Sepulangnya Aji dari kantor polisi, tidak dipungkiri ada keresahan di hatinya. Jika ditanya apakah dia marah dan kecewa pada Mawar atau tidak, jelas sudah jawabannya. Sejatinya Aji begitu murka hingga tangannya bergetar sampai sekarang. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikiran adik perempuannya itu.Tapi, Aji mencoba untuk tidak terlalu pusing akan hal tersebut. Dia hanya ingin fokus pada keluarga kecilnya. Dan untuk itu, Aji akan merahasiakan kabar buruk tentang Mawar dari istrinya. Dia tidak ingin Retno menjadi khawatir karena ini. Bahkan sebelum masalah besar itu menimpa, Retno sudah mencemaskan ibu dan adiknya. Tidak tahu bagaimana perasaan Retno jika Mawar dipenjara karena menjadi pengguna dan pengedar narkoba.‘Aku harus bersikap seolah semua baik-baik saja. Dan keluarga kecilku memang baik-baik saja. Jadi Aji, kamu harus tenang.’ Aji berbicara pada dirinya sendiri tanpa suara. Aji sudah berdiri di depan pintu beberapa menit lalu sekadar untuk menyiapkan diri, supaya Retno ti
Setelah semalam Retno berhasil meyakinkan Aji, pagi-pagi sekali keduanya tampak telah meninggalkan rumah. Mereka pergi berdua dengan mengendarai sebuah mobil. Aji sendiri yang menyetir mobil tersebut.Tak lama kemudian mereka sampai di tempat yang dituju. Jika Aji terlihat mengembuskan napas panjang, Retno tampak tersenyum."Ayo kita turun, Mas," ajak Retno sambil memegang tangan Aji yang masih berada di kemudi.Dengan wajah cemas Aji menjawab, "Sayang, aku minta maaf. Tapi tampaknya aku akan menunggumu di sini saja.""Kamu tidak ikut masuk saja, Mas?""Aku sudah bertemu dengannya kemarin. Sampai sekarang aku masih belum bisa melupakan wajahnya. Jadi, aku pikir sebaiknya aku menjaga agar tidak bertemu dengannya lagi untuk sementara waktu sampai ya ... aku merasa siap." Aji memaksa untuk tersenyum.Tepat sekali, Retno dan Aji memang pergi ke kantor polisi tempat di mana Mawar di penjara sementara hingga proses persidangannya dilangsungkan.Meski awalnya Aji mencemaskan Retno jika menem
Belum sampai Mawar menuntaskan ucapannya, Retno telah memotong dengan berkata, "Jika aku datang sebagai seorang ibu, aku pasti sudah tertawa melihat orang yang pernah memasukkan obat penggugur kandungan di minumanku dipenjara. Jika aku datang sebagai seorang istri yang hendak dipisahkan dari suaminya dengan intrik menjijikkan, aku pasti menambah penderitaanmu dengan memberikan sumpah serapah bahkan tamparan." Mawar terdiam. Dia jelas masih sangat ingat pada apa yang dilakukan ke Retno. "Apa kamu melihatku melakukan itu?" Mawar masih diam meski dalam hati dia menjawab, 'tidak'. Alih-alih menunjukkan rasa senang atau puas melihat dirinya dipenjara, Mawar justru melihat kecemasan dan kesedihan di wajah kakak iparnya itu, sorot mata dan raut muka yang dia harapkan ditunjukkan Aji kemarin. Retno menghela napas panjang. "Aku tidak akan lupa bahwa suamiku adalah kakakmu. Itu artinya, kamu adikku juga. Walau aku berharap memiliki adik yang lebih baik, aku tidak bisa menolak kekurangan dari
"Halo, dengan siapa ini?""Sa-saya, Paijo Mbak. Itu, sopir barunya Nyonya."Retno mengerutkan kening. "Nyonya?""Anu, itu, maksud saya, Bu Mayang.""Ya, Pak, saya menantunya. Ada apa?" ucap Retno setelah terdiam beberapa saat."Oh, menantunya, bukan anaknya ya. Itu Mbak, Nyonya pingsan. Saya sudah telepon dokter, tapi belum datang. Saya telepon Mbak karena semalam Nyonya sempat minta untuk diteleponkan, tapi tidak jadi. Jika Mbak tidak repot, tolong datang ke rumah Nyonya, ya Mbak.""Aku sudah di depan Pak Paijo. Bapak tunggu di kamar Mama saja."Retno menutup telepon masih dengan jantung berdetak cepat. "Ada apa, Sayang?""Mama pingsan, Mas."Retno dan Aji turun dari mobil mereka yang telah terparkir di halaman rumah Mayang. Aji menggandeng istrinya untuk jalan bersama ke dalam rumah.Namun, saat berada di depan pintu utama, Aji sempat berhenti. Hal buruk yang pernah terjadi di rumah itu terlintas di kepalanya. Bayangan itu buyar setelah dia mendengar suara Retno yang mengajaknya se
Mengira Retno akan berbuat macam-macam padanya, jelas Mayang merasa terintimidasi. Wajahnya yang pucat semakin pucat karena takut menantu yang tersakiti akan membalaskan dendam. Keringat sampai keluar membasahi keningnya atas bayangan buruk yang terlintas di kepalanya. Menyadari ekspresi ketakutan yang ditunjukkan mertuanya, Retno bertanya untuk memastikan. "Mama kenapa? Mama takut padaku?" Mayang ingin sekali kabur dari kamarnya, tetapi itu mustahil dilakukan. Jangankan berlari atau beranjak dari ranjang, duduk saja dia tak bisa. "Mama, kata dokter, Mama harus makan dan minum obat teratur. Aku sudah membuat sup ayam kesukaan Mama. Aku akan menyuapi Mama." Retno menyendok sup untuk diberikan pada Mayang. Dia benar-benar membuat Mayang ketakutan karena mengira ada racun atau zat berbahaya dalam sup tersebut. Dalam hati Mayang memaki dirinya sendiri karena memiliki tangan yang tidak berguna. Ingin rasanya Mayang menepis mangkuk di tangan Retno hingga terjatuh dan supnya tumpah semu
"Halo, Mbak Retno. Sudah lihat grup keluarga belum?""Belum. Memangnya kenapa Susan?""Mbak lihat sekarang ya.""Tapi-"Tut ... tut ... tut ....Aneh. Tidak biasanya putri adik kedua mertuaku begini. Aku yang sejak tadi sibuk mengetik di depan laptop pun langsung membuka WhatsApp. Ternyata ada banyak pesan di grup WA keluarga suamiku. Aku memang sengaja mematikan notifikasi grup. Jika sudah senggang biasanya aku baru melihat percakapan orang-orang dalam grup.Hari ini memang ada acara keluarga di rumah Tante Santi, adik pertama mertuaku. Jadi, mungkin saja mereka sedang berbagi foto dokumentasi acara. Dan ...Aku salah besar.Kedua alisku bertaut saat membaca tulisan yang menyertai sebuah video unggahan adik iparku, 'Suara hati mertua yang tersakiti'.Firasatku menjadi tidak enak. Mertuaku hanya memiliki dua anak, yakni Mas Aji, suamiku, dan Mawar. Jadi ... kepada siapa video itu ditujukan?Dengan napas tertahan, aku memutar video itu. 'Jangan sampai kalian punya menantu seperti istr
Sore sebelum magrib Mas Aji sudah pulang dari kantor. Mengerti jika suamiku lelah selepas bekerja, aku menahan diri untuk menceritakan tindakan keterlaluan ibu dan keluarganya. Kubiarkan Mas Aji membersihkan diri dan bersantai sejenak di kamar. "Mau kupijat, Mas?""Tidak usah, Sayang. Kamu pasti lelah juga ngurus rumah seharian. Sini, duduk saja di sampingku."Selalu, tidak seperti keluarganya, sikap Mas Aji sangat lembut dan hangat padaku. Aku kadang heran, mengapa ada malaikat yang lahir dari wanita .... Aku menghela napas panjang, nyaris saja keceplosan dalam hati memaki dengan keras mertuaku sendiri."Kenapa, Sayang? Ada masalah?" tanya Mas Aji tanpa melepaskan kedua tangannya yang melingkar di perutku. Sepertinya dia mendengar embusan napasku yang berat.Aku terpaksa tersenyum dan menggeleng, tidak ingin merusak suasana manis ini dengan video lakn*t ini. "Makan yuk, Mas. Rasanya sudah lapar." Mas Aji mengusap lembut perutku. Dia menatapku lembut saat berkata, "Semoga kita bisa
"Uhuk! Uhuk!" Mawar pelaku pengunggahan video tersedak atas pertanyaan suamiku, membuat mertuaku menoleh padanya dengan tatapan curiga.Tampaknya, mertuaku tidak tahu jika aksi penggosipan yang dia lakukan di depan keluarga besarnya direkam dan disebarkan Mawar di grup WA keluarga. "Minum dulu," kataku dengan wajah dan suara dingin saat mengulurkan segelas air putih pada adik iparku.Mawar tampak terkejut sebelum meraih air dariku, lantas meneguknya TANPA berterima kasih. Bukan hal aneh, orang yang mudah mencela rata-rata diikuti dengan kebiasaan alergi untuk mengucapkan maaf dan terima kasih."Kamu sampai tersedak. Apa memang ada sesuatu yang terjadi di rumah Tante Santi? Ada masalah dengan acaranya?"Buru-buru mertuaku menyahut, "Tidak, tidak, semuanya berjalan lancar. Rasanya Mama sampai iri pada Santi.""Kenapa, Ma?""Kau tahu Aji, si Windi, calon istri Rico itu sangat luar biasa. Dia wanita karier yang sukses, berasal dari keluarga terhormat, sangat cantik, modis, pinter, dan GA