📚📚📚
Pelajaran di sekolah ini begitu membosankan. Jika saja bukan untuk kepentingan penyelidikan ku, aku tak mau repot-repot mengikuti kemauan wanita yang mengaku ibuku itu.
Dari hasil penyelidikan ku sejauh ini, mereka tahu namaku Erza dan sampai saat ini tak ada yang terkejut melihat wajahku, jadi ku simpulkan bahwa mereka mengenaliku. Tapi yang membuatku heran adalah dari deskripsi mereka, nampaknya bukan aku yang mereka maksud. Tapi seseorang yang berwajah sama sepertiku.
Apa sebenarnya yang terjadi?
Aku harus mengumpulkan lebih banyak informasi lagi. Namun, pada siapa aku harus...
"Za... tunggu."
Gadis cerewet tadi yang bernama Susi datang menghampiriku, "Ada apa," tanyaku begitu ia berada di sampingku.
"Hari ini kamu terlihat berbeda, kamu ada masalah apa?"
"Kenapa kamu begitu cuek?"
"Apa aku berbuat salah?"
"Kalau aku salah, aku minta maaf Za."
"Atau jangan-jangan, kamu marah karena aku terlalu banyak makan Kinderjoy?"
"Kalau bukan karena itu, terus apa?"
"Jawab Za, jangan diam terus"
"Za... Za... ayo bicara."
"BISA DIAM TIDAK???" bentakku padanya.
Celotehan gadis ini membuatku ingin membenturkan kepala seseorang ke tembok saat ini. Ingin rasanya lari dari sini, namun aku tak bisa karena gadis ini menggandeng tanganku dengan erat.
"Za... kamu kenapa sih?" tanya Susi lagi
"Tidak ada apa-apa," ucapku sambil melepaskan tangannya dan pergi menuju halte.
Kutolehkan pandangan ku ke arah Susi yang sedang terkejut mendapat perlakuan dariku. Mungkin aku agak keterlaluan tadi, tapi apa peduliku, lagi pula aku bukan Erza pacarnya. Aku tak peduli, mau dia menangis atau bunuh diri sekalipun. Yang ku pedulikan saat ini adalah diriku.
Sejujurnya, aku bingung. Apa yang ku lakukan di tempat bernama halte ini, aku hanya mengikuti saja anak-anak sekolah yang lain. Tiba-tiba....
"Oi... butuh tumpangan?" seorang pemuda yang berseragam putih abu-abu menghampiriku dengan sepeda motor berhenti di depanku.
"Huh?" aku menoleh kiri kanan memastikan bahwa yang diajak bicara adalah aku.
"Hei... Ini aku, Jures," ujarnya sambil membuka helm nya.
"Maaf aku tak mengenalmu." ucapanku itu bersamaan dengan tibanya angkutan umum bernama bis.
PLAAKK!!!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku, ku tolehkan wajah ku ke samping tepat di saat Susi baru saja lewat tanpa menolehkan wajahnya dan beranjak pergi menaiki bis meninggalkanku yang kebingungan sambil memegang pipiku yang kemerahan.
"Hahaha... aku tiba di saat yang tepat, ini sungguh lucu Za," kata pemuda bernama Jures itu sambil terkekeh melihatku yang baru saja ditampar Susi.
....BERSAMBUNGChace :
Hadeeeh... kok jadi ke teenfic ya?
Tenang guys, genre Sci-fi masih ada di pov ERZA 01. Semoga gak belok lagi kayak ini. 😂😂😂
Jangan lupa tinggalkan jejakmu, kalau malu kasih komen, vote aja. 😂
Jangan lupa bernapas
ヽ('▽`)/[ERZA 01]Kesadaranku perlahan-lahan mulai pulih, kali ini ku coba untuk bersikap tenang dan tidak panik. Lagipula aku adalah author cerita ini, jadi tak akan sulit menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Seperti yang tertulis di awal ceritaku, Erza sang tokoh utama berada di ruang pemulihan ditemani Ashley.Aku menoleh ke samping, di sana ada Ashley yang sedang duduk membaca sebuah buku, tampaknya dia terus menemaniku hari ini. Tiba-tiba saja aku gugup, aku baru saja teringat bahwa Ashley adalah kekasih Ezra sang tokoh utama."Tenang Za, tenang... ini bukan selingkuh dia tidak nyata, dia tidak nyata." batinku"Leya..." aku mencoba menyapanya dengan panggilan kesayangan nya agar dia tidak curiga.
[ERZA 02]Tamparan dari Susi tadi siang menyadarkanku akan satu hal, bahwa aku tak bisa seenaknya kepada mereka. Aku harus berpura-pura menjadi Erza mereka, setidaknya sampai aku mengetahui apa yang sedang terjadi.📎📎📎Kurebahkan tubuhku di tempat tidur sambil memikirkan bagaimana caraku mengumpulkan informasi. Mataku tertuju pada sebuah laptop yang tergeletak di meja belajar."Lebih baik aku mulai dari sini," ucapku sambil beranjak dari tempat tidur dan menghidupkan laptop. Namun sia-sia saja karena membutuhkan password untuk login."Sial," umpatku.Tak puas dengan itu, akupun menggeledah seisi ruangan berusaha mencar
[ERZA 01]NEST adalah sebuah stasiun luar angkasa SPD, di sini tempat bersandarnya seluruh armada SPD. Biasanya tempat ini ramai dengan lalu lalangnya pesawat-pesawat luar angkasa namun kini hampir semua dok terlihat kosong, kecuali satu dok yang ditempati oleh satu Pesawat induk luar angkasa terbaru dari SPD. Di lambung pesawat itu bertuliskan Galactica 01.Galactica 01 merupakan pesawat induk terbesar dan tercanggih yang dimiliki oleh SPD, Galactica 01 memiliki beberapa fitur canggih salah satunya yaitu pesawat ini dapat "membelah diri" menjadi lima bagian. Yaitu :- Galactica 01 [Pesawat induk utama]- Galactica 02Berukuran setengah dari 01, Galactica 02 merupakan bagian tempur dari 01. Fitur ini diakti
[Erza 02]Berkat "telur ajaib" itu Susi memaafkanku, entah apa hebatnya telur itu. Tapi yang jelas, sekarang aku bisa leluasa mengobrol dengannya. Lagipula dia kan pacarku, maksudku... dia pacar Erza yang satunya.Ngomong-ngomong soal pacar, aku jadi teringat Leya. Sedang apa dia saat ini? apakah dia merindukanku? apakah dia menyadari kehilanganku? Semoga saja."Jadi... semua beres kan? kamu tak marah lagi?" tanyakuDia mengangguk malu"Wah, kukira akan terjadi perang? ternyata tidak." Jures, salah satu teman Erza datang menghampiri kami bersama Joni."Dasar..." kata Susi sambil melayangkan buku yang dibacanya untuk memuk
[Erza 01]Valgon adalah sebuah planet tandus bertanah merah, mungkin kalian mengenalnya dengan nama Mars. Tapi di ceritaku ini, planet ini kuberi nama Valgon yang penghuninya adalah ras Valgonar, salah satu sekutu terdekat bumi. Ras Valgonar agak mirip dengan manusia tapi yang membedakan adalah mereka selalu berpikir berdasarkan logika dan kulit mereka yang berwarna merah.Sebenarnya aku sudah tau apa yang akan terjadi ketika kami tiba di sana nanti karena aku lah penulisnya. Namun, aku sedang kesal karena kesal kepada Ltn Zola yang seorang Valgonar."Jadi, kau adalah kadet terbaik di akademi?" tanyanya ketika mendengar kapten Garth menyebut namaku."Iya pak!""Semoga kau
[Erza 02]Tiba-tiba mereka tertawa terbahak-bahak, Jures dan Joni yang sebelumnya hendak bergelut, sekarang malah terpingkal-pingkal mendengar apa yang baru saja kukatakan."Haha... nampaknya tamparan Susi sedikit menggeser otakmu," ejek Jures"Sus, lebih baik kau ajak Erza jalan-jalan. Sepertinya otaknya perlu disegarkan kembali," kata Joni sambil terkekeh."Mau jalan-jalan?" Susi yang sedari tadi diam saja kini membuka suaranya.🌉🌉🌉Susi mengajakku ke sebuah jembatan yang cukup ramai dengan pasangan muda-mudi. Ini kesempatanku untuk menggali informasi tentang Erza di dunia ini.
[Reza 01]Linm adalah sebutan untuk kecepatan suara. Jika dalam kecepatan normal Galactica 01 bisa mencapai Valgon dalam 6 bulan, maka jika dengan menggunakan Linkhanya membutuhkan waktu beberapa menit. Sekarang mari kita kembali fokus ke ruang cockpit, dimana kapten Garth dengan wajah tegangnya memberikan instruksi kepada bawahannya."Semua bersiap! sebentar lagi kita akan sampai di Valgon," seru kapten Garth."03 out!" suara ltn Zola terdengar di interkom, seketika bagian lambung galactica 02 terbelah dan nampaklah bentuk dari 03."04 out!" Nakamura yang bertanggung jawab di 04 mulai melakukan pemisahan diri.Sementara aku yang ditugaskan di 05 masih
[Erza 02]Sudah seminggu lamanya aku berada di dunia ini, berpura-pura sebagai Erza si anak SMA yang memiliki keluarga dan sahabat yang menyayanginya. Zee dan aku semakin akrab, meskipun dia sangat menyebalkan namun kadang dia cukup menggemaskan juga.Hari ini sepulang sekolah, kuputuskan untuk mampir di sekolah untuk menjemputnya. Namun kata teman-temannya dia sudah pulang duluan, "Dia sudah pulang duluan kak," kata seorang temanya.Aku pun pulang ke rumah, namun betapa kagetnya aku ketika ibu mengatakan bahwa Zee belum pulang."Mungkin dia sedang main di rumah temannya," ucap ibuku yang sedang menyiapkan makan siang. Sementara aku hanya ber-oh-ria.📎📎📎