Share

4 | Trio SKY

Jae punya dua sahabat dekat, mereka adalah Darwin Mahendra dan Putra Ilyas. Mereka 3 serangkainya Bakti Persada, sebutannya yaitu SKY. SKY karena mereka memiliki tubuh tinggi menjulang dan tidak seperti murid SMA kebanyakan. Jangan lupakan jika ketiganya juga tampan, apalagi Darwin yang paling sering bikin kaum cewek klepek-klepek nan histeris. Namun beberapa bulan terakhir geng SKY gugur 1, alias pindah sekolah. Dia adalah Darwin. Sekalipun begitu nongki-nongki tetaplah hal wajib.

Seperti malam itu misalnya. Mereka bertiga sedang asik cuci mata di daerah Kemang. Satnite alias Saturday Night ceritanya. Entah kenapa juga ketiganya anteng menjomblo bersama. Pun tiba-tiba masuklah whatsapp beruntun ke ponsel Jae.

Abang Abi: Jae, Rara lahiran. Kamu cepet ke Rumah Sakit Permata Kasih sekarang.

Abang Abi: Mama Papa kamu nggak bisa dihubungi. Tolong kasih tau.

Abang Abi: Keponakanmu perempuan. Cantik. Ohya, kita ada di Kamar Melati nomor 33.

Deg!

Jae belingsatan. Dia meraih kunci mobil di atas meja sambil berusaha mengubungi Irana dan Dio.

"Kak Rara lahiran. Gue cabut duluan."

"Serius lo?" Ini Darwin. "Mau gue anterin nggak? Lo kan nggak bawa mobil."

Sial, yang Jae barusan sambar itu kunci mobil Darwin. Habis tadinya mereka berencana menginap di tempat Darwin.

"Lah Rara udah lahiran aja? Kok cepet banget sih?"

"Apa maksud lo, njing?!" Yang langsung Jae semprot nyinyiran dari Putra.

"Kalem, bos. Gue cuma nanya hehe."

"Lagian lo nanya liat-liat situasi dong." Bela Darwin seiring bangkit dari kursi. "Yaudahlah kita berangkat sekarang. Tapi paling habis anter lo, gue sama Putra langsung balik."

Mereka pun berangkat ke lokasi. Rumah sakit tempat Rara melahirkan terhitung dekat. Jae sepanjang jalan tetap berusaha menghubungi orang tuanya. Masih tidak dijawab. Ini orang-orang pada kemana sih, Ya Allah? Jae sudah misuh dalam hati. Jangan-jangan Irana dan Dio sudah tahu-menahu soal kelahiran anak Rara tapi kekeuh pada prinsip? Alias menolak ketemu?

Ngggh nggak mungkin!

Sementara Darwin menyetir dan Putra yang duduk di jok belakang asik bergosip ria. Keduanya sedang flashback mengenang sosok cinta pertama yang tidak lain tidak bukan adalah Larasati Wijaya. Ya, mereka sempat jatuh hati pada Rara. Bahkan Jae pernah jadi korban kebringasan dua sahabatnya tersebut. Namun belum juga bertindak, Rara terlebih dahulu mengutarakan dirinya tidak tertarik dengan brondong. Terlalu kekanak-kanakan dan merepotkan.

Yeuh, padahal mah bedanya cuma dua tahun saja. Dan agaknya pernyataan Rara dapat dipertahankan, sebab Rara berakhir dengan pria yang sembilan tahun di atasnya. Rara suka pria matang, atau pada dasarnya Raranya saja yang memang menyukai Abi.

"Eh tapi si Rara lulus, kan? Nggak dikeluarin dari sekolah?"

Darwin ketinggalan banyak info karena pindah sekolah. Putra dengan semangat menjawab. "Lulus dia. Untung ketauan sama pihak sekolah pas hari kelulusan. Tapi ya itu... lakinya aja yang dikeluarin."

Darwin mengernyit bingung. Wah, banyak sekali gosip yang dia lewatkan. "Laki... siapa?"

"Ya, lakinya Rara. Masa laki gue! Eh astagfirullah... gue kan nggak belok." Semprul memang mulutnya Putra.

"Wait, wait, wait.... ini gimana? Yang ngehamilin Rara emang kelas berapa? Anak Ipa atau Ips?"

"Itu dia---"

"ANJING LU PADA BERISIK BANGET!" Jae kesal setengah mati.

Teman-teman Jae bawel maksimal. Padahal dia sedari tadi dalam misi menelpon kedua orangtuanya dan memikirkan nasib Rara. Kakaknya baru menanggalkan seragam SMA, dan sekarang sudah berganti status jadi Ibu muda beranak satu. Rasanya baru kemarin dia bertengkar dengan Rara perkara ayam KFC. Ayam itu tersisa satu, dan Rara-Jae sampai adu smackdown.

Jae sedang emosional.

"Sorry, bro." Putra menyingsing, mendekati telinga Darwin. Usai sesi bisik-bisik tetangga, yang dilakukan Darwin berikutnya adalah menginjak pedal rem mobil dalam-dalam.

"JANGAN NGADI-NGADI LO PUTRA ILYAS! NGGAK LUCU BABI!" Maki Darwin.

Nama binatang praktis diabsen satu persatu. Darwin sungguh tak habis pikir. Si Putra pasti bercanda!

"Lah tanya aja sana sama adik iparnya. Eh Jae, siapa lakinya Rara?"

"Bang Abi." Jawab Jae singkat.

"Abimanyu Wicaksono?! Serius lo?!" Darwin menatap bergantian kedua temannya. Dia betulan shock. Masa sih Rara sama.... "Abimanyu yang...."

Putra memotong kata-kata Darwin dengan gemas. "Iya. Pak Abi, guru yang ngajar BK."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status