Beranda / Rumah Tangga / Upik Abu Mertua / Bab 7. Semua Milikku

Share

Bab 7. Semua Milikku

Penulis: Rifat Nabilah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-03 00:45:14

"Bu, kami hanya membahas Putri," jawab Hafizah menjelaskan pada ibu mertuanya agar tidak ada salah paham.

Berbeda dengan Hafidz yang perlahan melihat ibu mertuanya dengan santai. Lestari membawa sapu dan lap, dilemparkannya ke wajah Hafizah yang dari tadi belum juga membersihkan rumah.

"Alasan! Ambil itu. Kerjakan semuanya sebelum aku pulang dari salon, jangan ada drama seisi ruangan kotor karena kamu sibuk pacaran sama Hafidz," ujarnya pergi setelah melemparkan barang-barang tersebut.

Hafizah mengambilnya dengan wajah yang sedih karena dia harus terus diperlakukan buruk oleh ibu mertuanya sendiri.

"Tidak perlu diambil hati semua yang keluar dari mulut Ibu, aku tau sebenarnya kamu menantunya, nasib kita sama Hafizah, sama-sama diperlakukan tidak baik di sini."

Hafidz bisa merasakan kekecewaan Hafizah terhadap Lestari, dia paham betul sifat Lestari sejak menginjakkan kaki di rumah ini.

"Aku tidak apa-apa, sekarang mau kerjakan semua pekerjaan rumah, terima kasih sekali lagi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Upik Abu Mertua   Bab 100. Tempat Terbaik

    Hafidz mencoba menenangkan hatinya yang tengah berbunga-bunga. Meski begitu, dia harus menekan hasratnya untuk segera bertemu Hafizah karena hari ini belum saatnya untuk itu. Dalam pikirannya yang penuh keraguan, Hafidz berbicara pada dirinya sendiri. "Hafizah, aku yakin kamu juga merindukanku seperti aku merindukanmu sekarang. Aku tahu hati kita saling terhubung. Tapi masalah ini tak akan selesai kalau aku belum berani jujur padamu tentang anak kandungmu. Sayangnya, aku belum siap melakukannya. Aku takut kehilangan Putri jika kamu memutuskan menjauhinya dariku. Dan lebih buruk lagi, mungkin kamu tak akan mengizinkan aku berada di dekat kalian lagi."Hafidz kembali merasa sakit saat membayangkan dirinya harus berjauhan dengan anaknya. Terlebih lagi, Hafizah kini mulai membuka hati untuknya, merespon pesan-pesannya, memberikan harapan yang lama hilang."Tunggulah aku di sana, Hafizah," gumam Hafidz penuh tekad. "Nantinya aku akan mengungkapkan segalanya. A

  • Upik Abu Mertua   Bab 99. Kebakaran

    Hafizah terbangun dengan dada yang sesak akibat bau asap yang menyengat, setelah sebelumnya menangis cukup lama. "Bau asap apa ini?" pikirnya.Ia bangkit dari tempat tidur dan merasakan tubuhnya panas. Ternyata, di luar kamarnya, api besar sedang melahap rumahnya perlahan. "Sepertinya ini kebakaran. Asap ini berasal dari luar pintu kamar. Aku terjebak di sini. Apa yang harus aku lakukan?"Rasa takut mulai menyelimuti Hafizah, dan ia bingung bagaimana cara menghadapi masalah yang tiba-tiba muncul ini. Ia membungkus dirinya dengan selimut tebal, berdiri dekat tempat tidur, ketika tiba-tiba terdengar ketukan di jendela yang membuatnya semakin panik. "Ibu Hafizah," panggil seseorang dari luar jendela. Hafizah mendekati suara itu dan melihat dua orang masuk ke dalam kamarnya. "Kalian di sini untuk apa?" tanyanya, terkejut melihat dua bodyguard Hafidz muncul di tengah malam seperti ini."Kami diperintah

  • Upik Abu Mertua   Bab 98. Sakit Menerima Kenyataan

    "Jika berani, silakan. Aku hanya tinggal bilang kalau aku adalah istri kedua dari suamimu. Suami kita berdua tidak ingin menafkahi aku, malah menelantarkan aku tanpa sepeser pun uang. Semua polisi di sini tahu bahwa kewajiban suami adalah menafkahi istrinya." Hafizah menahan emosi yang nyaris meledak. Rasanya dia ingin sekali menghentikan mulut wanita itu, yang sejak tadi terus melontarkan hinaan tentang mantan suaminya. Kata-kata tajam yang keluar tanpa henti membuat Hafizah semakin kesal. "Tutup mulutmu! Aku pikir ucapan seperti itu tidak pantas diucapkan di tempat ini, di rumahku. Sekarang pergi dan hentikan drama ini!" Hafizah berdiri tegar, tidak ingin memberikan ruang bagi wanita itu untuk terus mempermalukannya dan mencoba memerasnya. Namun, wanita itu tetap tak bergeming. "Aku tidak mau! Berikan hakku dulu. Jangan sembunyikan harta Hamid. Semuanya milik Hamid, bukan milikmu. Dia sendiri bilang kamu cuma menumpang di sini. Lagipula

  • Upik Abu Mertua   Bab 97. Fakta Baru

    "Aku tidak tahu bagaimana caranya untuk bertemu dengan anakku. Di mana kamu, sayang?"Hafizah masih berdiri di depan panti asuhan yang sebelumnya disebutkan oleh Lestari. Namun, dia tidak mendapatkan informasi lebih lanjut karena pihak panti asuhan menutup rapat-rapat informasi tersebut, sesuai dengan janji mereka kepada Hafidz yang mengadopsi Putri."Aku sudah pasrah jika anakku hilang. Sejak aku keluar dari penjara, dia tidak ada. Aku harus belajar menerima semua ini, meskipun itu adalah sesuatu yang tidak aku inginkan."Hafizah masuk ke dalam mobilnya, berusaha untuk tidak memikirkan lebih jauh setelah melepaskan keinginannya. "Baiklah, kamu harus fokus mengemudikan mobil sampai tiba di rumah. Hari ini, setelah pulang kerja, kamu sibuk mencari anakmu sendirian dan bahkan melupakan makan siang karena terlalu terfokus. Ayo, Hafizah, jangan seperti ini. Kamu tahu bahwa sekarang kamu tidak memiliki Hafidz lagi; dia sudah pergi, dan kamu harus mengatasi semuanya sendiri," pikirnya.Haf

  • Upik Abu Mertua   Bab 96. Membutuhkan Waktu

    Hafidz tidak ingin semua pengorbanan yang telah dilakukannya untuk Putri sia-sia hanya karena ia menyerah pada penyakit yang diderita anaknya. "Kamu pasti akan sembuh, sayang. Tidak ada yang bisa merenggut nyawamu, anakku. Aku tidak peduli jika harus menghabiskan semua uangku," tegasnya.Pria itu berencana untuk kembali ke rumah Hafizah untuk berpamitan, seandainya ia harus pergi ke negara lain lagi. Sementara itu, Hafizah yang baru saja selesai mandi, mengambil ponselnya dan melihat ada panggilan masuk. "Hafidz menghubungiku. Apakah ada sesuatu yang buruk terjadi pada Putri? Aku yakin ini ada kaitannya dengan Putri. Jika tidak, dia tidak mungkin menghubungiku. Haruskah aku menghubunginya kembali?" pikirnya, masih ragu antara menghubungi Hafidz atau membiarkan rasa penasarannya mengganggu pikirannya.Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu rumah disertai dengan suara bel yang ditekan berulang kali."Siapa ya?" tanya Hafizah.Dia merasa tid

  • Upik Abu Mertua   Bab 95. Pergi Hafidz

    "Hafizah, kamu tidak bisa pergi begitu saja. Aku akan mengejar mu ke mana pun kamu melangkah. Tidak ada yang bisa kamu lakukan tanpa kehadiranku."Hafidz kembali masuk ke dalam mobilnya untuk mengejar Hafizah. Ia menyadari bahwa tidak ada yang bisa memaksa sikap Hafizah. Hafidz mengerti bahwa tindakan Lestari telah menimbulkan luka yang mendalam bagi Hafizah, dan perubahan yang terjadi padanya sangat mengkhawatirkan."Hafizah, kamu harus tahu bahwa aku selalu mendukungmu. Namun, demi keselamatanmu, aku lebih memilih untuk bertindak sendiri. Risikonya akan ku tanggung sendirian, tetapi aku tidak bisa membiarkanmu berada dalam keadaan seperti ini. Meskipun kamu kuat dan tangguh, aku ingin kamu bisa mengandalkan ku."Menyadari bahwa Hafidz mengejarnya, Hafizah segera menghentikan mobil dan keluar dengan cepat. "Hafidz! Keluar sekarang!" Hafizah mengetuk pintu mobil Hafidz yang awalnya enggan dibuka. Namun, setelah terus-menerus mengetuk, H

  • Upik Abu Mertua   Bab 94. Menjadi Kuat Sendiri

    Hafizah tiba bersama pengacara yang telah diajaknya bekerja sama. Di sana, ia melihat Lestari yang sudah dibawa oleh polisi untuk menemuinya. Hafizah meminta waktu kepada pengacaranya agar bisa berbicara berdua dengan Lestari."Hafizah, ternyata kamu ada di sini. Apakah kamu menyesal telah memenjarakan ku? Tapi kamu salah memilih lawan. Aku sudah siap untuk bebas kapan saja, karena jaminanku sangat kaya, lebih dari yang kamu bayangkan. Apakah kamu ingin mengemis permintaan maaf dariku? Katakan saja, Hafizah, aku sama sekali tidak berniat memberikan maaf untuk semua kesalahanmu," ujar Lestari dengan nada merendahkan.Hafizah mendengarkan semua ucapan Lestari. Dia menyadari bahwa berada di dekat orang seperti Lestari hanya akan membuatnya mendengar kata-kata yang menyakitkan. Namun, tujuannya bukan hanya itu; ia merasa perlu untuk menghadapi Lestari secara langsung, meskipun ia tahu risikonya bisa membuat telinganya panas."Diam!""Apa maksudmu memb

  • Upik Abu Mertua   Bab 93. Sikap Dingin Hafizah

    "Hafidz, apa yang kamu lakukan di sini? Bukankah kamu seharusnya berada di Thailand?" tanya Hafizah dengan terkejut saat melihat Hafidz yang berdiri sambil membawa kotak makanan."Apakah aku tidak boleh datang ke sini? Bukankah kamu merindukanku? Aku membawakan makan siang untukmu, mungkin kamu suka dengan makanan ini. Kita bisa makan bersama, jika kamu mau," jawab Hafidz."Sepertinya kamu tidak perlu memikirkan apa yang aku inginkan. Seharusnya kamu ada untuk anakmu yang selalu kamu lindungi, tapi kenapa kamu datang ke sini hanya untuk makan siang bersamaku?" balas Hafizah.Hafizah merasa sulit untuk menerima kenyataan bahwa Hafidz kembali mempermainkan perasaannya. Ia menganggap perhatian yang diberikan Hafidz hanya sebagai ungkapan rasa bersalah, meskipun sebenarnya Hafizah sendiri yang memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan pernikahan itu."Hafizah, aku tahu kamu belum siap dengan semua ini. Aku sudah memaafkan diriku sendiri karena egois

  • Upik Abu Mertua   Bab 92. Memikirkan Hal Yang Sama

    Menghadapi situasi tersebut, Lestari merasa terjebak dan tidak bisa bergerak, terutama setelah Hafizah memegang lengannya. "Lepaskan!" Suara Hafizah bergema di telinganya. Lestari tidak memiliki pilihan lain selain berteriak, berharap Hafizah akan sedikit memperhatikan dan melepaskan tangannya. "Tidak akan! Kamu tahu aku sudah muak dengan semua yang kamu lakukan. Apakah kamu masih ingat siapa dirimu yang dulu di hadapanku?" Hafizah mengingatkan Lestari akan masa lalu, dan keyakinan Hafizah untuk bersikap berani saat ini berasal dari tekadnya agar semua yang pernah terjadi tidak terulang. Lestari merasa frustrasi ketika polisi masuk ke dalam rumah dengan senjata terarah, memaksanya untuk diam. "Angkat tangan!" Hafizah pun melepaskan lengan Lestari dan mundur sedikit. Akhirnya, polisi mendekat dan memasangkan borgol di pergelangan tangan Lestari."Ikutlah bersama kami!"Lestari berusaha melepaskan diri, namun kesulitan, sementara Hafizah merasa lega setelah polisi membawa Lestari

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status