Elora terbangun akibat aroma darah yang tak dapat dia tolak. Aneh, baunya tidak manis seperti Damio, tapi rasanya sulit ditolak.Dia perlahan membuka mata, terkejut tatkala tersadar bahwa sedang duduk di atas pangkuan Lord Obsidian.Apa maksudnya ... dari semula, dia duduk dan menyandarkan kepala di dada pria ini? Dan, aroma darah yang sedari tadi tercium berasal dari balik kulitnya?Sulit dipercaya."Kenapa ... aku sudah bergerak ..." Elora tak sanggup bergerak bebas, pinggangnya dipegangi oleh kedua tangan Lord Obsidian. "Kenapa ..."Lord Obsidian tersenyum memandanginya. Dia menyambut, "halo, Nona Vampire, sudah bangun? Selamat datang di kediaman bangsawan Obdisian."Mereka sedang ada di ruangan yang luas, berlangit-langit tinggi, banyak jendela, tapi tak ada perabotan apapun."Tidak ..." Elora menyentuh leher samping. Sebelumnya, dia telah ditusuk oleh pisau beracun. "Aku ... Aku masih hidup?""Tentu saja, tapi kamu sangat aneh— sangat lemah. Butuh waktu lima belas menit untuk ban
Elora melepaskan giginya dari leher Lord Obsidian. Sisi haus darah belum puas, tapi dia tak mau merasakan darah pria itu lagi. Darahnya terasa sangat hambar, tidak seperti Damio.Dia dipenuhi perasaan sesal tak terbendung. Apa yang sudah dia lakukan? Kenapa malah menikmati darah manusia lain selain Damio?"Aku akan membunuhmu!" Dia menguatkan diri, lalu turun dari pangkuan Lord Obsidian, menjaga jarak. Dia sangat waspada dengan pisau perak yang selalu dibawa pria itu.Lord Obsidian tersenyum melihat Elora. Sekilas, tingkahnya mirp dengan Damio yang tak menganggap kalau dia ancaman. "Sudah selesai? Darahku masih banyak, Nona Vampire. Hisap lagi, tidak apa ... kemarilah."Pandangan mata Elora masih kabur, tapi dia bisa bertahan. Racun vampire yang memenuhi tubuhnya tak hanya membuat dia haus darah, kepalanya juga terasa berat. Sebelum jatuh pingsan lagi, dia menyerang pria itu.Akan tetapi, belum sempat serangannya mengenai wajah Lord Obsidian, Sebastian si pelayan Dhampir tahu-tahu sud
"Cepat bunuh dia!" "Ya! Sebelum dia bangun dan membunuh kita lebih dahulu!" "Tidak masalah 'kan? Toh, kita juga akan mati!""Aku tidak mau mati!" Ucapan saling bersahut-sahutan ini terdengar oleh telinga Elora. Dia membuka kelopak matanya, tapi tubuhnya begitu lemas.Tenggorokan sakit, dada sakit— dan kini kulitnya sudah mulai membiru. Efek racun membuat tubuhnya membusuk. Racun itu mengandung parasit yang mampu melawan kemampuan regenerasi vampire. Semakin banyak parasit itu berkembang biak, maka mereka semakin cepat melunakkan tubuh vampire."Dia bangun!" Suara salah satu wanita terdengar lagi. Dia terdengar histeris. "AAAH!"Elora mengangkat kepalanya. Ada seorang wanita yang meringkuk di pojok kurungan besi ini."Kurungan?" Dia memijat keningnya sambil melihat sekitar, banyak sekali wanita yang ketakutan melihatnya. "Di mana ..."Aroma tak sedap, gelap, banyak wanita berpakaian pelayan yang mungkin telah disekap berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan.Ada apa ini? Apa maks
Langit mendadak mendung. Awan hitam terus berputar-putar di atas, gemuruh pun berdatangan. Cuaca yang tadinya terik tak ada masalah, berubah menjadi seperti ini dalam waktu singkat, seolah-olah alam ikut marah seperti perasaan Damio.Damio menggendong Elora yang tak sadarkan diri keluar dari kediaman Lord Obsidian. Mata kirinya masih tergenang darahnya sendiri, tapi dia masih bisa melihat dengan jelas. "BERHENTI!" suara para penjaga rumah terdengar.Mendengar itu, Damio berhenti berjalan, lalu perlahan berbalik badan. Saat emosinya ingin meledak— tiba-tiba suara gaduh terdengar.Fionnan meninju wajah kelima penjaga. Hantaman kuat tangannya membuat mereka semua tumbang dalam sekejap. Itu bukanlah hal yang mengherankan— bagaimana pun Fionnan adalah keturunan manusia serigala.Pria itu sangat kuat, apalagi kalau menggunakan tangan kosong, insting binatang liarnya bangkit.Dia menundukkan kepala kepada Damio, ingin minta maaf karena sudah teledor membiarkan para penjaga masih berkeliar
"Minum teh di sore hari memang menenangkan." Damio duduk si kursi dekat jendela kamar Elora. Dia minum teh sambil menikmati suasana pemandangan taman samping rumahnya.Elora masih duduk di atas ranjang, tidak bisa beristirahat dengan tenang. Dia heran, "kenapa kamu masih di sini?""Aku ingin memastikan kalau kamu tetap aman.""Aku aman, kok.""Setelah apa yang terjadi padamu, aku tidak mau mempercayakan keselamatanmu pada yang lain, lebih baik aku saja yang menjagamu.""Tapi ...""Kenapa? Kamu tidak suka?""Bukannya tidak suka, apa kamu tidak punya pekerjaan lain? Biasanya setiap hari kamu sibuk dengan urusan ala-ala bangsawanmu.""Aku memang bangsawan, dan pekerjaanku banyak. ""Aku jadi kepikiran, bangsawan Grim itu penghasilan utamanya dari mana? Setahuku di novel ... maksudku dari yang kudengar, wilayah kalian terkutuk dan sebagian besar hanyalah hutan. Jadi, pemasukan utama kalian apa?""Keluarga Grim terkenal sangat misterius dan berbahaya, ditambah setelah adanya aku yang terk
Hari pertunangan sudah semakin dekat, Damio tak mau buan-buang waktu. Pria itu telah menyewa jasa guru dansa untuk Elora.Elora sesungguhnya tidak mau kebanyakan belajar. Menjadi bangsawan ternyata sangat melelahkan. Segala-galanya memiliki aturan.Di novel, dia selalu kagum dengan tingkah laku para bangsawan, tetapi setelah dirasakan sendiri— sangat berat."Nona, tetap konsentrasi, langkah anda salah itu ... Ulangi dari awal," perintah guru dansanya, seorang wanita empat puluh tahunan yang begitu anggun. Dia adalah Lady Fleur, guru dansa paling tersohor di kerajaan.Dibandingkan dengan para guru lain, tak banyak orang yang berani masuk ke rumah Damio. Untungnya, Lady Fleur tidak mempermasalahkan. Wanita itu tak terlalu peduli dengan desas-desus buruk, yang terpenting adalah mengajarkan dansa untuk bangsawan yang membutuhkan."Satu ... Dua ... Satu ... Dua ..." Dia terus memperhatikan langkah demi langkah Elora berlatih dansa. Selain kaki, dianjuga memperhatikan posisi tangan.Elora
Hari ini adalah hari pertunangan, sejak pagi, Elora sudah sibuk dengan persiapannya dengan si pelayan kembar. Elora melihat dirinya sendiri di depan cein meja rias. Ada perasaan tak percaya hari ini akan datang. Hari dimana dia bertunangan sungguhan dengan seorang pria. Ini seperti mimpi— padahal beberapa bulan yang lalu, dia hanyalah seorang pekerja kantoran yang kesepian.Entah bagaimana dia berada di novel karangan Diosa ini, tapi ini kenyataannya. Sekarang dia adalah Elora si Vampire Vesper sekaligus milik dari bangsawan kegelapan, Duke Damiano Grim.Wajah vampirenya itu sangat cantik, terlebih sekarang sudah terpoles riasan. Si pelayan kembar kompak mendandani rambutnya dengan berbagai aksesoris bunga baby rose putih.Cantik, elegan, sama sekali jauh dari kesan monster haus darah. Tubuhnya juga telah terbalut gaun biru. Warnanya mirip seperti langit terang di musim semi. Indah dan menawan.Mendadak, Elora gugup. Tamu undangan akan datang, dan semuanya jelas bangsawan. Damio s
Elora turun dari anak tangga dengan langkah yang elegan. Selama berbulan-bulan dia melatih diri untuk menjadi wanita terhormat. Sekarang adalah waktunya untuk menunjukkan hasil.Meskipun tak banyak orang di lantai aula, tapi dia tetap grogi. Semua mata tamu tertuju padanya. Ini mengakibatkannya punya banyak pikiran. Apakah riasannya sudah bagus? Apa bajunya bagus? Apa caranya menuruni anak tangga sudah sesuai? Apa dagunya sudah lurus? Apa auranya sudah seperti wanita terhormat?Bibirnya tersenyum, tapi isi pikirannya dipenuhi teriakan tak tenang. "Dia ..." Matteo terpesona dengan sosok wanita itu. Matanya enggan berkedip hanya demi melihatnya lebih lama.Detak jantung berdebar, napasnya tertahan. Kecantikan Elora telah membuat dia jatuh hati di pandangan pertama.Damio mendekat ke anak tangga, bersiap untuk menyambut Elora.Saat itulah, Matteo terkejut. Dia tak pernah tahu kalau Elora si Vampire adalah wanita muda yang secantik itu? Tatapan matanya begitu jernih— seperti wanita yang