Share

6 | Mine

Penulis: ByMiu
last update Terakhir Diperbarui: 2020-10-24 14:28:40

"Jaitan lo gimana? Gue bayanginnya ngilu sendiri."

Jasmine Putri, mengambil toples cookies dari ruang tamu dan langsung melahapnya. Satu-satunya teman dekat Rara ini datang berkunjung. Jasmine sudah mulai disibukan dengan dunia perkuliahan. Sejak dulu dia bercita-cita menjadi Diplomat untuk Inggris, biar gampang pedekate sama bule-bule British. Dan sekarang Jasmine berhasil masuk ke jurusan Hubungan Internasional di salah satu universitas swasta. Rara bangga dan... sedikit iri.

Seperti apa sih rasanya berkuliah?

"Udah lumayan kering, tapi masih sakit." Rara menyodorkan segelas sirup. "Lusa paling gue ke rumah sakit lagi buat lepas jaitan."

Airin telelap di kasur yang sengaja digelar di ruang tengah. Ditutupi kelambu cantik berwarna pink pemberian Jasmine. Dia membawa hadiah ini itu sampai-sampai Rara jadi enak. Serius, Rara sih terima-terima saja dikasih hadiah segini banyak. Memang dasar semprul anaknya.

"Duh, gue ngeri liat lo jalan. Udah entar gue bisa ambil sendiri kalau mau apa-apa. Lo diem aja." Mimik wajah Jasmine horor karena cara jalan Rara menurutnya aneh.

"Mas Abi tadi udah masak. Lo makan dulu gih."

Iya, pagi-pagi buta sebelum berangkat ngantor suaminya sempatkan memasak. Jujur, masakan Abi lebih enak ketimbang Rara. Dia mah apa ya, istilahnya anak kemarin sore. Belajar masak pun baru sejak berkeluarga. Walaupun begitu, Abi selalu menandaskan apapun yang dimasak Rara terus memuji; 'Enak, Ra.' Sesimpel itu dan setelahnya Rara selalu berkeinginan naik level dalam hal dapur.

"Sumpah Pak Abi masak?! Suamiable banget deh, Ra! Udah ganteng, baik, bisa masak juga."

Rara mau ketawa sebentar. Pak Abi? Iya sih, dulu Bapak Abimanyu Wicaksono adalah guru mereka. Tapi tetap saja Rara geli mendengarnya.

"Iya, Mas Abi belum bolehin gue ngurus rumah."

"Alibi kali. Biar lo cuma ngurusin dia doang." Timpal Jasmine seraya tersenyum mesum.

"Otaknya tolong ya, ukhti. Dijaga baik-baik."

Tawa Jasmine meledak, alhasil Airin terbangun. Pun Rara menggendong Airin, menenangkan putri kecilnya yang terkejut. "Maapin tante, sayang. Mama kamu sih otaknya suka sableng."

Di saat Rara menidurkan Airin, pandangan Jasmine menyapu ke sekeliling rumah. Dia kenal Rara sedari SMP, sudah lama mereka berteman. Rara sendiri adalah tipe orang yang hedon. Cinta merek-merek ternama dunia semacam Gucci, Prada, dan lainnya. Tak segan Rara koleksi satu per satu. Tidak umum memang anak sekolah mengkoleksi hal demikian, tapi ini adalah Larasati Wijaya. Dia dapat membeli apa saja yang dia mau, namun apa yang dilihatnya sekarang bagai bumi dan langit.

Siapa yang akan mengira Rara akan berakhir tinggal di rumah sesederhana ini. Memakai daster dan mengasuh seorang anak. Bukan Jasmine bermaksud membandingkan apalagi merendahkan, dia sebatas bertanya-tanya: Apakah Dio-Irana betulan membuang Rara?

"Ra... nyokap bokap lo beneran belum tau?"

Tepukan pelan Rara pada punggung Airin terhenti. Dia menggigit bibir bawahnya, kemudian menatap Jasmine. Raut wajahnya menandakan dia pun bermodal nekat untuk menanyakan hal tersebut, tapi Jasmine sudah terlanjur gerah karena penasaran.

"Lo kalau mau bahas itu, mendingan pulang."

"Sumpah, Ra. Lo nggak bisa nutup-nutupin terus. Apa mau gue bantu buat ngomong?"

Rara menghela nafas kasar. "Buat apa? Gue udah bahagia."

"Iya, tapi masalah itu tetep bakal menghantui lo. Lo boleh bilang udah bahagia, tapi alam bawah sadar lo belom. Ini nggak adil, Ra."

"Assalamualaikum!"

Sapaan salam dari luar rumah menghentikan aksi ribut-ributnya Jasmine. Rara pun mengampiri sumber suara, lalu menemukan Tia, Ibunya Abimanyu di sana. Supir travel menurunkan dua tas besar milik Tia sebelum pamit.

"Walaikumsalam." Pun Rara segera mencium tangan Tia. "Gimana Bu perjalanannya? Capek?"

"Itu mobil siapa di luar? Kamu ada tamu?" Diabaikannya basa-basi Rara, dan menantunya ini mengangguk.

"Ada temen sekolah Rara, Bu."

"Laki-laki?" Tanya Tia seiring melangkah masuk.

"Perempuan, Bu."

Ya kali Rara membiarkan teman pria bertamu. Dia tahu aturan dan norma kok. Sepanjang Mas Abi tidak di rumah, mana mungkin membiarkan hal itu terjadi. Jasmine sudah menyengir saja di depan pintu untuk langsung menyalami Tia. Setelahnya, Tia menanyakan di mana kamarnya dan ngeloyor masuk. Alhasil Rara-Jasmine berhasil bengong beberapa saat.

"Nyokapnya Pak Abi?" Bisik Jasmine. Dia mengikuti langkah Rara yang akan mengambil dua tas milik Tia. Tas-tas itu masih di luar. "Eh apaan sih lo, Ra. Gila ini berat. Udah gue aja."

Rara tersenyum tipis, "Makasih, Mine."

"Selow." Balas Jasmine. Rara ini posisinya sedang menggendong Airin dan baru melahirkan loh. Mana boleh angkat beban berat. "Emang jutek gitu orangnya?"

"Capek palingan. Jauh kan dari Bandung ke sini."

Dulu Tia ini ramah. Sayang sekali sama Rara seperti anak sendiri. Namun semenjak di rumah sakit, entahlah, dia rasa ada perbedaan yang mencolok.

"Pokoknya beda banget sama Pak Abi." Kesal Jasmine sebelum menaruh kedua tas tersebut di depan kamar Tia. "Gue pamit deh, Ra. Nggak enak gue ada Ibu mertua lo."

"Eh bentar." Tahan Rara. "Gue masih mau ngobrol. Kita kan udah lama nggak ketemu."

Padahal yang sebenarnya adalah Rara segan pada Tia. Ini baru beberapa menit sejak kedatangan Ibu mertuanya. Bagaimana jika seminggu kemudian? Belum apa-apa rasanya Rara ingin menyerah.

---

NOTE:

Jangan lupa reviewnya yaaa.

Sejauh ini gimana Untuk Asa?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rizma Ristanti
ceritanya bagus... lanjut thorr ??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Untuk Asa (Indonesia)   23 | Jantung

    "Serius gini doang nggak bisa?" Cibir Rara. Padahal soal ekonomi dari buku paket milik Jae ini, berhasil membuat dirinya migren alias pusing 7 keliling."Emang lo bisa haa?!" Senga Jae."Hahaha ya jelas nggaklah! Lagian kalau gue bisa, ogah juga gue jelasin ke lo. Buang-buang waktu!" Jawab Rahee sambil melingkarkan tangannya pada pinggang Abi. Dia ndusel-ndusel di bahu kokoh itu, sementara sang suami hanya mampu menggelengkan kepala. Sungguh kakak-beradik ini memang sulit bicara tanpa perlu pakai urat. Selalu saja saling ngegas. "Mas, kita bobo aja yuk nemenin Airin. Biarin Jae pusing sendiri.""Bang, gue besok uts." Ujar Jae dengan raut wajah memelas."Makanya jangan main basket terus. Lagian Mas Abi pernahnya ngajar bimbingan konseling, bukan mapel ekonomi.""Gapapa, Ra. Mas kayaknya masih inget beberapa sub bahasannya."Ugh, Rara kalau gini jadi tambah gemas. Kenapa suaminya harus serba bisa? Padahal tadi usai maaf-maafan, Rara harap mere

  • Untuk Asa (Indonesia)   22 | Ibu

    Sore hari tiba.Rara sedang makan keripik ketika Abi memasuki rumah utama. Ingin berlari ke kamar tentu terlambat. Selain karena Airin tengah anteng di pangkuannya, Abi juga sudah terlanjur melihat sosok dirinya yang kumal. Maklum, baru kena air saat siang tadi kelelep di kolam renang. Jadi dia lanjutkan saja sesi ngemil, dan berusaha cuek."Cium tangan suaminya kek. Jangan masuk list calon-calon istri durhaka." Jae yang tadi membukakan pintu untuk Abi, kini berjalan melewati keduanya sambil menyindir sang kakak.Kontan Rara memincingkan mata. "Lo mau dihapus dari Kartu Keluarga? Mau gue aduin?"Jae langsung ngibrit pergi. Dalam hati Rara tertawa puas. Ada untungnya dia jatuh ke kolam renang, terbukti Rara jadi punya kartu agar Jae tidak asal bicara lagi.Pun perlahan Rara menarik tangan kanan sang suami. Cup. Sama halnya dengan tangan mungil Airin yang juga Rara arahkan untuk mencium punggung tangan Abi. Abi tersenyum senang, sambil membelai rambu

  • Untuk Asa (Indonesia)   21 | Saling Bertukar

    "Hei, jangan ngelamun."Rara menoleh ke sumber suara. Pria berseragam SMA itu datang, bergabung bersama Rara yang duduk santai di pingir kolam renang. Darwin melipat ujung celana abu-abunya, meniru Rara memasukan kakinya ke air."Loh, itu celana lo basah." Seru Rara, tahu usaha Darwin melipat celananya berakhir sia-sia. Sedengkul sudah air membasahi celana pria tersebut."Gampang, nanti tinggal pinjem punya Jae.""Terus kenapa dilipet segala? Buang-buang tenaga." Rara menggelengkan kepala, lalu ujung bibirnya tertarik ke atas, tergelak singkat. Memang Darwin satu spesies dengan adiknya, sama-sama aneh."Biar lo ketawa, Ra. Dari tadi gue perhatiin lo cemberut terus."

  • Untuk Asa (Indonesia)   20 | Mari Buat Semua Lebih Jelas

    "Istri kamu kemana? Dari kemarin pergi sama temennya yang namanya Jasmine, dan sampai sekarang nggak pulang-pulang." Kalimat Tia meluncur begitu Abi datang sambil menyeka keringat. Semalaman Abi susah tidur, merasa aneh karena Rara tidak ada di sampingnya. Padahal ini baru satu hari, tapi Abi sudah seperti kehilangan arah. Sehingga pagi-pagi buta Abi memilih jogging disekitar komplek selama satu jam penuh."Rara nginep di rumah orang tuanya." Jawab Abi setelah meminum segelas air mineral."Jangan terlalu manjain istri kamu. Lihat, dia jadi seenaknya sendiri. Masa sudah berkeluarga, masih numpang tidur di sana. Apa kata tetangga nanti?" Ujar Tia seiring membuat teh hangat dalam wadah jar."Gapapa, bu. Rara juga sudah lama nggak mampir ke rumah utama. Pasti kangen mama papanya.""Makanya kamu jangan nikahin anak kecil kayak dia. Sudah manja, nggak bisa kerjain pekerjaan rumah lagi. Repot sendiri, kan?" Sindir Tia, lalu menaruh cangkir teh tepat di depan putrany

  • Untuk Asa (Indonesia)   19 | Tidur Terpisah

    Sudah lama Rara tidak menginjakan kaki di rumah utama. Terakhir yaitu saat datang bersama Abi, memberi tahu pada kedua orang tuanya bahwa dirinya hamil dan berakhir dengan diusir. Kini dia kembali bersama putri kecilnya. Terasa aneh begitu Rara memasuki kamarnya, karena semua tetap sama, sementara dirinya telah mengalami banyak perubahan. Menjadi ibu sekaligus istri di usianya yang bahkan belum memasuki kepala 2. Hidupnya persis permainan roller coaster."Sayang, kamarnya mau mama dekor ulang?" Inisiatif Irana. "Atau kamu mau beli furniture baru? Wallpaper baru? Nanti mama atur semua.""Aku cuma nginep sehari, ma." Geleng Rara lemah. "Makasih udah bolehin aku pulang ke rumah ya, ma.""Jangan bilang gitu. Ini kan rumah kamu juga. Kamu bebas ke sini kapanpun." Irana agaknya lupa kalau kedatangan Rara bukanlah untuk liburan, melainkan akibat sedang selisih paham dengan Abi. Rara bukanlah anak kecil lagi, dia sudah menjadi istri orang. Beberapa saat yang lalu Irana

  • Untuk Asa (Indonesia)   18 | Ayo Pulang

    Dio, ayah dari Larasati Wijaya, baru saja selesai meeting dengan kliennya di gedung FWC. Kumpulan orang di lobby membuat fokusnya teralihkan. Semula dia tak terlalu ambil pusing, namun setelah melihat sosok yang ditandu oleh tim paramedis, Dio berhasil bergeming di tempat. Pria berkacamata itu segera berlari tergesa-gesa. Kenapa Rara bisa di sini? Dan apabila dilihat sekilas Rara jelas mengalami serangan panik lagi! Astaga, dunia Dio langsung runtuh!"Maaf, pak. Hanya yang berkepentingan yang dapat menemani pasien." Tahan seorang tim paramedis ketika Dio akan ikut naik ke ambulance."Saya ayahnya Rara. Dia putri saya."Pun sirene ambulance membelah jalanan siang Jakarta yang padat. Ketika orang-orang mulai berjubel keluar untuk mencari makan siang, di sini ada Dio yang terus memegang erat tangan Rara dengan perasaaan teriris. Kesadaran Rara masih terjaga, tapi sulit bernapas dan harus terhubung dengan bantuan oksigen. Sementara bagian paramedis mengecek tekanan

  • Untuk Asa (Indonesia)   17 | Panic Attack

    Rara coba telpon Abi. Satu kali. Dua kali. Tidak ada jawaban. Mine sebelumnya turun dari mobil untuk bertanya tentang tempat kerja baru Abi kepada security. Hasilnya nihil. Dengan pikiran semrawut Rara mencari kontak yang sekiranya dapat dihubungi, namun baru beberapa detik berselang, dia terdiam. Rara tidak kenal satupun teman Abi. Serenggang ini kah hubungan mereka?"Kenapa kamu tanya ke ibu? Bukannya kamu yang harusnya lebih tahu?" Kalimat Tia di ujung ponselnya terdengar. Ya, dengan nekat Rara bertanya pada sang mertua. Sungguh dia tak memiliki pilihan lain untuk menjawab rasa penasarannya."Rara lupa nama perusahaan Mas Abi yang baru, bu. Ini Rara mau nyusul ke sana. Kasian bekal makan siangnya ketinggalan.""Bukan ketinggalan, tapi sengaja. Toh bekal yang kamu buat nggak pantas dimakan." Tanpa sadar, Rara mencengkram ponselnya kuat-kuat. "Abi kerja di FWC bareng mantan tunangannya. Sudah kamu nggak usah anter ke sana. Biarin Abi lepas rindu sama Marine."

  • Untuk Asa (Indonesia)   16 | Satu Hal Terungkap

    Bahagianya Rara adalah perkara mudah. Contohnya saja soal makanan. Abi tak hanya membelikan Rara martabak asin plus manis, tapi juga sushi. Iya, sebelum mengantar Marine pulang, mereka makan malam bersama di restoran tersebut."Mas, bener nggak mau?""Iya, mas udah makan di luar." Jawab Abi, mulai membuka kancing kemejanya."Sama siapa?"Abi menelan air liurnya susah payah dan seketika merasa bersalah. "Temen kerja. Gimana enak, Ra?" Langsung Abi yang balik bertanya, takutnya Rara mengajukan pertanyaan macam-macam. Abi menemukan istrinya tahu-tahu sudah duduk bersila di lantai kamar dan terlihat lahap."BANGET. Dulu pas sekolah aku sering ke tempat sushi ini sama Mine." Antusias Rara sambil mengigit ujung sumpit, sesenang itu. "Oh ya, kenapa chat aku yang bahas film azab nggak dibales-bales? Aku kan bukan koran, masa chatnya dibaca doang.""Tenggelam, Ra.""Pin makanya. Biar chat dari aku ada di atas.""Nggak ngerti. Lagian kamu juga u

  • Untuk Asa (Indonesia)   15 | Sulit Menghindar

    Abi baru saja bersantai di kubikelnya seusai beres dengan berbagai kerjaan. Sejak pagi hingga pukul 7, dia disibukkan dengan tampilan excel dan macam-macam angka. Memang ini hari pertamanya bekerja di tempat baru dan ada perkenalan singkat dengan karyawan lain, namun setelahnya jadwalnya padat. Pun Abi mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Rara. Belum sempat bertanya Rara ingin martabak asin atau manis, Abi ternyata sudah menerima banyak chat dari sang istri. Ada 25 chat yang tenggelam. Astagfirullah. Ini sih bisa-bisa Abi kena amuk.Larasati Wijaya:-Mas, pernah nonton film azab? Judulnya mertua jahat pada menantu, liang lahatnya menyempit.-Mertuanya nampar si menantu-Padahal menantunya baik. Ya... walaupun nggak sempurna-sempurna amat. Masakannya kurang enak, bangunnya kadang siang, tapi dia mau belajar.-Mas? Ih dicuekin :(-Aku VN aja. Capek ngetik.Lalu Abi dengarkan satu persatu pesan suara itu. Tak jarang, Abi terkekeh selagi merap

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status