Arthur mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja sebuah kafe untuk menunggu kedatangan seseorang. Tadi, sebelum ia melesat menemui Dave, orang itu lebih dulu menghubunginya dan mengatakan jika ia mendapat informasi dari beberapa hal yang ia ingin ketahui. Maka, ia memilih waktu sekarang ketika selesai menemui Kenneth, akan ada banyak pertanyaan dan informasi yang memerlukan waktu lama. Meski masih terlalu pagi, pukul sepuluh siang.
Tidak berapa lama, dari arah pintu muncul seorang bertubuh tinggi menjulang dan berjalan ke arahnya.
"Sudah menunggu lama?"
"Tidak terlalu." sahut Arthur enteng. Ya, hanya berkisar sepuluh menit.
"Baiklah, kau ingin berbasa-basi lebih dulu atau segera ke pembasahan?"
Arthur berdecak, ia sudah tidak sabar ingin mengetahui fakta yang di sembunyikan oleh Dave. Dan pria ini, malah membuatnya tersulut emosi. Sejak pertemuannya dengan Dave, suasana hatinya langsung memburuk
Dave terlihat aneh, tidak seperti biasanya. Jika malam-malam sebelumnya, setiap kali kembali ke rumah, pria itu segera menggerayangi tubuhnya begitu pintu tertutup.Kini, Dave hanya terdiam. Bahkan, sepertinya ia tidak sadar jika sudah sampai ke dalam kamar. Meski belum terlalu lama hidup bersama, sudah sedikit banyak ia mengetahui tentang Dave.Sekarang ini, nyawa Dave seolah tidak sedang bersamanya begitupun pikirannya yang tengah berkelana entah kemana. Terbukti, sedari tadi pria itu hanya merangkul bahunya tanpa ada niat melakukan apapun.Bukan, bukan maksud Chloe ingin disentuh dan melakukan sesuatu. Hanya saja, kondisi sekarang terlihat sangat aneh. Seperti ada yang salah dengan Dave hari ini.Selepas menumbuhkan keberanian, Chloe melepaskan rangkulan Dave dan menghadap sepenuhnya pada pria itu. Tak ada reaksi berlebih yang ditunjukkan, mungkin benar jika sesuatu sedang mengganjal hatinya. Meski ha
Alasan mengapa Garvin menyerahkan Chloe pada Dave adalah ibu mereka dan syarat yang Dave ajukan agar mau menolongnya.Saat itu, menginjak tiga tahun Dave, Garvin, dan Celine saling mengenal dan berteman baik. Sedari dulu, sebelum ada Garvin, Celine sudah sering kali bercerita pada Dave, begitupun sebaliknya, mereka saling berbagi kisah entah apapun itu.Meski terkadang, Celine acap kali mengacuhkannya Dave tetap menjadi sahabat yang selalu ada untuk gadis itu. Seperti sekarang ini, ketika Celine tidak ada yang menjemput Dave menemaninya pulang hingga sampai dirumah seraya menuntun sepedanya, mungkin jika sepeda Dave memiliki jok belakang mereka tidak akan berjalan kaki."Kurasa aku menyukai seseorang." ujar Celine sore itu selepas sekolah. Tidak ada Garvin di sana, hanya mereka berdua yang tengah berjalan dengan bungkus makanan dan sekotak susu ditangan masing-masing."Benarkah? Siapa?" tanggap Dave saat itu s
Hujan melanda ibu kota ketika Arthur berhasil masuk ke dalam rumah Dave melalui balkon yang pintunya terbuka. Berkat keahliannya memanjat pohon ia bisa sampai di sini. Dan untung saja, dahan pohon itu tidak berjarak terlalu jauh dari balkon.Arthur menyembunyikan dirinya dibalik sebuah lemari usang yang terdapat di pojok ruangan kala terdengar suara derap langkah mendekat. Tak lama, mengecil hingga akhirnya menghilang.Menghela napas lega dan perlahan keluar dari balik lemari dengan tatapan was-was mengamati sekitar. Langkahnya sangat pelan mencoba agar tidak menimbulkan suara sedikitpun.Tadi, selepas Arthur mengetahui beberapa fakta perihal Dave, ia langsung membulatkan tekadnya ingin merebut Chloe dari tangan Dave dan juga, Garvin. Entah mengapa, rasa benci itu menguar ketika mengetahui dalang dibalik semua ini. Mungkin saja, jika Garvin tidak mengiyakan syarat yang diajukan Dave, Chloe tidak akan menjadi korban dari keegoisan me
Dave melempar begitu saja kemejanya kemudian berlalu menuju tempat permandian guna segera mengguyur seluruh tubuhnya dengan air dingin yang mengucur dari shower, menyegarkan badan sekaligus pikirannya yang tengah keruh seperti air kubangan di pinggir jalan.Tapi, alih-alih menyegarkan, pikirannya yang sudah keruh malah semakin bertambah keruh, sawang bayangan itu bagai film kapasitas HD yang begitu jelas berputar di otaknya.Pintu kaca itu sudah berembun bagai dipenuhi kabut pagi yang sejuk rasanya. Titik-titik air perlahan menjatuhi bumi diiringi gertakan kecil yang menggema di atas sana. Tapi sayang, aroma tanah yang berbaur dengan air hujan tidak menghalangi pikiran Dave yang masih saja terngiang ucapan anak buahnya sepuluh menit yang lalu.Hatinya seperti terbakar setelah ia mendengar kabar jika Arthur berhasil menerobos masuk ke dalam rumah dan juga menemui Chloe. Terlebih lagi, Arthur dengan mudah mengorek rahasia
Hampir setengah jam, Chloe menghabiskan waktunya untuk mandi. Bukan sekedar mandi, tapi juga menangis keras, lagi-lagi ia meratapi nasib buruk yang entah kapan akan berakhir.Semua orang di luaran sana mengira kalau berada dalam posisi Chloe sungguh menyenangkan. Siapa yang tidak ingin menjadi seorang istri dari pria tampan dan mapan seperti Dave? Semua pasti bersorak mau.Namun, mereka tidak menyadari jika yang tampak indah dari mata tidak selamanya begitu. Menjadi istri dari pria arogan malah menjadi malapetaka dan neraka dunia bagi Chloe.Rasanya, baru sebulan ia hidup bersama Dave, tapi sakit dihatinya seolah sudah menyarang bertahun-tahun. Terlalu sakit diingat namun sulit di lupakan, terkesan serba salah.Hidup sebagai tempat pelarian nafsu yang dimana sosok itu seperti kepribadian ganda. Semalam memukulnya dengan penuh amarah dan seakan ingin membunuhnya. Tapi sekarang, ia duduk dengan
Celine Stewart tidak ada yang bisa menolak paras cantik gadis itu. Bahkan, begitu ia menjejakkan kakinya keluar pesawat langsung di tatapi oleh pasang mata yang berada di sana.Sebuah kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Cantik! Ia memiliki kulit putih dan bibir tipis seperti ibunya. Mata layaknya sang ayah yang tampan. Beruntung, ia bahkan juga dilahirkan dan di besarkan dalam lingkup keluarga yang berkecukupan.Kulit putihnya tampak bersinar di bawah pantulan cahaya mentari, dengan gaya dan penampilan yang keren menarik minat mereka untuk di lihat."Wow, seperti artis sinetron."Celine menghembuskan napas saat beberapa orang di sekitarnya nampak berbisik-bisik seraya menatapnya dari atas hingga bawah.Dengan gerakan anggun yang sudah acap kali ia lakukan di depan kamera, ia mengangkat tangannya berniat melihat pada jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pas
"Aku bisa menendang dan memukul." Celine terkekeh, dia tahu, sangat tahu jika sahabatnya itu senang sekali memukul, tapi yang di maksud Celine adalah berkelahi bukan memukul sekedar melayangkan tangannya dan mendaratkan pada sesuatu yang menjadi sasarannya, Dave benar-benar jago dalam akting.Tak usah diberitahu pun, Dave sudah lebih paham dari dirinya atas apa perkataannya. Tapi, Celine tahu, apa yang dilakukan Dave semata-mata hanya ingin menghiburnya. Sedari kecil, saat mereka duduk di bangku taman kanak-kanak Dave selalu berhasil menghiburnya dan kejadian hari ini membuatnya deja vu, otaknya seolah memaksa dirinya agar teringat masa lalu."Ya, baiklah. Lindungi aku kalau begitu.""Oh, lucu sekali, Mrs. Stewart."Keduanya lalu tertawa, menikmati kebersamaan yang sudah lama tak mereka rasakan.***Entah sudah ke berapa kali Chloe menguap lebar, bahkan sudah acap kali menyeka air mata
Melihat Chloe yang terjatuh pingsan, wanita paruh baya itu dengan segera menghubungi Garvin melalui telepon rumah yang tergelak di atas meja samping sofa.Dengan sesekali, melirik ke arah Chloe yang masih memejamkan mata di atas sofa. Tangannya gemetar, berharap-harap cemas pada Garvin yang tak kunjung mengangkat panggilannya.Hingga dipercobaan ke empat, Garvin mengangkatnya."Tuan Garvin! Nyonya Chloe pingsan!"***Kriek!Bunyi gerakan pintu itu terdengar. Arthur menatap sekeliling ruangan minimalis itu dari celah pintu yang ia buka sedikit. Hasilnya, tidak ada siapapun di sini. Arthur melangkah masuk lebih dalam dan menjatuhkan bokongnya pada senderan kursi yang sudah tersedia di sana.Menutup matanya lalu membukanya lagi. Ditatapnya, seluruh objek yang ada di ruangan kerja ini. Terdapat perpustakaan di sisi ruangan dengan tangga beroda yang bersandar di depannya. Ad