuk kabur dari sini, karena aku yang memegang kendali. Satu-satunya yang bisa membawamu kembali ke pulau Addison dengan kapal feri itu, tapi tentu hanya aku yang bisa mengemudikannya, kau tidak akan bisa melakukan apapun. Jadi, mari nikmati waktu kita saja sayang, aku tidak akan mengecewakanmu.” Jeremy langsung mengecup pipi Vale dan mendapat hadiah tamparan keras dari wanita itu.
“Menurutlah, maka aku akan memberikan kenangan indah selama satu minggu ke depan. Bukankah rencanamu memang akan satu minggu di sini?” Jeremy menaik turunkan alisnya dengan tatapan menggoda, membuat Vale semakin kesal dibuatnya. Wanita itu mendorong bahu Jeremy dengan kuat dan meninggalkan pria itu yang tertawa puas berhasil memonopoli Vale untuk satu minggu ke depan.
Alle yang tengah sibuk memasang tripod juga kameranya membuat Earl mengernyit, keduanya baru saja menaiki tebing yang tidak terlalu tinggi untuk mendapatkan spot terbaik menunggu matahari terbit dari timur.“Apa yang kau lakukan, Xa?” Tanya Earl membuat Alle hanya tersenyum dan menarik pria itu untuk duduk berdampingan dengannya.“Aku hanya ingin mengabadikan momen indah di sini.” Bersamamu. Batin Alle membuat Earl hanya tersenyum, membiarkan saat Alle menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu pria itu.“Lihatlah, mahatarinya telah muncul.” Ungkap Alle antusias, membuat Earl tertawa dan mengacak gemas rambut wanita itu. “Ya Tuhan, indah sekali.” Alle dibuat takjub dengan keindahan itu, membuat Earl menikmati setiap ekspresi Alle yang terlihat lebih cantik karena cahaya senja yang menyinari paras jelita itu.“Kenapa kau terlihat lebih cantik, heum?” Tanya Earl menggoda Alle, membuat Alle tertawa dengan rona merah di wajahnya dan memukul bahu Earl ringan.Lalu, saat matahari telah na
Wajah Alle yang berseri-seri saat menikmati sarapannya membuat Earl tersenyum, tidak ingin menyia-nyiakan momen itu, dia mengambil kamera miliknya dan memotret Alle yang terlihat begitu bahagia, menikmati sarapan dengan berlatar pantai dan matahari pagi yang cahayanya masih bersahabat.“Xa?” Panggil Earl membuat Alle mengalihkan tatapannya, menatap Earl dengan senyum bahagianya.“Ada apa? Aku ingin mengambil banyak gambar setelah ini, sore kita snorkling? Bagaimana?” Tanya Alle membuat Earl hanya mengangguk, mengiyakan apa yang diinginkan oleh Alle.“Hanya snorkling? Kau tidak ingin mencoba bermain jet sky bersamaku? Atau memancing hiu di laut?” Earl mendekatkan wajahnya, membuat raut wajah Alle berbinar seketika dengan penawaran Earl yang tidak ia pikirkan sebelumnya.“Okay. Setelah ini kita memancing hiu dan kau harus membawaku mengelilingi pantai ini dengan jet sky.” Alle reflek menggenggam erat tangan Earl, meminta pria itu berjanji untuk mengajaknya melakukan semua hal menyenangk
Pria itu mengulum senyum, bersandar pada dinding kayu melihat wanita yang dicintainya baru saja keluar dari kamar mandi masih mengenakan bathrobe-nya.“Harummu membuatku ingin mengurungmu seharian di ranjang, sayang.” Jeremy menggoda Vale yang baru saja keluar dari kamar mandi masih dengan wajah kesalnya, dirinya harus terjebak di sebuah pulau bersama pria yang terobsesi padanya. Benar-benar menjengkelkan.“Brengsek!! Pulangkan aku dan kembalikan ponselku!!” Vale berteriak keras, memukul perut Jeremy yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.“Akulah rumah tempatmu pulang, Valeria.” Jeremy berujar lembut, masih memeluk Vale dari belakang dan mengecup puncak kepala wanita itu dengan sayang.“Brengsek!! Dasar gila!! Aku membencimu!!” Vale masih berusaha lepas dari pelukan Jeremy.“Aku juga mencintaimu, sayang.” Jeremy berhasil mencuri ciuman dari Vale dan tertawa senang, sedang Vale semakin berteriak kesal, berhasil lepas dari kungkungan Jeremy dan menyikut perut pria itu dengan kuat
Laut di pulau itu memang terkenal akan keindahannya, Earl yang sudah sering mengunjungi pulau untuk melepas penat rasanya sudah bosan dengan kegiatan snorkling seperti sekarang. Namun, saat bersama Alle, dia merasa, kegiatan snorkling yang sudah biasa untuknya, kini menjadi luar biasa, wajah antusias Alle saat melihat banyaknya ikan-ikan kecil penuh warna di antara terumbu karang yang indah tentu membuat Earl tersenyum, mengabadikan momen itu dengan kamerenya lagi dan lagi. Alle lalu menatapnya, berpose dan meminta Earl memotretnya. Earl yang mengerti maksud wanita itu hanya mengangguk dan tersenyum, mengarahkan kameranya pada Alle dan memotret wanita itu dalam berbagai gaya.Alle mengacungkan jempolnya tanda ucapan terima kasih pada Earl, dia akan meminta semua foto itu pada Earl nanti, lalu wanita itu kembali menjelajah lebih jauh, menjangkau tempat-tempat yang terlihat indah sepanjang mata memandang keindahan bawah laut itu.Earl yang melihat hal itu berusaha mengejar Alle, mengimb
Paginya kembali datang, pagi yang sama dan penuh kebahagiaan bagi Alle, melihat wajah lelap Earl yang menenangkan. Dirinya dan Earl baru saja pulang dari Pulau Addison itu kemarin, satu minggu yang ia habiskan setelah Jeremy menjauhkan Vale dari Earl benar-benar membuatnya bahagia. Dirinya memiliki banyak waktu indah bersama Earl di sana. Rasanya, bulan madu yang ia bayangkan akan menjadi neraka benar-benar tidak terwujud berkat pertolongan Jeremy, dan mungkin dia harus menemui Jeremy dan memberikan sesuatu untuk pria itu, atau kembali menyusun bisnis kotor untuk memisahkan Earl dan Vale.Mengetahui pikiran jahatnya membuat Alle mendesah, menatap sendu pada Earl. Sesungguhnya dia merasa bersalah telah membiarkan Vale bersama Jeremy walau dia tau Jeremy tidak akan melakukan sesuatu yang membahagiakan, tapi jika dia tetap membiarkan hubungan terlarang itu berlanjut dan tidak melakukan apapun, dia juga merasa berdosa. Biarlah dia menjadi pemeran antagonis dalam hidup Vale yang berusaha m
Jeremy berteriak lepas begitu kembali menginjakkan kakinya di Hamburg, tanpa ragu pria itu langsung merangkul bahu Vale, membuat Vale langsung berteriak dan menyikut perut Jeremy dengan keras, menunjukkan tatapan penuh kebencian pada Jeremy yang hanya menunjukkan senyum lebarnya.“Brengsek!! Kembalikan ponselku!!” Teriak Vale memukul Jeremy kuat-kuat, masih berusaha meminta ponselnya yang selama seminggu ini dimonopoli oleh Jeremy.“Aku menjaganya dengan baik, kau tidak perlu khawatir, seharusnya kau berterima kasih, karena aku mengajakmu berlibur di tempat-tempat menyenangkan, jangan lupakan jika kau juga menikmatinya, sayang. Lagi pula, kita akan langsung berangkat ke China besok, Daddy-mu telah mempercayai diriku untuk menjagamu, jadi apa lagi yang ingin kau hindari, kita memang sudah ditakdirkan bersama, sayang, jika kau menerimanya, maka semua ini akan menjadi lebih mudah dan indah.” Jeremy berusaha meraih wajah Vale, namun Vale langsung menepisnya kasar.“Berikan ponselu, brengs
Banyak yang Alle pikirkan dalam perjalannya menuju Soulsteak, dia tidak tau kenapa hatinya gelisah, juga sebagian dirinya yang berusaha meyakinkan jika semua akan baik-baik saja dan berjalan sesuai keinginannya, Earl tetap akan datang walau tidak jadi menjemputnya, dan mereka tetap akan memiliki dinner yang indah malam ini, walau sebagian dirinya lagi menentang hal itu.Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di sana, Alle langsung disambut oleh pelayan yang telah mengenalnya, mengantarkannya pada meja reservasi atas nama Earl, wanita itu hanya mengikuti ke mana pelayan membawanya, masih dengan pemikiran-pemikiran yang membuatnya justru semakin gelisah.Tiba di mejanya, Alle langsung kembali menghubungi Earl untuk mengabarkan jika dia sudah tiba di Soulsteak.-Earl, aku baru tiba di Soulsteak, berapa lama kau akan datang dan membuatku menunggu? Aku belum makan malam dan sudah lapar, Earl. Kuharap kau segera datang, kau tidak lupa kan, aku benci menunggu terlalu lama.- ***Earl t
Alle terus menatap layar ponselnya dan menunggu balasan dari Earl, namun satu jam sudah berlalu sejak pesan yang ia kirimkan pada Earl belum juga mendapat jawaban, rasa gelisah di hatinya semakin besar, kecemasan tentang kekecewaan akan malam yang ia pikirkan akan berakhir indah semakin besar. Entah sudah berapa kali Alle menghela napasnya panjang dengan dada yang terasa sesak, ingin dirinya berpikiran positif, namun melihat tanda-tanda yang semakin jelas membuatnya pesimis, nyatanya kemungkinan kecewa dan terluka karena Earl semakin besar ia rasakan.Hingga sebuah nada pesan masuk ke ponselnya, membuat Alle dengan cepat langsung membukanya, berharap itu adalah jawaban dari Earl yang mengatakan sedang dalam perjalanan dan memintanya menunggu sedikit lebih lama. Namun, harapan hanyalah tinggal harapan, nyatanya itu adalah pesan dari Jeremy.-Hai, Allexa. Aku sudah di Hamburg, baru saja tiba, mungkin sekitar dua jam yang lalu, tapi besok malam aku sudah harus menemani Vale ke China dan