Share

Bab 6 | Beautiful Memories

Alle yang tengah sibuk memasang tripod juga kameranya membuat Earl mengernyit, keduanya baru saja menaiki tebing yang tidak terlalu tinggi untuk mendapatkan spot terbaik menunggu matahari terbit dari timur.

“Apa yang kau lakukan, Xa?” Tanya Earl membuat Alle hanya tersenyum dan menarik pria itu untuk duduk berdampingan dengannya.

“Aku hanya ingin mengabadikan momen indah di sini.” Bersamamu. Batin Alle membuat Earl hanya tersenyum, membiarkan saat Alle menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu pria itu.

“Lihatlah, mahatarinya telah muncul.” Ungkap Alle antusias, membuat Earl tertawa dan mengacak gemas rambut wanita itu. “Ya Tuhan, indah sekali.” Alle dibuat takjub dengan keindahan itu, membuat Earl menikmati setiap ekspresi Alle yang terlihat lebih cantik karena cahaya senja yang menyinari paras jelita itu.

“Kenapa kau terlihat lebih cantik, heum?” Tanya Earl menggoda Alle, membuat Alle tertawa dengan rona merah di wajahnya dan memukul bahu Earl ringan.

Lalu, saat matahari telah naik sepenuhnya, tidak ada lagi suara di antara mereka selain deburan ombak dan desau angin yang menyejukkan. Alle memejamkan matanya, menikmati hangatnya cahaya matahari pagi dan angin pantai yang menyejukkan, Earl pun diam memikirkan banyak hal, tentang ciuman Alle di pagi hari yang membuatnya terus berpikir, jika kemungkinan Alle mencintainya, tapi rasanya tidak mungkin.

“Xa,” panggil Earl lirih, ingin memastikannya langsung, membuat Alle mendongak dan menatap Earl penuh tanya.

“Ada apa, Earl? Kau memikirkan Vale?” Tanya Alle dengan raut sedihnya.

“Apa kau pernah, sedikit saja, memiliki perasaan padaku, bukan cinta karena kita adalah sahabat, tapi rasa cinta antara pria dan wanita. Apa kau pernah memiliki rasa padaku sebagai seorang pria?” Tanya Earl menatap lekat pada Alle, membuat Alle menelan ludahnya susah payah dengan jantung yang berdegup keras.

“Ke ... kenapa kau menanyakan itu tiba-tiba?” Tanya Alle, namun Earl tidak menjawabnya, membuat Alle memejamkan matanya dan menghela napasnya panjang.

“Mana mungkin aku mencintaimu? Jika aku mencintaimu, tentu kita harus berpisah dan tidak boleh bertemu lagi. Aku tidak mungkin melupakan janji itu, Earl.” Alle tersenyum sendu, membuat Earl juga ikut tersenyum dan mengangguk, sebagian hatinya merasa lega, namun sebagian yang lain merasa tidak puas dengan jawaban Alle.

“Bukankah kau menginginkan kita berperan sebagaimana suami istri pada umumnya? Kita akan tetap melakukannya walau tanpa cinta, begitu kan, Xa? Pelukan, ciuman, atau lebih dari itu, yang akan kita lakukan, hanya karena sebuah kesepakatan, tanpa ada cinta di dalamnya. Karena, aku dan dirimu tidak akan pernah bertemu dengan takdir saling mencintai semacam itu kan, Xa?” Earl menggenggam tangan Alle, hatinya terasa begitu berat untuk mengatakan itu, namun dia merasa harus melakukannya, agar Alle tetap berada di sisinya, karena dia tau, Alle adalah wanita yang selalu menepati janjinya, jika kata cinta itu terucap dari bibir Alle, maka wanita itu pasti akan menepati janjinya dan meninggalkannya. Melakukan segala cara agar mereka tidak akan bisa bertemu lagi, dan Earl tidak akan pernah membiarkannya.

Ucapan Earl sekali lagi membuat hati Alle berdenyut sakit, lebih menyakitka dari cinta diam-diamnya selama ini, setelah menikahinya, pria itu bahkan masih bisa mengungkapkan dengan jelas jika cinta tidak boleh di antara keduanya, seolah cinta bisa menghancurkan keduanya.

“Tentu, Earl. Jika aku menciummu seperti ini, ” Alle tanpa ragu mengecup wajah Earl dengan senyumnya, memilih untuk menyembunyikan luka hati yang sampai kapan pun mungkin tidak akan terungkap.

Wajah terkejut Earl membuat Alle tersenyum semakin lebar, wanita itu beranjak, mengambil kameranya, mematikan recorder-nya dan memotret wajah Earl yang terlihat lucu.

“Baiklah, kau yang memulai permainan ini, maka jangan menyesal Allexa Addison.” Earl bangun dari duduknya, membuat Alle langsung berlari menghindar, hatinya berbunga dengan nama terakhir yang Earl sematkan walau dia tau semua itu hanyalah kebohongan.

“Satu ciuman, dengan apa seharusnya aku membalasnya?” Earl menatap penuh makna pada Alle yang kembali menyalakan recorder-nya, ingin mengabadikan setiap momennya bersama Earl hari ini dan seminggu ke depan.

Earl berhasil menangkapnya, pria itu mendekap Alle dari belakang dan mengungkung Alle yang masih berusaha kabur darinya. Dekapan itu membuat Earl merasa perasaannya menghangat seketika, dengan ragu pelan-pelan wajahnya semakin dekat dan dengan pelan mengecup puncak kepala Alle, untuk pertama kalinya, pria itu dengan berani mencium Alle walau hanya ciuman biasa yang sudah sangat umum dia lakukan kepada semua teman wanitanya. Namun, tidak pada Alle, pria itu sangat menghindarinya sejak dulu, bahkan pelukan pun dia selalu berusaha menghindarinya. Tapi, setelah ucapan bodoh yang mengatasnamakan kesepakatan pernikahan itu terucap, membuat Earl akhirnya berani, mengikuti permintaan Alle untuk menjadi suami yang baik dan menjalani pernikahan bahagia bersama wanita itu walau semuanya adalah sandiwara dan tanpa cinta.

‘Betapa pengecutnya dirimu, Earl Sanders. Berlindung di balik kata sepakat.’ Batinnya berbisik sinis, membuat Earl tersenyum miris.

“Apa yang kau inginkan untuk sarapan pagi ini, Xa?” Earl sudah melepaskan pelukannya, keduanya menuruni tebing untuk kembali ke vila dan mencari sarapan, Alle masih sibuk dengan recordernya, membuat Earl mendecak kesal dan mengambil kamera itu dari tangan Alle, dan berbalik merekam Alle.

“Apa yang kau inginkan untuk sarapan pagi ini, istriku?” Tanya Earl sekali lagi, mengarahkan kameranya pada Alle, wanita itu terlihat tertawa manis dan memukul ringan lengan Earl atas ucapan manis pria itu.

“Apa saja yang kau pilihkan, sayang.” Ungkap Alle dengan berani, membuat Earl membelalak tak percaya, namun detik berikutnya dia tertawa, merangkul bahu Alle dan terus mengarahkan recorder-nya, mengabadikan momen mereka berdua di pulau pribadi itu.

“Aku ingin snorkling.”

“Oke, My Lady.”

“Aku ingin barbeque nanti malam.”

“Yes, mam.”

“Aku ingin melihat pantai di malam hari.”

“With pleasure, madam.”

“Aku ingin ada kembang api juga.”

“Yes, baby. Anything you want.” Ungkap Earl gemas, mengacak-acak rambut Alle dan mengeratkan pelukannya pada wanita itu, juga mencuri satu ciuman dari Alle pagi ini.

Membuat Alle terkesiap, namun juga bahagia, dia rela jika semua ini hanyalah sandiwara, asal dia memiliki banyak kenangan manis selama menjadi istri Earl, sahabat yang dicintainya. Dia akan melakukan apapun agar kebahagiaan itu selalu ada di antara mereka, sekali pun semua itu hanya sandiwara menyakitkan.

Earl memejamkan matanya, menggenggam erat tangan Alle dengan jantung berdegup keras, tidak mengerti dengan dirinya, dia seolah kehilangan dirinya, seharusnya dia tidak menikmati semua ini, seharusnya dia hanya perlu berakting dengan baik tanpa merasa senang dan bahagia. Hatinya tidak sedang berkhianat kan? Dia mencintai Vale, itu sudah jelas, tapi, melihat tawa Alle dan bagaimana manjanya wanita itu, juga ciuman mereka, membuatnya merasakan perasaan lain, yang selama ini selalu dihindarinya.

‘No, Earl. You just trying hard to makes everything better. Kau hanya berusaha menjalankan peranmu dengan baik, sebagai suami yang menikmati honeymoon bersama sang istri, dengan kebahagiaan dan cinta. Hanya itu, tidak lebih.’ Hatinya berbisik, membuat Earl mengangguk yakin.

‘Benarkah, atau itu semua adalah bentuk konfrontasi sebagian hatimu, yang selama ini kau abaikan akan rasa asing yang kau miliki untuk Alle, ingat bagaimana kau menghilang dan tidak pernah menghubunginya hampir lebih dari setahun, itu karena apa? Bukan hanya karena kau sibuk dengan hubunganmu bersama Vale kan? Tapi kau menghindari sesuatu yang berusaha kau tekan. Bukan begitu, Earl?’

‘Tidak. Aku melakukannya karena aku memang mencintai Vale dan ingin fokus membahagiakan wanita itu. Alle hanya akan mengganggu hubunganku dengan Vale, karena sejak awal dia sudah tidak menyetujuinya, dan aku membencinya, jadi dari pada aku bertengkar dengan Alle, lebih baik aku menghindarinya dan fokus membahagiakan Vale yang mencintaiku.’ Earl melakukan protes akan konfrontasi hatinya yang akhir-akhir ini semakin sering ia alami, semenjak dia memutuskan untuk menikah dengan Allexa dengan alasan yang sebenarnya tidak ia yakini sepenuhnya. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status