Saat mereka memaksa masuk dan berdiri di belakang Victor, lift membunyikan alarm tanda kelebihan beban. Mereka pun mulai saling pandang, menunggu seseorang keluar dari lift.Namun kedua karyawan perempuan itu, Abigail dan Sarah, bersikap cuek dengan apa yang terjadi.“Hei, kita tidak akan kemana-mana jika tidak ada satu pun yang keluar dari lift ini,” kata seorang pria dari belakang.“Oh, bagus! Sepertinya kau punya cukup IQ yang lebih baik daripada yang lain. Tapi kenapa kau masih di sini?” jawab Abigail. “Keluarlah, jika kau pikir memang harus ada yang keluar.”Pria itu tidak berani menjawab, karena posisinya di perusahaan lebih rendah dari Abigial. Begitu juga semua orang di dalam lift itu.Tak satu pun dari mereka yang berani membalas perkataannya. Namun, tak satu pun dari mereka yang berniat meninggalkan lift, karena semuanya buru-buru untuk rapat di lantai atas.Tiba-tiba, secara diam-diam, Sarah memukul siku Nancy dari belakang, tepat mengincar saraf ulnarisnya di bagian siku i
Tapi Nancy masih terlihat enggan. Lagi pula, dia punya sesuatu yang perlu dia lakukan dengan dokumen yang dia pegang saat ini. “Aku ingin membantumu. Tapi aku harus menyerahkan dokumen ini kepada supervisorku. Dia memerlukan dokumen-dokumen ini karena dia akan menghadiri pertemuan itu juga,” jawab Nancy menolak dengan sopan. “Kalau begitu, kenapa kamu tidak bawa saja dokumen itu langsung ke pertemuan itu dan menemui atasanmu di sana?” tawar Victor. “Tidak, aku khawatir dia akan memarahiku nanti di depan orang-orang,” kembali Nancy menolak. “Tidak apa-apa, aku akan mencoba menjelaskan situasimu kepada supervisormu itu nanti,” Victor memegang tangannya dan membawanya ke arah lift. Sekarang Nancy menjadi semakin grogi. Ia begitu yakin Victor pasti punya jabatan yang lebih tinggi dari supervisornya, mengingat betapa mudahnya Victor berjanji bisa menjelaskan semuanya kepada supervisornya itu. “Um, kenapa kamu tidak ikut saja denganku untuk membawa dokumen ini dulu ke supervisorku, lal
Sementara itu, ruang pertemuan agak riuh karena mereka sudah menunggu cukup lama. Apalagi Oliver yang semakin tidak sabar karena Nancy belum juga menyerahkan dokumen yang dimintanya. Oliver sudah tahu kalau bos barunya adalah rekan kuliahnya. Namun dia telah meninggalkan kesan buruk sejak pertemuan pertamanya dengan Victor di kamar kecil kemarin. Dia tidak mampu menanggung risiko untuk meninggalkan kesan buruk lagi di depan bos barunya itu dua hari berturut-turut. Menjadi begitu serba salah, dia tahu betul bahwa hanya dengan satu kesalahan akan berakhir dengan pengunduran dirinya. Kenyataannya, dia juga telah mendengar tentang pengunduran diri beberapa pejabat tinggi perusahaan tepat setelah penunjukan Victor sebagai Presiden baru. “Dasar perempuan tidak berguna. Kenapa dia lama sekali mengantarkan dokumennya?” gerutu Oliver menahan kekesalan. Wajahnya yang serba salah menarik perhatian Abigail, atasannya yang kebetulan duduk tepat di sampingnya. Tentu saja Abigail tahu apa yang ad
Karena pengunduran diri General Manager Departemen Pemasaran sebelumnya, sekarang Ny. Emilia harus mengurus departemen ini karena memang beliau menjabat sebagai Wakil Presiden Bidang Pemasaran. Setidaknya sampai Viona menemukan general manager baru untuk mengisi posisi itu.Walaupun Emilia mempunyai level yang sama dengan Viona sebagai Wakil Presiden, namun ia tahu kalau Viona mempunyai pengaruh yang lebih kuat di perusahaan. Belum lagi, Viona adalah orang kepercayaan Charles William.Emilia memulai perkenalan Presiden Counterbrand yang baru. Ia sengaja mempersingkatnya karena tak ingin mengulangi apa yang pernah dilakukan Viona saat memperkenalkan Victor kepada para pejabat perusahaan di pertemuan sebelumnya.Tetap pada akhirnya, dia hanya bisa memberi tahu soal nama, dan tentang visi Victor untuk Counterbrand secara umum.Tapi kemudian, Victor menghentikannya dengan menawarkan tempat duduk, dan kemudian berbisik padanya.“Bolehkah aku meminta waktu sejenak untuk mengatakan sesuatu p
Sarah terkejut saat mengetahui bos barunya sudah mengetahui nama lengkapnya. Dia mengalihkan perhatiannya ke Nancy dengan tatapan kesal, curiga bahwa Nancy telah menceritakan segalanya tentang dirinya kepada presiden baru ini. “Sarah Campbell?” Victor memanggilnya lagi untuk mengalihkan memancing perhatiannya. “Ah? Aku, benar-benar sangat menyesal, Tuan Presiden. Aku seharusnya tidak menendang Anda keluar dari lift. Seharusnya aku mengajukan diri untuk keluar dari lift sebelumnya,” jawab Sarah. “Apakah itu jawabanmu?” Victor bertanya. “Ya!” Sarah menegaskan. “Baiklah. Tapi coba lihat sekarang. Kita memiliki kursi terbatas di ruangan ini, dan itulah batas meja dalam pertemuan ini. Ada dua orang yang berdiri di sini dan hanya tersisa satu kursi kosong. Apakah kamu juga ingin mengajukan diri untuk meninggalkan ruangan?” Victor bertanya. “Maaf, Pak?” Sarah terkejut dengan wajah melongo setelah mendengar permintaan tersebut. Tapi Victor tidak mengatakan sepatah kata pun setelah itu.
Nancy tidak membayangkan bakal ikut dalam pertemuan itu. Apalagi sekarang diangkat menjadi manajer menggantikan Abigail. Dia mulai meragukan dirinya sendiri, apakah dia mampu menjawab kepercayaan yang diberikan Victor padanya atau tidak.Victor sudah memahami sedikit inferiority complex dalam diri Nancy. Namun dia percaya bahwa itu mucul dari keputusasaannya setelah melakukan yang terbaik, yang sejauh ini tidak membuahkan hasil dan selalu diperlakukan tidak adil.“Percayalah! Kalau sudah bicara tentang effort dan keuletan, aku yakin kamu telah bekerja keras untuk perusahaan ini lebih dari siapa pun,” Victor menepuk bahunya sebelum meninggalkannya di sana.Beberapa karyawan lainnya mengucapkan selamat kepada Nancy dengan berbisik, meski sebagian yang lain hanya memperlihatkan raut wajah ikut bahagia.Mereka adalah orang-orang yang sangat menghargai usaha Nancy. Terutama Gianna yang sudah bersamanya selama lima tahun.Abigail memasuki ruangan, dan di sana dia terkejut menemukan Nancy su
Dia mungkin terlihat ceria saat ini. Namun, Victor sebenarnya sangat lelah karena kurang tidur pada malam sebelumnya. Dia hanya memasang wajah ceria itu hanya untuk menyembunyikan rasa kantuknya.Kini dia tak ubahnya seperti pencuri, bergerak diam-diam berusaha sebaik mungkin agar tidak menarik perhatian siapa pun. Apalagi dari mereka yang sudah mengetahui siapa dirinya.Tapi kemudian…“Selamat siang, Tuan! Ah, maksudku. Selamat siang, Victor!” seseorang menyapanya dari belakang.Hal itu mengagetkan Victor. Dia bahkan tidak mampu menyembunyikan ekspresi terkejutnya.Kenyataannya, pria itu mengetahui siapa Victor. Tapi tetap saja, dia terlihat agak bingung, terlihat penasaran dengan reaksi terkejut Victor itu.Dia tahu bahwa Victor adalah bosnya. Namun entah kenapa, dia mendapati Victor bertingkah seperti pencuri yang baru saja tertangkap.Sementara itu, Victor cukup bisa mengingat wajah pria itu, yang merupakan salah satu supervisor yang menghadiri pertemuan sebelumnya. Dengan cepat,
Kini Viona harus mencari alasan untuk melindungi Victor agar ia tidak mengecewakan ayahnya lagi seperti dulu. Sebenarnya, dia pernah melakukannya sebelum ini, ketika Victor menghabiskan uangnya untuk membeli cincin 1 Juta dolar itu.Berkat Viona juga, Charles William tidak membatalkan niatnya menunjuk Victor sebagai Presiden Counterbrand. Dan sekarang, dia perlu mengarang cerita lagi untuk menyelamatkannya.“Oh benar juga, kami baru saja mengadakan rapat pagi ini. Mungkin dia mematikan ponselnya sebelum rapat, dan lupa mengembalikannya ke keadaan normal,” jelas Viona.[Begitukah?]“Sangat mungkin ponselnya saat ini masih dalam mode senyap. Tapi aku yakin dia masih berada di sekitar gedung kantor ini. Ini adalah hari keduanya bekerja di sini, dan menurutku dia pergi berkeliling untuk mempelajari lebih jauh tentang perusahaan. Ngomong-ngomong, apakah ada hal penting yang ingin Bapak sampaikan padanya?”[Tidak terlalu penting juga. Aku hanya ingin berbicara dengannya saja, karena sebelum