Alle yang tengah sibuk memasang tripod juga kameranya membuat Earl mengernyit, keduanya baru saja menaiki tebing yang tidak terlalu tinggi untuk mendapatkan spot terbaik menunggu matahari terbit dari timur.
“Apa yang kau lakukan, Xa?” Tanya Earl membuat Alle hanya tersenyum dan menarik pria itu untuk duduk berdampingan dengannya.
“Aku hanya ingin mengabadikan momen indah di sini.” Bersamamu. Batin Alle membuat Earl hanya tersenyum, membiarkan saat Alle menyandarkan kepalanya dengan nyaman di bahu pria itu.
“Lihatlah, mahatarinya telah muncul.” Ungkap Alle antusias, membuat Earl tertawa dan mengacak gemas rambut wanita itu. “Ya Tuhan, indah sekali.” Alle dibuat takjub dengan keindahan itu, membuat Earl menikmati setiap ekspresi Alle yang terlihat lebih cantik karena cahaya senja yang menyinari paras jelita itu.
“Kenapa kau terlihat lebih cantik, heum?” Tanya Earl menggoda Alle, membuat Alle tertawa dengan rona merah di wajahnya dan memukul bahu Earl ringan.
Lalu, saat matahari telah naik sepenuhnya, tidak ada lagi suara di antara mereka selain deburan ombak dan desau angin yang menyejukkan. Alle memejamkan matanya, menikmati hangatnya cahaya matahari pagi dan angin pantai yang menyejukkan, Earl pun diam memikirkan banyak hal, tentang ciuman Alle di pagi hari yang membuatnya terus berpikir, jika kemungkinan Alle mencintainya, tapi rasanya tidak mungkin.
“Xa,” panggil Earl lirih, ingin memastikannya langsung, membuat Alle mendongak dan menatap Earl penuh tanya.
“Ada apa, Earl? Kau memikirkan Vale?” Tanya Alle dengan raut sedihnya.
“Apa kau pernah, sedikit saja, memiliki perasaan padaku, bukan cinta karena kita adalah sahabat, tapi rasa cinta antara pria dan wanita. Apa kau pernah memiliki rasa padaku sebagai seorang pria?” Tanya Earl menatap lekat pada Alle, membuat Alle menelan ludahnya susah payah dengan jantung yang berdegup keras.
“Ke ... kenapa kau menanyakan itu tiba-tiba?” Tanya Alle, namun Earl tidak menjawabnya, membuat Alle memejamkan matanya dan menghela napasnya panjang.
“Mana mungkin aku mencintaimu? Jika aku mencintaimu, tentu kita harus berpisah dan tidak boleh bertemu lagi. Aku tidak mungkin melupakan janji itu, Earl.” Alle tersenyum sendu, membuat Earl juga ikut tersenyum dan mengangguk, sebagian hatinya merasa lega, namun sebagian yang lain merasa tidak puas dengan jawaban Alle.
“Bukankah kau menginginkan kita berperan sebagaimana suami istri pada umumnya? Kita akan tetap melakukannya walau tanpa cinta, begitu kan, Xa? Pelukan, ciuman, atau lebih dari itu, yang akan kita lakukan, hanya karena sebuah kesepakatan, tanpa ada cinta di dalamnya. Karena, aku dan dirimu tidak akan pernah bertemu dengan takdir saling mencintai semacam itu kan, Xa?” Earl menggenggam tangan Alle, hatinya terasa begitu berat untuk mengatakan itu, namun dia merasa harus melakukannya, agar Alle tetap berada di sisinya, karena dia tau, Alle adalah wanita yang selalu menepati janjinya, jika kata cinta itu terucap dari bibir Alle, maka wanita itu pasti akan menepati janjinya dan meninggalkannya. Melakukan segala cara agar mereka tidak akan bisa bertemu lagi, dan Earl tidak akan pernah membiarkannya.
Ucapan Earl sekali lagi membuat hati Alle berdenyut sakit, lebih menyakitka dari cinta diam-diamnya selama ini, setelah menikahinya, pria itu bahkan masih bisa mengungkapkan dengan jelas jika cinta tidak boleh di antara keduanya, seolah cinta bisa menghancurkan keduanya.
“Tentu, Earl. Jika aku menciummu seperti ini, ” Alle tanpa ragu mengecup wajah Earl dengan senyumnya, memilih untuk menyembunyikan luka hati yang sampai kapan pun mungkin tidak akan terungkap.
Wajah terkejut Earl membuat Alle tersenyum semakin lebar, wanita itu beranjak, mengambil kameranya, mematikan recorder-nya dan memotret wajah Earl yang terlihat lucu.
“Baiklah, kau yang memulai permainan ini, maka jangan menyesal Allexa Addison.” Earl bangun dari duduknya, membuat Alle langsung berlari menghindar, hatinya berbunga dengan nama terakhir yang Earl sematkan walau dia tau semua itu hanyalah kebohongan.
“Satu ciuman, dengan apa seharusnya aku membalasnya?” Earl menatap penuh makna pada Alle yang kembali menyalakan recorder-nya, ingin mengabadikan setiap momennya bersama Earl hari ini dan seminggu ke depan.
Earl berhasil menangkapnya, pria itu mendekap Alle dari belakang dan mengungkung Alle yang masih berusaha kabur darinya. Dekapan itu membuat Earl merasa perasaannya menghangat seketika, dengan ragu pelan-pelan wajahnya semakin dekat dan dengan pelan mengecup puncak kepala Alle, untuk pertama kalinya, pria itu dengan berani mencium Alle walau hanya ciuman biasa yang sudah sangat umum dia lakukan kepada semua teman wanitanya. Namun, tidak pada Alle, pria itu sangat menghindarinya sejak dulu, bahkan pelukan pun dia selalu berusaha menghindarinya. Tapi, setelah ucapan bodoh yang mengatasnamakan kesepakatan pernikahan itu terucap, membuat Earl akhirnya berani, mengikuti permintaan Alle untuk menjadi suami yang baik dan menjalani pernikahan bahagia bersama wanita itu walau semuanya adalah sandiwara dan tanpa cinta.
‘Betapa pengecutnya dirimu, Earl Sanders. Berlindung di balik kata sepakat.’ Batinnya berbisik sinis, membuat Earl tersenyum miris.
“Apa yang kau inginkan untuk sarapan pagi ini, Xa?” Earl sudah melepaskan pelukannya, keduanya menuruni tebing untuk kembali ke vila dan mencari sarapan, Alle masih sibuk dengan recordernya, membuat Earl mendecak kesal dan mengambil kamera itu dari tangan Alle, dan berbalik merekam Alle.
“Apa yang kau inginkan untuk sarapan pagi ini, istriku?” Tanya Earl sekali lagi, mengarahkan kameranya pada Alle, wanita itu terlihat tertawa manis dan memukul ringan lengan Earl atas ucapan manis pria itu.
“Apa saja yang kau pilihkan, sayang.” Ungkap Alle dengan berani, membuat Earl membelalak tak percaya, namun detik berikutnya dia tertawa, merangkul bahu Alle dan terus mengarahkan recorder-nya, mengabadikan momen mereka berdua di pulau pribadi itu.
“Aku ingin snorkling.”
“Oke, My Lady.”
“Aku ingin barbeque nanti malam.”
“Yes, mam.”
“Aku ingin melihat pantai di malam hari.”
“With pleasure, madam.”
“Aku ingin ada kembang api juga.”
“Yes, baby. Anything you want.” Ungkap Earl gemas, mengacak-acak rambut Alle dan mengeratkan pelukannya pada wanita itu, juga mencuri satu ciuman dari Alle pagi ini.
Membuat Alle terkesiap, namun juga bahagia, dia rela jika semua ini hanyalah sandiwara, asal dia memiliki banyak kenangan manis selama menjadi istri Earl, sahabat yang dicintainya. Dia akan melakukan apapun agar kebahagiaan itu selalu ada di antara mereka, sekali pun semua itu hanya sandiwara menyakitkan.
Earl memejamkan matanya, menggenggam erat tangan Alle dengan jantung berdegup keras, tidak mengerti dengan dirinya, dia seolah kehilangan dirinya, seharusnya dia tidak menikmati semua ini, seharusnya dia hanya perlu berakting dengan baik tanpa merasa senang dan bahagia. Hatinya tidak sedang berkhianat kan? Dia mencintai Vale, itu sudah jelas, tapi, melihat tawa Alle dan bagaimana manjanya wanita itu, juga ciuman mereka, membuatnya merasakan perasaan lain, yang selama ini selalu dihindarinya.
‘No, Earl. You just trying hard to makes everything better. Kau hanya berusaha menjalankan peranmu dengan baik, sebagai suami yang menikmati honeymoon bersama sang istri, dengan kebahagiaan dan cinta. Hanya itu, tidak lebih.’ Hatinya berbisik, membuat Earl mengangguk yakin.
‘Benarkah, atau itu semua adalah bentuk konfrontasi sebagian hatimu, yang selama ini kau abaikan akan rasa asing yang kau miliki untuk Alle, ingat bagaimana kau menghilang dan tidak pernah menghubunginya hampir lebih dari setahun, itu karena apa? Bukan hanya karena kau sibuk dengan hubunganmu bersama Vale kan? Tapi kau menghindari sesuatu yang berusaha kau tekan. Bukan begitu, Earl?’
‘Tidak. Aku melakukannya karena aku memang mencintai Vale dan ingin fokus membahagiakan wanita itu. Alle hanya akan mengganggu hubunganku dengan Vale, karena sejak awal dia sudah tidak menyetujuinya, dan aku membencinya, jadi dari pada aku bertengkar dengan Alle, lebih baik aku menghindarinya dan fokus membahagiakan Vale yang mencintaiku.’ Earl melakukan protes akan konfrontasi hatinya yang akhir-akhir ini semakin sering ia alami, semenjak dia memutuskan untuk menikah dengan Allexa dengan alasan yang sebenarnya tidak ia yakini sepenuhnya.
Wajah Alle yang berseri-seri saat menikmati sarapannya membuat Earl tersenyum, tidak ingin menyia-nyiakan momen itu, dia mengambil kamera miliknya dan memotret Alle yang terlihat begitu bahagia, menikmati sarapan dengan berlatar pantai dan matahari pagi yang cahayanya masih bersahabat.“Xa?” Panggil Earl membuat Alle mengalihkan tatapannya, menatap Earl dengan senyum bahagianya.“Ada apa? Aku ingin mengambil banyak gambar setelah ini, sore kita snorkling? Bagaimana?” Tanya Alle membuat Earl hanya mengangguk, mengiyakan apa yang diinginkan oleh Alle.“Hanya snorkling? Kau tidak ingin mencoba bermain jet sky bersamaku? Atau memancing hiu di laut?” Earl mendekatkan wajahnya, membuat raut wajah Alle berbinar seketika dengan penawaran Earl yang tidak ia pikirkan sebelumnya.“Okay. Setelah ini kita memancing hiu dan kau harus membawaku mengelilingi pantai ini dengan jet sky.” Alle reflek menggenggam erat tangan Earl, meminta pria itu berjanji untuk mengajaknya melakukan semua hal menyenangk
Pria itu mengulum senyum, bersandar pada dinding kayu melihat wanita yang dicintainya baru saja keluar dari kamar mandi masih mengenakan bathrobe-nya.“Harummu membuatku ingin mengurungmu seharian di ranjang, sayang.” Jeremy menggoda Vale yang baru saja keluar dari kamar mandi masih dengan wajah kesalnya, dirinya harus terjebak di sebuah pulau bersama pria yang terobsesi padanya. Benar-benar menjengkelkan.“Brengsek!! Pulangkan aku dan kembalikan ponselku!!” Vale berteriak keras, memukul perut Jeremy yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang.“Akulah rumah tempatmu pulang, Valeria.” Jeremy berujar lembut, masih memeluk Vale dari belakang dan mengecup puncak kepala wanita itu dengan sayang.“Brengsek!! Dasar gila!! Aku membencimu!!” Vale masih berusaha lepas dari pelukan Jeremy.“Aku juga mencintaimu, sayang.” Jeremy berhasil mencuri ciuman dari Vale dan tertawa senang, sedang Vale semakin berteriak kesal, berhasil lepas dari kungkungan Jeremy dan menyikut perut pria itu dengan kuat
Laut di pulau itu memang terkenal akan keindahannya, Earl yang sudah sering mengunjungi pulau untuk melepas penat rasanya sudah bosan dengan kegiatan snorkling seperti sekarang. Namun, saat bersama Alle, dia merasa, kegiatan snorkling yang sudah biasa untuknya, kini menjadi luar biasa, wajah antusias Alle saat melihat banyaknya ikan-ikan kecil penuh warna di antara terumbu karang yang indah tentu membuat Earl tersenyum, mengabadikan momen itu dengan kamerenya lagi dan lagi. Alle lalu menatapnya, berpose dan meminta Earl memotretnya. Earl yang mengerti maksud wanita itu hanya mengangguk dan tersenyum, mengarahkan kameranya pada Alle dan memotret wanita itu dalam berbagai gaya.Alle mengacungkan jempolnya tanda ucapan terima kasih pada Earl, dia akan meminta semua foto itu pada Earl nanti, lalu wanita itu kembali menjelajah lebih jauh, menjangkau tempat-tempat yang terlihat indah sepanjang mata memandang keindahan bawah laut itu.Earl yang melihat hal itu berusaha mengejar Alle, mengimb
Paginya kembali datang, pagi yang sama dan penuh kebahagiaan bagi Alle, melihat wajah lelap Earl yang menenangkan. Dirinya dan Earl baru saja pulang dari Pulau Addison itu kemarin, satu minggu yang ia habiskan setelah Jeremy menjauhkan Vale dari Earl benar-benar membuatnya bahagia. Dirinya memiliki banyak waktu indah bersama Earl di sana. Rasanya, bulan madu yang ia bayangkan akan menjadi neraka benar-benar tidak terwujud berkat pertolongan Jeremy, dan mungkin dia harus menemui Jeremy dan memberikan sesuatu untuk pria itu, atau kembali menyusun bisnis kotor untuk memisahkan Earl dan Vale.Mengetahui pikiran jahatnya membuat Alle mendesah, menatap sendu pada Earl. Sesungguhnya dia merasa bersalah telah membiarkan Vale bersama Jeremy walau dia tau Jeremy tidak akan melakukan sesuatu yang membahagiakan, tapi jika dia tetap membiarkan hubungan terlarang itu berlanjut dan tidak melakukan apapun, dia juga merasa berdosa. Biarlah dia menjadi pemeran antagonis dalam hidup Vale yang berusaha m
Jeremy berteriak lepas begitu kembali menginjakkan kakinya di Hamburg, tanpa ragu pria itu langsung merangkul bahu Vale, membuat Vale langsung berteriak dan menyikut perut Jeremy dengan keras, menunjukkan tatapan penuh kebencian pada Jeremy yang hanya menunjukkan senyum lebarnya.“Brengsek!! Kembalikan ponselku!!” Teriak Vale memukul Jeremy kuat-kuat, masih berusaha meminta ponselnya yang selama seminggu ini dimonopoli oleh Jeremy.“Aku menjaganya dengan baik, kau tidak perlu khawatir, seharusnya kau berterima kasih, karena aku mengajakmu berlibur di tempat-tempat menyenangkan, jangan lupakan jika kau juga menikmatinya, sayang. Lagi pula, kita akan langsung berangkat ke China besok, Daddy-mu telah mempercayai diriku untuk menjagamu, jadi apa lagi yang ingin kau hindari, kita memang sudah ditakdirkan bersama, sayang, jika kau menerimanya, maka semua ini akan menjadi lebih mudah dan indah.” Jeremy berusaha meraih wajah Vale, namun Vale langsung menepisnya kasar.“Berikan ponselu, brengs
Banyak yang Alle pikirkan dalam perjalannya menuju Soulsteak, dia tidak tau kenapa hatinya gelisah, juga sebagian dirinya yang berusaha meyakinkan jika semua akan baik-baik saja dan berjalan sesuai keinginannya, Earl tetap akan datang walau tidak jadi menjemputnya, dan mereka tetap akan memiliki dinner yang indah malam ini, walau sebagian dirinya lagi menentang hal itu.Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk tiba di sana, Alle langsung disambut oleh pelayan yang telah mengenalnya, mengantarkannya pada meja reservasi atas nama Earl, wanita itu hanya mengikuti ke mana pelayan membawanya, masih dengan pemikiran-pemikiran yang membuatnya justru semakin gelisah.Tiba di mejanya, Alle langsung kembali menghubungi Earl untuk mengabarkan jika dia sudah tiba di Soulsteak.-Earl, aku baru tiba di Soulsteak, berapa lama kau akan datang dan membuatku menunggu? Aku belum makan malam dan sudah lapar, Earl. Kuharap kau segera datang, kau tidak lupa kan, aku benci menunggu terlalu lama.- ***Earl t
Alle terus menatap layar ponselnya dan menunggu balasan dari Earl, namun satu jam sudah berlalu sejak pesan yang ia kirimkan pada Earl belum juga mendapat jawaban, rasa gelisah di hatinya semakin besar, kecemasan tentang kekecewaan akan malam yang ia pikirkan akan berakhir indah semakin besar. Entah sudah berapa kali Alle menghela napasnya panjang dengan dada yang terasa sesak, ingin dirinya berpikiran positif, namun melihat tanda-tanda yang semakin jelas membuatnya pesimis, nyatanya kemungkinan kecewa dan terluka karena Earl semakin besar ia rasakan.Hingga sebuah nada pesan masuk ke ponselnya, membuat Alle dengan cepat langsung membukanya, berharap itu adalah jawaban dari Earl yang mengatakan sedang dalam perjalanan dan memintanya menunggu sedikit lebih lama. Namun, harapan hanyalah tinggal harapan, nyatanya itu adalah pesan dari Jeremy.-Hai, Allexa. Aku sudah di Hamburg, baru saja tiba, mungkin sekitar dua jam yang lalu, tapi besok malam aku sudah harus menemani Vale ke China dan
“Xa,” panggil Earl lirih, membuat Alle hanya menghela napasnya panjang, ingin menunggu jawaban apa yang akan Earl berikan untuk kesalahannya malam ini. “Maaf, aku ...” Earl menghela napasnya, sedang Alle menunggu, apakah pria itu akan kembali mengecewakannya dengan mengatakan kebohongan atau mengatakan hal yang jujur.“Alasan apa yang ingin kau katakan padaku untuk kesalahanmu malam ini?” Tanya Alle sarkas, menatap kecewa pada Earl yang kini menatapnya penuh rasa bersalah.“Aku ... “ Earl menahan napasnya, dia tidak ingin membohongi Alle, namun dia juga tidak ingin lebih mengecewakan Alle dengan mengatakan yang sejujurnya.“Jika kau memiliki kepentingan lain, sementara kau sudah membuat janji, setidaknya batalkan dengan jelas janji itu, Earl. Jangan membuat seseorang menunggu dengan bodoh tanpa kepastian.” Alle menghela napasnya panjang, menatap lelah pada Earl sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju dapur. Earl mengikuti ke mana Alle pergi, pria itu bisa merasakan bagaimana kek